CERBUNG - INDIGO

Lian 30 September 2022 17:41:46 WIB

CEMBURU BUTA (4)

 

“Seratus persen akurat. Lisa yang bawa gua ke sini,” jawab Liondra acuh tak acuh.

“Anjir, si mama belum pergi juga ternyata?” Putra berjengit, tanpa sadar melangkah mundur begitu mendengar penuturan Liondra mengenai hantu Lisa yang beberapa tahun terakhir telah mengikuti adiknya.

“Lisa?” Arjuna hanya bergumam lirih mengutarakan kebingungannya karena mereka hanya bertiga saja, sangat lirih hingga kedua manusia yang lain tak bisa mendengarnya. Ia tak tahu bahwa si pemilik nama tengah melayang-lanyang di sekitaran Arjuna. Pemuda yang tak tahu apa-apa itu tiba-tiba merasakan angin dingin membelai tengkuknya, membuat keberaniannya menciut karena ketakutan menyergap.

Pintu terkunci, memaksa ketiga pemuda itu mengambil tindakan untuk merusak properti. Mereka mengadu bahu dengan papan kayu yang berdiri tegak itu namun tak membuahkan hasil, mereka bahkan menendang daun pintu itu sampai kaki mereka sakit.

Arjuna yang tak sabaran mengambil kursi dari tumpukan barang-barang yang terbengkalai di sampingnya dan menghantamkan kursi itu ke pintu dengan harapan pintu sialan itu remuk. Namun nihil, bahkan papan kayu yang angkuh itu bergeming.

“Leo, di bawah lemari rusak itu ada linggis.” Bagai angin segar, bisikan Lisa pada Liondra sepertinya akan menjadi solusi.

Secepat kilat Liondra mengambil benda yang dimaksud Lisa lalu menghantamkannya pada sekat antara daun pintu dan gawangnya. Ia mencongkel dengan sekuat tenaga hingga celah tipis itu merenggang. Suara renyah kayu yang patah meyakinkannya bahwa usahanya tak sia-sia.

Napas Liondra hampir habis kala ia memaksakan ototnya untuk bekerja lebih keras lagi. Bulir keringat menetes dari pelipis ke dagu, tapi Liondra mengabaikannya karena fokus pada pintu yang sedikit lagi sekarat. Tak sabar menunggu akhir, Liondra menjejak daun pintu yang tak lagi kokoh hingga menghantam dinding dengan bunyi debam.

“Cil, lo di mana?” teriak Liondra begitu berhasil memasuki gudang yang terasa sesak, berjubel dengan barang-barang rusak.

Tak hanya Liondra, Putra dan Arjuna juga berteriak memanggil nama Lily namun hanya kesunyian yang menyahut. Beruntung Lisa mengatakan di mana mereka bisa menemukan Lily.

Memprihatinkan, itulah kondisi Lily saat ini. Gadis itu lemas karena dehidrasi. Kepalanya tertunduk karena tak ada tenaga yang tersisa padanya. Tubuh Lily kotor dan berantakan, lebam sudut bibirnya yang berdarah sekilas terlihat saat senter di tangan Arjuna terarah padanya.

“Lily. Dek, sadar Dek.” Putra langsung berlari ke arah Lily yang masih terikat di kursi. Dia berjongkok, tangannya sibuk mengurai simpul yang membelit adiknya dengan susah payah.

Dengan bantuan Liondra dan Arjuna akhirnya Putra dapat membebaskan Lily. Perlahan ia menggendong Lily di punggungnya, membawa si adik untuk keluar dari tempat mengerikan itu.

Entah mengapa malam itu lebih sunyi dari biasanya. Penjaga malam yang biasanya berjaga di kampus juga tak kelihatan. Jalan menuju motor mereka terparkir terasa amat panjang saat Putra mendengar napas Lily semakin lemah, Lily pingsan.

Berkali-kali Putra mau pun yang lainnya memanggil Lily untuk menjaga gadis itu tetap sadar namun Lily seperti tak peduli, kelopak matanya terkulai karena ia lelah.

Putra memacu kakinya melangkah begitu merasakan tangan adiknya yang terkalung di pundaknya itu mengendur. Yang terlintas di benaknya hanya puluhan pikiran buruk yang semakin menggerogoti kewarasannya.

Sedikit lagi. Sedikit lagi mereka akan sampai ke motornya saat sosok Adelia keluar dari mobil hitam. Dari bagian kursi pengemudi keluar seorang pemuda yang berperawakan tinggi. Pemuda itu mendekati Adelia lalu mencuri ciuman yang hanya dibalas senyuman oleh Adelia.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT