CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 11:08:26 WIB

NUANSA (45)

Karya : Ei_Shaa_

 

"Mau kemana?" Tanya sang pelatih yang melihat Ardan membawa tasnya dan bergerak pergi.

"Mau ketemu seseorang pak!"

"Haduh, sini dulu!" Tangan pelatihnya melambai, "ini 'kan tim kamu menang, kita harus merayakan kemenangan ini. Kau akan ikut 'kan?" 

"Tapi sepertinya saya ng–"

"Dia ikut kok pak tenang aja, ntar nyusul sama saya." Sahut Rio dengan cepat. Tangannya sambil menepuk-nepuk bahu Ardan memberinya kode. 

Ardan menoleh sebentar, kepala itu lantas mengangguk setuju. Pelatihnya yang semula tampak ragu kini membiarkan para pemain ini menikmati waktunya sebentar. 

"Lo kehilangan momen pelatih traktir gue, jujur. Tapi gue lebih ngga bisa biarin lo kehilangan seseorang yang udah bantu lo buat ngambil kemenangan ini lagi." Rio menghela napasnya sedikit kasar. 

"Ya tapi lo dah tau kan apa yang gue bilang sebelum tanding?" Rio mengangguk. Ia memang masih mengingatnya.

"Ini basket terakhir yang bakal lo kenang, kok. Gue harap hari ini bakal bikin lo kangen suatu saat nanti." 

"Pasti." 

"Dah lo sekarang cari tuh pujaan hati lo, keburu diambil orang."

"Berisik banget lo." Rio terkikik dengan ekspresi tidak terima yang Ardan layangkan padanya. 

Kaki Ardan berlari kecil kembali pada arena lapangan. Seluruh kursi penonton telah kosong. Ia melangkah pada kursi di mana tempat Syifa duduk dan memandangnya di sana. Tidak ada siapa-siapa lagi di sana. Ardan hanya bisa memandang kursi itu kosong.

"Lo cari sesuatu?" Tiba-tiba sosok pemilik kacamata yang tidak disukainya ini muncul dari arah belakang. 

"Gue cari pacar gue." Jawab Ardan tegas.

"Pacar?" Farrel tertawa mengejek sambil memainkan suaranya bergelombang. "Pacar lo yang mana?"

"Syifa Reswara Adiani." 

"Gue nggak tau." 

"Bohong kan lo, gue tau tadi lo duduk di samping Syifa." 

"Gue nggak akan bilang dia di mana sekarang sampe lo jelasin dulu kenapa lo suka sama Syifa." 

"Nggak ada yang bisa gue omongin ke elo, gue ngomong alasannya juga nggak penting buat lo."

"Penting! Karena lo yang udah bikin Syifa tambah sakit hati." 

"Gue? Kalo ngomong jangan sembarangan dong."

"Terserah lo deh, yang jelas Syifa pergi itu ya karena sikap lo. Tadi gue nembak Syifa." 

Kalimat itu membuat Ardan malah semakin memanas. Kalimat yang dijanjikannya sebelum bertanding akan dibalas oleh Syifa tapi bagaimana dengan orang di depannya ini yang turut meminta jawaban yang serupa. 

"Lo! Kurang ajar banget jadi orang. Jelas-jelas Syifa cuman nganggep elo itu temen! Temen!" 

"Justru lo yang kurang ajar, dia pergi ya demi elo. Malah lo nggak peka sama kondisi gini."

"Maksud lo apa?"

"Tuh liat di bawah kursi Syifa." 

Ardan menoleh kembali. Tidak ada yang ia dapati  kecuali sebuah barang yang ditinggalkan di bawah kursi itu. Sebuah kantong kain yang berisikan baju, foto, dan tulisan beramplop kecil.

"Saat gue nembak Syifa, dia bilang buat nitip itu ke elo. Gausah banyak tingkah ke gue, Syifa ngga nerima gue waktu gue nembak. Dia bilang kalo gue malah temen cowok terbaik yang dia punya. Gitu aja dah bikin gue seneng."

"Dari sini gue tau, kalo perasaan itu ngga bisa di paksakan. Cuman elo yang ada di sana. Alasan Syifa pergi itu, lo nanti bakal tau. Jang jelas, kalo lo beneran cinta sama Syifa… jaga dia baik-baik."

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT