Kalurahan Putat

TRAUMA (4)   “ANNA!! TATAP GUA!” Lagi-lagi suara itu. Suara bariton pemuda yang saat ini menangkup kedua pipi Anna dan memaksa Anna menatap matanya. Mata Anna masih bergulir dengan panik, menghindari tatapan pemuda itu. Anna masih terperangkap dalam mimpi yang menjijikan. Dengan tidak ..selengkapnya

TRAUMA (3)   Marcel melukis di atas kanvas hidup, tubuh putih Anna. Ia membubuhkan banyak tanda di tubuh mulus Anna. Gadis itu hanya mampu berteriak meminta tolong saat Marcel merobek dress yang ia kenakan dengan brutal. Ia terus meraung namun tak ada seorang pun yang datang menolongnya dari pemuda ..selengkapnya

TRAUMA (2)   Sudah hampir sepuluh menit ciuman Marcel tak dibalas oleh Anna, ia sedikit kesal karena Anna tak membalas ciumannya namun tetap masih mengecap kenikmatan itu. Anna meronta melakukan perlawanan meski nihil. Dengan tak rela, Marcel melepaskan ciumannya dan langsung mengunci kedua tangan ..selengkapnya

TRAUMA (1)   Malam gelap. Pepohonan tinggi menjulang dan rimbun membuat keadaan semakin mencekam, hanya ada bulan sabit sebagai penerangan. Sang bintang disembunyikan oleh awan yang berkeliaran di sekitar rembulan. Malam yang harusnya sunyi riuh oleh derap langkah kaki telanjang gadis mungil. Ia ..selengkapnya

DEMAM (6)   “Ada apa sebenarnya ini? Kenapa anak-anakku tiba-tiba seperti ini? Ya Dewa, biarkan anak-anakku bertahan.” Juria tak bisa melakukan apa pun selain mencoba menenangkan Rafael yang masih terus menangis, pandangannya kabur oleh air mata yang tak kuasa ia tahan mendengar napas ..selengkapnya

DEMAM (5)   “Jangan bercanda, aku belum pernah tahu kalau werewolf bisa terserang demam. Apa ada yang meracuni anakku?” Tentu saja Alan berpikir seperti itu karena aneh bila werewolf yang dikenal memiliki daya tahan tubuh tinggi tiba-tiba demam. “A-ampun, Alfa. Kami sangat memperhatikan ..selengkapnya

DEMAM (4)   “Sayang sekali kejadian seperti ini belum pernah aku temui, Juria. Entah kalau di ujung belahan dunia yang lain. Aku menghabiskan waktu yang panjang itu hanya untuk menemukanmu, belahan jiwaku.” Alan membelai pipi Juria yang menatapnya. Tidak ada dari mereka yang berniat ..selengkapnya

DEMAM (3)   Juria mondar-mandir di depan Alan yang sedang sibuk membaca tumpukan laporan di meja kerjanya, sesekali Juria akan menggigit kuku untuk melampiaskan rasa cemas yang semakin menguasainya. Alisnya mengernyit, memikirkan segala macam solusi yang mungkin bisa ia lakukan untuk Reita dan Martin. ..selengkapnya