CERITA TEENLIT
Lian 02 Juni 2022 11:01:30 WIB
NUANSA (42)
Karya : Ei_Shaa_
Dentuman ring basket yang terisi berulang kali membuat sorakan senang dari sang pelempar. Tepukan telapak tangan terus membuat anggota klub ini merasakan kepuasan. Usapan kasar diikuti teriakan ramai itu menimbulkan kesan yang berbeda.
"Gini dong, kan enak kalo lo ikutan main."
Senggol Rio sambil menuangkan air ke dalam mulutnya. Ardan hanya tersenyum dengan gelengan pelan. Pelatihnya yang berada di sisi lapangan juga turut tersenyum pada Ardan. Peningkatan yang cukup baik sebelum Ardan memutuskan untuk pergi ke dalam arena. Ketidakadaan anak itu justru membuat timnya saling salah menyalahkan. Kini ia telah kembali.
Rio mengamati Ardan yang terus menyentuh bola basketnya, beberapa kali bola itu masuk dalam lingkaran setinggi 1,5 m. Senyuman kecil yang hadir di sela aktivitasnya ini malah membuat Rio mengingat janjinya akan Syifa. Ia meminta tolong pada orang yang tepat.
"Sini dulu!"
Ardan menoleh, seluruh timnya berkumpul untuk menetralkan napasnya. Langkah pelan itu dibarengi lemparan air dari tangan Rio. Ardan bahkan sempat melupakan tubuhnya yang butuh ion tambahan. “Karena sekarang kita sudah lengkap, nanti bakal ditraktir sama Ardan.” tak lupa kedua tangan Rio seolah memperlihatkan bahwa keberadaan Ardan merupakan sebuah hal yang sangat istimewa bagi timnya.
“Huss, ngaco kalau ngomong.” Sedangkan Rio yang mendapat jawaban hanya tertawa geli.
“Trik gue berhasil.” ujarnya dengan pelan kalimat itu kembali disusulnya. “Gini boy, Pak Arkom tadi bilang ke gue. Tim yang bakal bertanding sama kita di lapangan Besok adalah tim dari SMA Nasional, salah satu SMA unggul di akademik juga olahraganya. Jadi kita harus bertanding dengan sungguh-sungguh.” Ujar Rio sambil menggebu.
“Ya, bener itu, kita harus mengambil lagi piala kejuaraan kita pertama berturut-turut!” Seru Fatur, mengingat sekolah mereka selalu membawa piala kejuaraan dari pertandingan basket.
“Iya dong, tenang aja kita kan sudah ada Ardan. Ketua tim kita balik.” Ujar Hanip sambil menyentuh pundak Ardan dengan percaya.
“Udah, kita Fokus aja sama pertandingan kita. Apapun hasilnya kita harus menang.” Sorakan kencang Ini terdengar di telinga Ardan. Dengan teman-teman seperti dulu, mereka masih bisa diajak bercanda. Tapi berbeda dengan teman-teman Ardan menganggapnya ini adalah sesuatu hal yang baru bagi mereka. Selama ini Ardan kurang bisa diajak bercanda tidak seperti sekarang. Tetapi, ini adalah perubahan yang bagus untuk timnya.
Ardan pun turut tersenyum tipis, namun kembali ia sampaikan kalimat serius yang keluar dari mulutnya “Jangan lupa sportif, jangan main seenaknya sendiri. Kalaupun nanti gue lupa dengan kalimat gue ini. Siapa pun kalian, ingatkan.”
Lantas senyuman lebar dari seluruh timnya kini terbang menghangatkan suasana. Sekali lagi dan mereka mencoba untuk berlatih memanfaatkan waktu yang masih tersedia sebelum mereka benar-benar berada dalam suatu lapangan dengan musuhnya.
Entah mengapa hatinya ini terasa begitu hangat. Pandangan matanya sudah menghadap ke langit kamar penuh foto tentang ibunya kini menambah rasa senang dalam hatinya. Sudah lama Ardan tidak bisa menghargai perasaan ini. Seseorang paling hangat yang pernah ia temui dan yang paling ia rindukan. Bagaimana bisa, perasaannya sama dengan perasaan Syifa.
Bersambung
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- HARI TERAKHIR PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- KOORDINASI BPN TERKAIT PTSL KALURAHAN PUTAT
- BANK SAMPAH PADUKUHAN BATUR
- BIMTEK KPPS KALURAHAN PUTAT
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR