GOTONG ROYONG WKSBM HARI KEDUA, USUK DAN RENG MULAI DIPASANG

10 Oktober 2017 11:17:13 WIB

Putat (SIDA)- Gotong royong rehap atap rumah yang dilaksanakan WKSBM Cahyo Surgo bersama GASSAK dan masyarakat setempat memasuki hari kedua, Senin 9 Oktober 2017. Di hari kedua tersebut rehap rumah sudah mulai pemasangan kuda-kuda, usuk dan reng. Diperkirakan pekerjaan pada hari kedua belum bisa selesai sampai pemasangan genting karena gotong royong itu sendiri bersifat suka rela sehingga pekerjaan biasanya tidak bisa satu hari penuh. Namun demikian sudah disiapkan terpal untuk pelindung sementara.

Saat ditemui di Sekretariat WKSBM Cahyo Surgo, Giman selaku Koordinator GASSAK bersama M. Ali Syafrodin selaku Ketua WKSBM serta Agus Tino selaku FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana) menjelaskan bahwa sampai hari kedua sudah ada beberapa donatur yang turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial tersebut. Donatur berasal dari Rusbandi (Mantan Kepala Desa Putat Periode 2010-2014), Ngadiyono, Masjid Al Ma’wa serta masyarakat.

“Donatur sudah ada beberapa yang masuk, namun tidak semua kita alokasikan untuk rehap rumah Mbah Tugiyem, karena kami berencana untuk melanjutkan kegiatan yang sama. Kami tidak ingin kegiatan semacam ini hanya berjalan satu kali, tapi bisa berkesinambungan di waktu-waktu yang akan datang.” Jelas Giman.

“Target besok harus selesai, untuk papan GRC sebagai penutup gunungan sudah disiapkan. Besok akan kita kerahkan anggota dan masyarakat untuk menyelesaikannya.” Jelas Udin, panggilan M. Ali Syafrodin.

Sesuai dengan nama organisasinya WKSBM merupakan akronim dari Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat, organisasi yang dibentuk atas program dari Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip Dari, Oleh dan Untuk masyarakat itu sendiri. WKSBM sendiri berfungsi sebagai wadah atau wahana untuk manajerialnya agar tertata dan terencana dengan baik.

Diharapkan kegiatan sosial seperti ini dapat dikembangkan di lingkungan masyarakat, baik melalui WKSBM maupun secara kelompok masyarakat terkecil seperti RT, RW dan Padukuhan. Dimana masyarakat yang sedang memiliki kesejahteraan lebih bisa berbagi pada tetangga yang sedang kesulitan karena gotong royong itu sendiri merupakan tradisi atau adat budaya yang juga harus dilestarikan.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT