Kalurahan Putat

21. Operasi

Pagi pukul sepuluh lewat lima belas menit, aku yang mulai dipindahkan dari bangsal ke ruang operasi. Selang dari ampul tranfusi darah dan infus telah tepasang pada lenganku. Aku mulai menenangkan diriku sebelum sampai di ruangan itu. Kulihat ayah, ibu dan Navy berjalan tepat di belakang rombongan perawat yang mengangkutku ke ruang operasi.

Sesampainya di ruangan itu, kulihat belasan dokter dan perawat yang terlah menunggu di sana. Tak lama setelah sampai di ruang operasi, secara berangsur aku mulai mengantuk. Sepertiya suntikan yang diberikan perawat tadi adalah obat penenang agar aku tak merasakan sakit saat dokter melakukan operasi padaku.

Kelopak mataku terasa semakin berat dan lengket. Semakin sulit untukku mempertahankan kesadaran, tubuhku seperti lumpuh. Semakin sulit saja kubuka kedua mataku ini. Sepertinya sia-sia usahaku mempertahankan kesadaranku ini karena dalam sekejap saja semua seperti hilang begitu saja. Tak terasa apapun.

***

Bersambung....