CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 11:11:06 WIB

NUANSA (46)

Karya : Ei_Shaa_

 

Ardan terdiam. Kalimat panjang yang keluar dari mulut Farrel justru membuat dirinya bertanya-tanya. 

Kakinya kini melangkah memasuki halaman rumahnya. Atmosfer ini tidak seperti biasanya. Semacam ada yang hilang. Seolah tiupan angin juga tengah memberikan pesan padanya. 

"Pa?" Netra Ardan menangkap 2 koper yang kini siap dibawanya. Pakaian papanya yang rapi dan semua barang yang siap entah akan dibawa kemana. 

"Ini untuk apa?"

"Ini waktu yang tepat buatmu melanjutkan studi. Dua minggu lagi kelulusan kamu ikut papa ke luar negri."

"Aku pengen kuliah di sini aja." 

"Nggak, kamu nanti di sana ikut paman kamu. Sampai studi kamu selesai, baru boleh pulang."

"Tapi Pa, mama gimana?"

"Nanti biar dijaga papa." 

"Nggak! Aku malah jadi ragu kalau papa yang jaga." Kaki Ardan lantas membalii dan berlalu pergi.

"Ardan! Hei! Mau kemana kamu!" Tidak ada respon. Yang ada Ardan melaju kencang ke suatu tempat. Biasanya jika perasaan buruknya muncul ia akan selalu pergi ke sungai seperti biasa. Tapi perasaan ini berbeda. Ia lebih memilih berada di rumah sakit yang sempat membuatnya menemukan senyum.

Dengan cepat Ardan melangkah. Kamar yang semula menjadi tumpuan wanita paruh baya, ibunda dari Syifa pun kini terlihat kosong. Langkahnya cepat kembali pada sosok perawat yang berjaga. Ia sungguh kehilangan jejaknya. Perawat tersebut mengatakan bahwa pasien yang dirawat telah pergi beberapa jam yang lalu. 

Tapi Ardan masih menemukan Bundanya yang terbaring koma. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Rindunya kepada kedua orang itu membuat Ardan mati kutu. 

Ia mendapat panggilan telepon dari papanya. Sosok itu perlahan dengan penuh sendu mengangkatnya. Hanya patuh yang ia terima atas sebuah kalimat yang sukses membuat Ardan kembali pada permasalahan sebelumnya. 

***

Sudah hampir 5 tahun dirinya menetap di Swiss. Banyak pengalaman yang ia peroleh. Masa studinya telah selesai dengan tepat waktu. Terkadang sesekali ia juga mendapat telepon dari sang bunda dengan kondisinya yang sudah mulai membaik. Tangis haru tak lepas dari wajahnya yang penuh cinta. 

Paman dan bibinya yang sangat baik dalam merawat Ardan. Hingga melahirkan Ardan yang kini selalu mandiri. Ardan bahkan tak pernah lupa, akan sosok yang masih menjadi misteri hidupnya. Hanya satu foto yang diberikan Syifa pada kantung yang ia simpan dulu di kursi penonton. 

"Tunggu aku kembali." Ucapnya penuh tenang. Semua barang yang dibawanya sudah siap terbang. Kali ini perjalannya harus membuahkan hasil. Selama 5 tahun tanpa kabar itu membuatnya terus menahan rindu yang amat sangat. 

Ia terus berharap dalam perjalanan panjangnya ini jika waktu yang lama harus membayarnya untuk jarak yang membatasi mereka.

Untuk trip pertamanya setelah 5 tahun. Ia memutuskan untuk mengunjungi sungai yang dulu sempat menjadi rumah kesekian kalinya karena duka. Kali ini pun sama. Setelah kembali menghabiskan waktu dengan sang bunda, dirinya kini pergi untuk menyegarkan pikirannya kembali.

Di dengarnya suara bising dari arah seberang. Ardan cukup penasaran, ia tahu sungai ini punya medan yang cukup sulit untuk dilalui dan berada pada daerah yang cukup terpencil. 

Dari jauh, didengarnya seorang anak perempuan yang sedang bermain air sambil tertawa kencang. Sedang seseorang lainnya tengah mengamati anak itu sambil bermain dengannya. 

"Kemarilah ini hanyalah kepiting kecil." 

"Tidak, dia baru saja melukaimu." 

"Ayolah aku akan sembuh nanti, sini cobalah." Anak itu terus menggeleng pelan sambil sesekali mendekat ke arahnya takut. 

"Kau janji akan melindungiku?"

"Pasti, jadi… cobalah untuk berani." 

"Hum." 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT