CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 11:16:36 WIB

NUANSA (48)

Karya : Ei_Shaa_

 

Ardan lagi-lagi di kejutkan dengan sosok perempuan yang kini tengah berjalan tergopoh susah. Perut itu terlihat sedikit membengkak tidak sesimetris semestinya. Senyuman sumringah kini menyambut sosok Ardan dengan hangat.

Rasanya Ardan tidak asing dengan sosok perempuan ini sebelumnya. Ah iya, ia mengingat jika itu adalah Erna. 

"Cocok nih gue lagi ngidam cowok ganteng biar anak gue besok ganteng gitu." Senang Erna sambil memandang wajah Ardan penuh senang. 

"Honey?!" Senggolan pelan Farrel pada Erna membuat istrinya ini kembali sadar.

"Loh? Lo istrinya Farrel? Jadi?" Netra Ardan kini menoleh pada sosok jauh di belakang sana yang masih sibuk bermain dengan Balqis. 

Kedua sejoli ini menoleh pada arah mata Ardan bebarengan. "Oh, Balqis suka Syifa jadi di terus merengek kalo nggak ketemu Syifa." Jelas Erna mencoba menjelaskan keberadaan Syifa di sana. 

Ardan lebih tenang sekarang. Salah satu alasan hatinya sakit kini lebih lega mendengar jika Syifa masih bukan milik siapa-siapa. 

"Untung Lo dateng tepat waktu." 

"Kenapa?" 

"Syifa jadi nggak jomblo lagi."

"Gue nggak pernah ngira, lo berdua bakalan married. Nggak ngasih kabar lagi."

"Abisnya sih Lo Ar, pergi ke Swiss ninggalin Syifa, semua lo tinggalin. Mana nggak ada yang bisa buat cari kabar elo lagi." Keluh Erna. 

"Gue lost kontak semua anak di sini karena bokap, tapi sekarang gue malah pengen tinggal di sini lebih lama."  Matanya sejak tadi tidak berpindah dari sosok Syifa. 

Dua sejoli yang paham maksud ini lantas mencoba kembali mempertemukan dua insan yang saling berpisah untuk waktu yang lama. 

"Balqis, kemari." Balqis lantas berjalan menuju tepi sungai. Begitu pun dengan Syifa. Pandangan mata keduanya bertemu, seolah rindu yang terlalu lama itu tidak lagi bisa di bendungnya. 

"Ikut gue yuk." Tawar Ardan sembari menuntun tangan Syifa. Langkah kaki mereka kembali pada sebuah air terjun yang tenang sambil menikmati udara segar yang masih menyelimuti mereka. 

Ardan yang masih berjalan di depan kini terhenti mendadak sebab rangkulan tangan Syifa yang di perutnya. Lagi-lagi penyesalan sepele karena Syifa terlebih dahulu yang menyampaikan rindunya. Sekaligus dengan cara ini membuat Ardan suka perlakuan Syifa. 

Ia membalikkan tubuhnya. Tapi Syifa sungguh menahannya dengan kuat untuk tidak saling berhadapan.

"Maaf gue ninggalin lo saat itu tanpa pamit."

"It's okay, gue tau kok alesan lo dari itu. I'm sorry if i leave you without a words. Lo masih mau jawab pertanyaan gue sore itu di sini kan?"

Syifa semakin mengeratkan rangkulannya. Seperti seorang yang tidak ingin berpisah untuk kedua kalinya. "Gue takut lo nggak bisa nerima jawaban gue Ar?" 

"Nggak, gue siap kok apapun jawaban lo."

Syifa lantas melepaskan rangkulannya. Ardan berbalik dan menatap manik mata cokelat indah itu dengan teduh. "Jangan pergi untuk kedua kalinya, oke?" 

Ardan tersenyum. Tanpa ia sadari matanya berkaca saking senangnya. Ardan memeluknya erat. Tangannya mengelus surai lembut dengan potongan sebahu itu dengan penuh perasaan senang. 

  

Tamat

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT