CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 11:05:39 WIB

NUANSA (44)

Karya : Ei_Shaa_

 

Tak berselang lama pertandingan di mulai. Netranya sungguh menemukan sosok itu pada salah satu barisan pada kursi penonton. Sunggingan senyum yang ia lemparkan ditangkap mulus oleh penglihatannya dari jarak jauh. 

Dilihat dari manapun, sosok sok keren itu memang sudah sepatutnya terlihat keren. Itu kenyataannya. Ardan kini memulai pertandingan. Menit-menit awal ini begitu menyita perhatian dari seluruh penonton. Tak jarang teriakan merdu dari cheerleaders menyuarakan semua nama pemain SMA mereka. 

Baru beberapa menit pertama. Tapi tim basket Ardan sudah berhasil mencetak gol hanya dengan mudahnya. Jaring dari ring basket itu kembali bergoyang hanya dengan sekali shoot dari Rio. Telapak tangan mereka bersentuhan suka. Bunyi yang dihasilkannya menambah semangat para tim untuk mengalahkan tim pria dengan sebutan wolves ini. Bukan masalah besar untuk Ardan dan teman-teman. 

Sesekali Ardan mencuri pandangan pada salah satu tempat duduk yang sama. Di mana keberadaan Syifa yang tengah duduk bersama dengan Farrel. Ardan tahu jika pria di samping Syifa itu juga tengah menikmati kesuksesannya duduk bersebelahan. Melihat hal itu justru membuat Ardan cukup emosi. Berulang kali hanya kepalan erat yang bisa dilakukannya. 

Lain halnya dengan apa yang kini sedang ia lakukan. Bola yang terus dioper padanya untuk menghasilkan tembakan tepat sasaran ini justru menimbulkan out beberapa kali. Ardan sungguh dilanda emosinya. Rio dan Haris yang sedari tadi mengamatinya bermain lantas mengambil tindakan untuk mengeluarkan Ardan dan menggantinya dengan cadangan terlebih dahulu. 

"Gue mau main."

"Nggak, biarin Erwin yang ganti lo main buat sekarang. Gue tau, lo kudu nenangin diri dulu." 

"Iya, kalo dia emang suka elo, gimanapun elo dia tetep bakal nerima kok." Timpal. 

Ardan berjalan pelan, Erwin lantas bertukar posisi dengan Ardan. Biarpun bermain dengan sedikit emosi jarang tembakannya ini masih meleset. Masih cukup aman untuk timnya melakukan rolling pemain. 

Sedang di sisi kursi pemain, pandangan Syifa terus menatap Ardan. Ia tahu sebab emosi itu. Tak ada yang bisa ia lakukan. Ia harus keluar sesegera mungkin yang ia bisa. Baru saja Syifa hendak melangkah keluar gedung. Tiba-tiba saja tangan Farrel meraih pergelangan tangan Syifa. Terpaksa kaki gadis itu terhenti, ia menoleh. 

"Lo mau kemana?"

"Gue mau cari udara bentar." 

"Gue temenin."

"Gausah Rel, lo sama Erna aja di sini. Bentar kok."

Farrel menatap Syifa cukup lama hingga akhirnya tangan itu melepaskannya. Mata Farrel tak lepas dari sosok itu yang masih berada dalam gedung. Ditangkapnya beberapa kali sosok Syifa yang menatap Ardan cukup lama dari tempatnya.  Hingga akhirnya Syifa benar-benar melangkah pergi.

Farrel buru-buru keluar menyusul Syifa. Rasanya ada sesuatu yang nggak beres, dan benar saja. Sosok gadis itu mengangkat telepon dengan serius. Farrel berusaha mendekat dan mencoba berkomunikasi dengannya. 

Di lain sisi. Ardan tetap kukuh untuk melanjutkan permainan. Ini mungkin menjadi kesempatannya bermain setelah mencoba menenangkan diri. Erwin kembali pada posisinya semula hingga permainan berakhir. Kemenangan kembali diraih oleh tim SMAnya. Juara bertahan ini kembali mengharumkan nama sekolahnya pada tingkat provinsi. 

Semua teman dan pelatihnya bersorak atas kemenangan yang membanjirinya. Ardan tersenyum puas atas hasil yang mereka peroleh. Tidak sia-sia ia mengiyakan permintaan Syifa.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT