CERBUNG - MELINTASI JALUR BENANG MERAH

Lian 19 Maret 2024 09:12:46 WIB

BAB V (3)

 

Ike tak akan tahu apa yang putranya lakukan selama ini bila Lucy tadi tidak menghubunginya untuk datang ke Toko Kain Makmur. Kenyataan yang dilakukan Aldi menampar wajah Ike. Kenapa putranya harus mengejar janda yang tak jelas dari keluarga seperti apa dibanding menjalin hubungan dengan Lucy?

“Bu, Mbak Santi itu wanita baik-baik. Apa salahnya Aldi ingin dekat dengan Mbak Santi?! Apa Aldi harus pacaran dengan orang kaya atau keluarga terpandang sama seperti yang Ibu harapkan? Itu bukan kemauan Aldi, Bu.” Aldi berteriak dan membentak ibunya. Urat-urat di leher pemuda itu menyembul, menunjukkan berapa banyak tenaga yang ia keluarkan untuk menumpahkan ketidaksukaannya pada sikap Ike, ibunya. Aldi muak dipaksa melakukan hal yang tidak ia sukai. Dia tak ingin terperangkap dalam kurungan yang dibuat ayah dan ibunya.

“Kamu …!” Ike sudah mengangkat tangannya, bersiap menampar Aldi sebagai pelajaran atas pembangkangan yang dilakukan putranya. Hampir saja Ike melepaskan pukulan, namun tangannya terhenti di udara karena rasionalnya lebih dominan untuk tak menyakiti si buah hati. Ike masih cukup waras untuk tak melukai putranya, tapi sayangnya ia tak sadar bahwa selama ini yang ia lakukan bukan hal yang benar-benar Aldi butuhkan. Ike tak bisa memberikan apa yang terpenting untuk Aldi, kasih sayang itu tergantikan dengan lembar rupiah yang dikira cukup untuk membeli hati dan perasaan seorang anak.

Suara bisikan semakin banyak terdengar, kasak-kusuk terdengar jelas bagi Santi yang dikecam merebut lelaki orang. Sungguh hebat efek yang dirasakan Santi, ia mulai bergetar saat mendengar komentar orang yang semakin tajam tentangnya. Santi merasakan kembali perasaan yang pernah ia alami, ini sama seperti saat ia diolok-olok sebagai pembawa sial karena kematian ketiga suami juga ibunya. Trauma membuat kepalanya sakit luar biasa, ia kesulitan menghirup udara hingga tubuhnya gemetar, telinganya bahkan berdengung sampai tak dapat mendengar teriakan Aldi yang memanggil namanya dengan panik. Santi seketika menjadi mati rasa dan merasakan tubuhnya seperti melayang.

"Mbak Santi?!" Suara menggelegar itu sedikit bergetar saat Aldi melihat tubuh Santi limbung. Dengan segala keterbatasannya, Aldi berusaha menangkap tubuh Santi agar tak terbentur lantai. Langkahnya tak dapat ia pacu karena kaki pincang, mengabaikan rasa sakit yang semakin menusuk kakinya. Aldi berusaha menahan tubuh Santi, namun kekuatan tumpuan kakinya tak dapat diandalkan. Keduanya terjatuh, dengan Aldi di bawah, tertindih tubuh Santi setelah pemuda itu berhasil merengkuh Santi sebelum benar-benar terjatuh.

Ike, Lucy dan orang-orang yang berkerumun berteriak saat Aldi rubuh. Masing-masing di antara mereka memiliki ekspresi berbeda atas rasa terkejut yang mereka alami.

"Sialan, ini sakit sekali!" Erangan Aldi terdengar memecah kesunyian yang tiba-tiba terjadi karena tiap orang yang ada di tempat itu sama-sama terkejut. Aldi mengernyitkan alis, meringis menahan ngilu pada kakinya yang masih dalam tahap pemulihan terbentur dengan lutut Santi yang sudah tak sadarkan diri.

"Aldi?!" Suara yang tak terduga ada di sana, lebih tepatnya keberadaan yang terlambat datang. Aldi menoleh, menatap pada sosok yang baru saja masuk melalui pintu depan toko dengan penuh arti.

“Hen, bantuin angkat Mbak Santi. Cepetan!” Aldi cepat-cepat berteriak pada Hendi yang mematung karena terkejut dengan apa yang ia dapati, karibnya tumpang tindih, menjadi bahan tontonan dan menjadi cibiran karena keributan itu.

“Kamu kenapa, Di?” Dengan hati-hati Hendi menggeser tubuh lunglai Santi dari atas Aldi yang pucat akibat menahan sakit, dia merasa seakan-akan kakinya patah kembali. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya, menahan geram kesakitan saat dengan susah payah mencoba menggerakkan kakinya. Aman, sepertinya bayangannya terlalu jauh, kakinya masih utuh dan tak cedera lagi.

“Bantu bopong Mbak Santi, aku akan menghubungi grab. Kita ke rumah sakit segera.” Hendi menangkap maksud kalimat Aldi, mengangkat Santi dengan cekatan menggantikan Aldi yang bahkan untuk berdiri tegak saja sudah mengeluarkan keringat dingin.

 

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT