LPPM ISI YOGYAKARTA ADAKAN SARASEHAN SENI KRIYA DI DESA PUTAT

18 November 2017 01:27:41 WIB

Putat (SIDA)- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengadakan Sarasehan Seni Kriya di Balai Desa Putat pada hari Rabu, 15 November 2017 yang lalu. Sarasehan yang dimulai pada pukul 20.00 WIB tersebut merupakan bentuk kegiatan LPPM dalam mengabdikan diri pada masyarakat khususnya perajin di Desa Putat.

Sarasehan tersebut dihadiri oleh Dr. Nur Sahid, M.Hum. selaku Ketua LPPM ISI Yogyakarta sekaligus membuka secara resmi acara sarasehan didampingi oleh Pengurus LPPM, Arif Suharson, M.Sn. dan Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. selaku Narasumber dari LPPM, Suprapti selaku Sekretaris Desa Putat mewakili Kepala Desa yang berhalangan hadir, Juni Putra Nugraha selaku Kasi Pelayanan, Sumadi selaku Kaur Keuangan, Bripka Nanang selaku Bhabinkamtibmas serta 50 perajin di wilayah Desa Putat.

Dalam sarasehan tersebut kedua narasumber menyampaikan materi tentang pengembangan kriya khususnya kerajinan kayu agar lebih inovatif dengan menciptakan karya atau bentuk baru agar tidak habis dimakan jaman. Model yang monoton nantinya akan mencapai titik jenuh sehingga produk kerajinan kayu akan sepi peminat. Selain itu diharapkan kerajinan kayu dapat dikemas dengan wisata edukatif bagi para pengunjung sehingga tidak hanya melihat dan membeli produk saja namun ada sisi edukatif yang menarik dan nantinya akan menghasilkan uang selain dari penjualan produk.

Materi yang lain adalah pemasaran produk sebagai kunci dalam penjualan. Selain memperulas jaringan dengan memanfaatkan even pameran diharapkan para perajin mampu memasarkan dengan memanfaatkan media online agar semakin dikenal luas. Media online merupakan alat promosi yang bisa dilihat oleh dunia sehingga diharapkan mampu menyerap konsumen yang lebih banyak.

Selain promosi melalui media online, yang tidak kalah penting adalah pengelolaan usaha secara sehat antar perajin. Jangan sampai saling beradu harga untuk mendapatkan order ataupun mengalahkan konsumen lama demi mendapatkan keuntungan sesaat.

Solusi agar tidak terjadi perang harga antar perajin adalah dengan model penjualan satu pintu melalui sebuah koperasi atau show room, menyamakan harga produk atau dengan mebuat range (jarak antara) harga sautu produk. Misalnya harga untuk sebuah produk disepakati dengan harga kisaran 10.000 sampai dengan 15.000, perajin hanya boleh melepaskan produk apabila harga berada di kisaran yang telah disepakati.

“Di Desa Putat sebenarnya sudah ada koperasi bagi para perajin yaitu KOPINKRA, namun dari sekitar 600 perajian baru sekitar di bawah 200 yang menjadi anggota sehingga masih sulit untuk menyamakan pandangan tersebut. Kami berharap Pemerintah Desa Putat bisa menjembatani hal ini.” Ungkap Ismadi selaku perajin dari Padukuhan Bobung sekaligus Ketua KOPINKRA.

Suprapti mengharap adanya tindak lanjut dari sarasehan tersebut sebagai upaya untuk membantu perajin di Desa Putat agar mampu berkembang dan bersaing dengan daerah lain serta menjembatani dalam menyatukan pandangan para perajin di Desa Putat agar terhindar dari perang harga antar perajin sehingga seluruh perajin dapat berkembang dan tumbuh bersama.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT