Kalurahan Putat

TRAUMA (3)

Marcel melukis di atas kanvas hidup, tubuh putih Anna. Ia membubuhkan banyak tanda di tubuh mulus Anna. Gadis itu hanya mampu berteriak meminta tolong saat Marcel merobek dress yang ia kenakan dengan brutal. Ia terus meraung namun tak ada seorang pun yang datang menolongnya dari pemuda biadab bernama Marcel.

Disela raungannya, Anna samar mendengar suara yang memanggil namanya. Suara yang terdengar amat jauh, ia kenal suara itu. Suara bariton yang belum lama ini sering Anna dengar. Suara yang akhir-akhir ini menjadi obat penenang baginya.

“A-Aaron? To—tolong!” Ucapnya nyaris tak terdengar, sebelum kesadarannya semakin memburam. Suara itu semakin jelas di pendengaran Anna hingga ia tersentak oleh suara yang menyerukan namanya, nyaris seperti bentakan bercampur panik.

“ANNA!!!!” Suara itu sukses membangunkan Anna dari mimpi buruknya, teramat buruk. Ya, apa yang dilalui Anna malam ini hanya mimpi namun terasa begitu nyata. Tentu saja, kejadian yang akhirnya mempertemukannya dengan pewaris W Corp beberapa hari yang lalu sangat membekas di benaknya. Kejadian yang tak dapat Anna lupakan dengan mudah hingga terbawa mimpi.

“Hah hah hah—“ Anna tersengal, menghirup oksigen dengan rakus seakan udara di ruangan itu tak akan cukup untuknya sendiri. Matanya bergulir dengan panik, memastikan keberadaan Marcel yang baru saja melecehkannya. Anna belum menyadari bahwa yang terjadi padanya hanya sebuah mimpi belaka.

Bersambung