CERBUNG - THE DESTINY OF MY SOULMATE

Lian 29 Maret 2022 12:30:34 WIB

AJAIB (2)

 

"Saya baru pertama kali menemukan kasus seperti ini. Dari semua buku yang saya pelajari, di sana telah dijelaskan kondisi fisik bayi turunan werewolf dengan ras lain namun tak ada penjelasan mengenai gejala seperti yang dialami si kembar. Anak-anak dari werewolf dan manusia biasanya terlambat dalam pertumbuhannya, fisik mereka juga tidak sekuat werewolf murni ... tapi tak pernah sakit seperti yang dialami mereka berdua." Alex sangat berpengalaman dalam bidangnya, sejak kecil ia telah dididik menjadi dokter dan telah menjalankan berbagai macam penelitian mengenai persilangan ras, jadi dia cukup yakin dengan pengetahuannya.

"Penyimpangan sihir atau energi asing juga tidak ditemukan, saya yakin itu bukan dari faktor sekitar." Luoise mengungkapkan pendapatnya berdasarkan apa yang ia rasakan. Penyihir muda itu sangat peka dengan perubahan aliran energi di sekitarnya sehingga ia selalu tanggap dalam hal pertahanan.

"Jadi apa yang sebenarnya dialami anak-anakku?" Alan menggeram, urat-urat menonjol di sekitar leher dan tangan yang ia kepalkan. Ia berusaha keran menahan Sam agar tak mengambil alih tubuhnya.

"Apa yang terjadi pada anak-anak kita, Alan? Cepat lakukan sesuatu, sialan!" Sam menyalak, memaki dalam pikiran Alan.

Luoise dan Alex waspada melihat Alan dalam keadaan setengah shift, taring dan cakarnya memanjang, terlihat tajam dan sangat berbahaya. Alan tak sanggup lagi menahan Sam agar tetap diam, dia hampir saja berubah wujud secara sempurna ketika tiba-tiba sebuah teriakan mengejutkannya.

"Itu sepertinya teriakan Juria." Kalimat Luoise mengalihkan perhatian, mengabaikan Alan yang sudah berubah ke wujud serigalanya.

Mereka berlari. Alan, Luoise, Alex dan beberapa warrior tergesa-gesa menuju sumber suara.

"Bayi ... bayiku di mana?" Sayup-sayup terdengar suara Juria saat mereka hampir mencapai pintu masuk kamar si kembar.

"Juria, ada apa?" Luoise kesulitan antara mengatur napas dan bicara, kegiatan fisik bukanlah keahliannya. Luoise melihat Juria panik mencari si buah hati.

Keberadaan dua bayi Juria menghilang. Di atas ranjang ada dua balita yang memandang Juria dalam diam. Wajah pasi Juria terlihat jelas karena bayinya tak lagi ada, terlebih ia tak mengenal balita-balita yang berada di ranjang anaknya.

Juria panik, berbeda dengan Martin yang tertegun melihat salah satu balita yang juga menatap. Martin kehilangan kata, ia sangat familiar dengan bau menyegarkan yang dikeluarkan balita bermata bulat. Martin seperti digali oleh tatapan lugu nan cemerlang. Mata bulat si balita berbinar menatap lurus pada Martin, tangannya ngenggapai-gapai namun Martin malah membatu, rasionalnya tak bisa menerima fakta di depan mata.

Tinggalkan Martin yang tak bergerak seinci pun. Alan dalam wujud Sam melangkah pelan menuju dua intensitas asing di mata Juria. Perlahan serigala besar itu mengikis jarak dangan balita di atas ranjang, moncongnya semakin dekat dengan balita yang anehnya tak merasa takut pada wujud yang berkali lipat lebih besar darinya. Tangan kecilnya terulur, menyentuh moncong serigala hitam yang tampak mengerikan. Baik Luoise maupun para warrior menahan napas, ngeri dengan pikiran buruk yang sempat terlintas saat melihat interaksi yang di mata mereka tak ramah sama sekali. Pikiran itu buyar seketika setelah serigala hitam, Sam menjilat pipi salah satu balita dengan sayang.

Seperti serigala, werewolf mengenali kawanannya melalui bau unik yang mereka miliki sejak lahir, begitu pula Alan dan Sam mengenali anak-anaknya. Ya, dua balita yang ada di atas ranjang adalah Reita dan Rafael. Secara ajaib tubuh bayi yang bahkan baru berumur beberapa hati tumbuh menjadi seperti balita berumur sekitar lima tahun dalam semalam. Siapa yang akan percaya dengan keajaiban seperti ini? Kejadian seperti ini belum pernah mereka alami sebelumnya.

Juria tercengang dengan perlakuan lembut serigala besar yang ia ketahui Sam, sisi lain suaminya. Perlahan Juria mendekat pada Alan yang berangsur kembali ke wujud manusianya, ia masih bertengkar dengan pikirannya yang mencerna dengan lambat mengenai iya dan bukan tentang kedua balita itu adalah putra-putrinya.

"Juria kemarilah, mereka adalah anak-anak kita."

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT