Kalurahan Putat

MENCICIPI RASA KESEPIAN (1)

‘Kesendirian adalah tempat yang baik untuk didatangi, tapi tempat yang tidak baik untuk ditinggali.’ – Henry Shaw

“Lily”

“Lily”

“Lily!!”

Dalam kegelapan Lily mendengar namanya dipanggil. Ia masih belum bisa melihat apa yang terjadi. Sejauh yang ia lihat hanya ada gelap. Ia merasakan tubuhnya diguncang-guncang. Ia mengenali suara yang memanggilnya.

Perlahan Lily memaksa membuka matanya. Sorot mata yang lemah memancarkan seberapa banyak sakit yang tubuhnya tanggung. Tubuh ringkih Lily menggeliat. Sakit itu yang dirasakan tubuh mungil Lily.

“A… bang,” lirih Lily memanggil si pemilik suara. Kakak yang selalu menjaga dan menggenggam tangan adik kecilnya. Putra tak akan mengabaikan adik satu-satunya. Lily terlalu berharga untuk dia abaikan.

Putra membelai kepala Lily dengan penuh kasih. Ia menyayangi gadis itu. pemuda itu bahkan tak bisa mendiskripsikan perasaan yang ia rasakan saat ini. “Li—Lily, lo udah bangun? Ma—maafin abang… maafin abang,” berulang kali Putra mengucapkan kata maaf pada adiknya. Ia menggenggam tangan Lily, menyatukan genggaman tangan mereka di keningnya. Putra merasa bersalah pada Lily karena permintaannya kini sang adik terbaring tak berdaya.

Bersambung...