CERPEN

Lian 07 April 2023 05:57:11 WIB

Fatamorgana di Balik Tabir

 

Mega abu-abu gelap menoreh nila di langit yang harusnya cerah. Awan, pemuda patah hati itu berlutut di lapangan basket menerima rintik hujan yang dengan kejam menghunjam bumi. Pemuda itu berteriak dalam tangisnya mengingat Rachel, kekasihnya.

"Awan, aku mencintaimu sampai ke penghujung napasku. Berjanjilah kau akan selalu bersamaku, Sayang." Suara Rachel yang mendayu masih terngiang di telinganya meski waktu telah lama berlalu. Gadis bermata bulat yang selama ini menyandera hatinya, Awan begitu memuja Rachel.

"Bangsat. Lalu kenapa lo dulu bilang gitu ke gua?" Awan terpaku di tempat, memukul lantai lapangan yang berkubang dengan kepalan tangannya. Rachel meninggalkannya, dan lebih memilih Rio. Cintanya hanyut bersama aliran air hujan yang melarutkan segala duka dan kekecewaan.

Awan lelah, ia terduduk di antara suramnya udara yang mencekam. Pemuda itu telentang, tertawa menghadap langit yang angkuh. Menertawakan kebodohannya akan wanita.

"Haha, miris bener nasib gua. Nggak nyangka cewek yang gua puja-puja ternyata jalang." Awan tertawa hambar, merasa hidupnya bagai lelucon. "Lo cuma mau duit gua aja, bangsat!" teriak Awan, ia membawa lengannya menutupi matanya yang berair, tersamar air hujan yang makin deras.

Bidadari hatinya pergi setelah mengisap kering harta milik Awan dan lari bersama Rio yang sejatinya adalah kekasih Rachel. Pasangan tersebut bersekongkol menguras uang Awan sebelum mencampakkannya.

"Gua bersumpah, lo berdua nggak akan gua lepas. Bahkan, sampai ke dasar neraka pun kalian akan gua kejar." Dendam Awan nyata. Bukan lagi mengenai patah hati, tetapi karena kemalangan yang menimpa keluarganya sebab kebiadaban Rachel dan Rio hingga mereka bangkrut.

Seperti mengamini sumpah serapah Awan, guntur menyambar memuntahkan amarah yang angkuh menghanguskan apa pun yang ia sentuh. Tangan Awan mengepal erat, memberi kekuatan pada kakinya untuk melangkah meninggalkan kubangan yang menenggelamkannya.

“Jika aku tak dapat bersinar lagi, maka aku akan menyeret kalian dalam kegelapan.” Benar, masih ada jalan bagi Awan untuk memperkarakan Rachel dan Rio. Dia akan melaporkan mereka sebagai kasus penipuan, penggelapan, dan tindak kekerasan. Ada untungnya juga Awan sempat memasang CCTV di rumahnya karena sekarang benda itu bisa ia manfaatkan. Kejadian sebelum surat-surat berharga yang menjadi aset keluarganya dirampas setelah dua sejoli itu menyandera dan menganiaya ibunya Awan. Semuanya terekam jelas dari awal sampai akhir hingga tak akan ada yang bisa membantahnya.

“Kalian harus menantikannya. Ini adalah pembalasanku karena telah melukai ibuku.” Tubuh basah Awan gontai menyusuri jalan menuju satu-satunya harta yang tersisa bagi keluarganya, rumah kecil yang dulu dimiliki ayahnya sebelum usaha mebelnya masih menjadi home industry.

Rumah sederhana dengan sejuta kenangan itu menjadi perlindungan terakhir setelah harta bendanya dirampas. Tak apa, ini hanyalah langkah mundur untuk ancang-ancangnya melompat lebih tinggi.

Benar saja, selang beberapa hari kemudian Awan datang ke kantor polisi dan melaporkan kejadian yang menimpa keluarganya. Didukung dengan rekaman CCTV dan mantan asisten rumah tangga sebagai saksi menjadi bukti yang cukup untuk menjerat Rachel dan Rio.

Kini giliran Awan memandang rendah pada mantan kekasihnya itu. berpikir sangat hina bila merampas hak milik orang lain demi kepuasannya sendiri. Mereka memiliki tubuh yang sehat, mengapa tidak bekerja dengan benar untuk mengumpulkan rupiah? Bukankah dengan demikian akan merasa lebih puas karena menikmati hasil jerih payah sendiri? Nyatanya tak semua orang memiliki pikiran demikian.

 

Selesai

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT