Kalurahan Putat

ANNABELLA MAULIA ANGGARA (9)

“Tentu saja … karena kami membuatnya dengan hati-hati,” candaan Adrie yang ambigu itu sukses membuat Anna merona parah. Apa-apaan ayahnya itu? Bisa-bisanya hal seperti itu dibuat bahan candaan.

“Memang mulut frontalmu itu tak pernah berubah,” Rama hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman seperjuangannya itu masih sama seperti saat mereka masih muda.

“Hahaha, bahkan kau sendiri tak banyak berubah—” Adrie terlihat begitu senang saat ini. sudah lama Anna tak melihat ayahnya selepas ini. “—Oh, dan kenalkan juga istri dan putra Om Rama,” lanjutnya memperkenalkan wanita paruh baya yang masih tampak cantik dan anggun. Di sebelahnya ada seorang pemuda yang cukup tampan—menurutnya—menatap Anna hingga lupa berkedip. Anna bisa memastikan pemuda itu beberapa tahun lebih tua darinya.

Anna adalah gadis yang cukup peka dengan sekitar. Ia sadar wanita paruh baya yang ia ketahui sebagai istri Rama menatapnya dengan mata berbinar dan penuh rasa ingin tahu ke arahnya. “Anna, tante—“ ucap Anna dengan jeda panjang saat mengenalkan diri pada istri cantik Rama. Ia baru sadar bahwa ayahnya tak menyebutkan nama wanita cantik itu.

“Ratna, sayang!” jawab istri Rama yang menyadari ekspresi kebingunan Anna. “Memang benar cantik,” lanjutnya dengan senyum hangat menghiasi wajah cantiknya yang keibuan sambil menyambut uluran tangan dari Anna.

Bersambung