CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 11:13:58 WIB

NUANSA (47)

Karya : Ei_Shaa_

 

 

Anak itu memegang mencoba mendekat tapi lagi-lagi rasa takutnya akan kepiting itu makin mendominasi. Kaki mungil itu berlari menjauhi perempuan itu sambil menerjang air dangkal setinggi lututnya. 

Anak kecil itu langsung terhenti di depan rArdan persis sembari mengamatinya sedikit takut. Khawatir akan tubuh mungil itu yang terus berjalan tak tahu arah membuat manusia dewasa yang mengejarnya terpontang panting menyusul. 

Tangan dewasa itu menyentuh anak kecil bernama Balqis dengan pelukan hangat. Ia bersyukur anak itu tidak pergi lebih jauh dari yang ia bayangkan. Menyadari ada seseorang yang berdiri tak jauh darinya membuat perempuan itu menoleh. Pandangan kedua mata itu bertemu teduh satu sama lain. Tidak ada yang dapat di katakannya.

"Ar…dan?" Ucap Syufa lirih, ia tidak tahu harus bagaimana. Antara terkejut sekaligus ingin melarikan diri. Tapi lagi-lagi Ardan hanya melayangkan kalimat tanpa gerakan tangan. 

"Syifa! Tunggu!"

Syifa terkejut, sudah hampir 5 tahunan ia tidak bertemu tapi bagaimana bisa Ardan masih mengenali dirinya. Dan bagaimana Ardan bisa kembali kemari. 

"Dia siapa?" Balqis menunjuk Ardan dengan penuh tanya. 

"Panggil dia paman Ardan, mengerti?" Balqis menganggukkan kepalanya. Tangannya mengulur ke arah Ardan dengan polosnya.

"Kau tidak ingin menyalami Balqis?" Tanya Syifa sambil mengarahkan tangan Balqis mendekati tangan Ardan. 

"Halo Balqis." Dengan berat hati Ardan mengucapkan salam itu. Pikirannya sudah berjalan sebenar yang ia bisa. Ia mengesampingkan pertanyaan yang ingin ditanyakannya pada Syifa.

"Kapan sampai di sini?" 

"Kemarin petang. Dia anak siapa?" Ardan mengamati anak itu yang kini berlarian kecil ke arah sungai.

"Farrel. Kau masih mengingatnya?" Ardan sedikit terkejut. Dia—Syifa—? Anak itu? Farrel? Mereka keluarga? Tidak mungkin 'kan Syifa hanya menjadi pengasuhnya jika dulu Farrel sempat memiliki perasaan dengan Syifa. 

Ardan terlambat, sungguh 5 tahun sudah masuk akal memiliki anak sebesar itu sekarang. Tapi kenapa harus Syifa dan Farrel?

"Ya dia, aku ingat."

"Di mana Farrel?" Ardan memberanikan bertanya pada Syifa. Meski tersirat sedikit sakit untuk bertanya. 

"Nyari gue?" Farrel kini menampakkan dirinya. "Sudah lama gue nggak denger info dari lo, Ar." 

"Iya nih." Farrel kini tersenyum cukup senang. 

"Lo nggak kangen apa sama Syifa kok lo ketemu Syifa kaya gitu ekspresi lo." 

"Gimana gue mau seneng kalo dia udah jadi punya orang lain." Kalimatnya sedikit judes. 

Farrel memutar otaknya penasaran. Mengapa setelah 5 tahun Ardan kembali dan bertemu dengan Syifa tetapi tidak ada aura terang sedikit pun. Ia pun mulai mencari jawaban tepat. Apa mungkin Ardan mengira Syifa adalah istrinya dan anak itu adalah anak mereka. 

"Hahaha lo baru pulang aja udah bikin gue ketawa." Sontak Ardan menatap kurang suka pada Farrel. 

"Lo dari dulu nggak pernah berhenti ya benci gue?" Kalimat itu di iringi dengan tawa ringan dari Farrel. 

"Sayang!" Farrel memanggil istrinya dengan mesra. Ardan langsung melihat ke arah Syifa yang bermain tidak jauh dari Balqis. Bisa-bisa Ardan tidak kuat berada di sana. Tapi mengapa tidak ada sahutan sama sekali dari sosok Syifa tatkala Farrel sebagai suaminya memanggil mesra. 

"Wii Ardan?!" 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT