CERITA HOROR

Lian 31 Maret 2023 23:41:05 WIB

JANJI YANG HARUS DITEPATI (4)

 

"Aku tulus padanya karena itu aku harus membuka kedok penipuan busukmu dan mengatakan bahwa teman masa kecilnya telah mati." Otot di leher Refaldo mengencang, buku-buku jarinya memutih karena terlalu kencang mengepalkan tangannya.

"Sebaiknya kau tak melakukan itu atau aku akan membunuhmu." Dio mencengkeram leher Refaldo, perlahan mengangkat tubuh pemuda yang kesusahan bernapas dan menendang-nendang udara saat kakinya tak lagi berpijak di tanah.

"Aku sudah cukup baik padamu dengan tak membunuhmu sejak awal walau kau selalu berusaha mencelakaiku." Ekspresi Dio masih tak berubah saat melihat dan merasakan Refaldo mencakar tangannya yang ada di leher Refaldo.

"Dio!" Suara familier itu mengejutkan Dio, sontak mengalihkan pandangannya pada gadis yang terengah-engah setelah berlari, terlihat seorang pemuda menyusul di belakang si gadis, itu Aldi yang panik melihat Refaldo dicekik di udara. "Lepaskan dia!" titah gadis itu.

"Tapi, dia ingin memisahkan kita, Aria." Berlawanan dengan apa yang dia katakan, Dio memasang wajah memelas pada Aria.

"Tapi, aku tak mau kau menjadi pembunuh! Lagi pula, aku sudah menolaknya." Aria berusaha membujuk Dio yang matanya memerah.

"Tidak Aria, aku harus menyingkirkan pria berengsek ini. Dia punya pikiran kotor padamu, Aria. Dia ingin menodaimu lalu meninggalkanmu setelah dia bosan, seperti kekasih-kekasihnya yang lain." Dio mendesis di ujung kalimatnya, tatapannya menyipit setelah kembali terpusat ke arah Refaldo yang wajahnya hampir berubah biru karena kehabisan napas.

"Jangan bicara sembarangan kau penipu! Sampai kapan kau mau membohongi Aria?” Aldi yang ada di belakang Aria geram melihat sepupunya tercekik dan matanya hampir membalik jadi putih. “Lepaskan dia, berengsek!” Dia berlari menerjang udara dingin, melesat menuju Dio dan mendorongnya hingga Dio dan Refaldo tersungkur. Syukur, usahanya membuat Refaldo lolos dari cengkeraman Dio, dia langsung terbatuk karena tercekat oleh oksigen yang berusaha ia hirup.

“Beraninya kau …!” Hawa dingin naik dari permukaan tanah, tiba-tiba kabut menyelimuti suasana senja merah yang bagai membakar langit sebelum perlahan berubah gelap saat matahari kembali ke peraduan. Sesak, udara terasa tipis saat kegelapan perlahan menyelimuti.

“Di-Dio?” Aria tergagap melihat Dio berubah. Wajahnya tak lagi tampan, kulitnya hitam bercampur merah darah, kulitnya pecah memperlihatkan daging setengah matang. Aria membekap mulutnya saat bau daging gosong bercampur anyir menyeruak ke dalam penciumannya.

“Kalian harus mati. Kalian mengusik Aria.” Sosok menyeramkan Dio selangkah demi selangkah mendekati Refaldo yang berusaha berdiri dengan dibantu Aldi, kengerian membuat mereka gila dan berusaha lari.

Percuma, sebelum mereka berhasil menapakkan langkah pertama, mereka telah tertangkap oleh Dio. Dio mencengkeram belakang leher Refaldo dan Aldi, mengangkat keduanya ke udara dengan kekuatan yang tak masuk akal. Meronta, menendang, hanya itu yang bisa mereka lakukan sambil berusaha melepaskan cengkeraman Dio yang sekokoh batu. Tangan Refaldo dan Aldi bagai lidi yang akan patah kapan saja bila dibandingkan dengan kekuatan Dio.

“Tidak … kau tak boleh melakukannya.” Aria sungguh gadis pemberani, ia mengesampingkan rasa ngeri dan jijik dan menyekap Dio dari belakang. Gadis itu gemetaran memeluk Dio, punggung tegap itu terasa aneh saat bersentuhan dengan dadanya.

“Kumohon hentikan, aku baik-baik saja. Jangan kotori tanganmu dengan kematian mereka.” Aria menangis, suaranya jelas bergetar. Ini semua terlalu banyak untuknya. Kenyataan apa ini?

Aria terus memohon pada Dio, ia tak ingin Dio menjadi orang yang tak ia kenali. Ia menggigil dalam keputusasaan. “Kumohon. Apa yang terjadi padamu?” Aria merosot ke tanah, ia bersimpuh di bawah kaki Dio dengan menundukkan kepalanya dalam tangis.

Dio bergetar mendengar rintihan Aria dan menjatuhkan kedua orang dalam cengkeramannya dengan tak sengaja. Tubuhnya jadi lemah mendengar suara lirih Aria, aura menyeramkan berangsur menghilang diganti kesunyian malam. Dio berbalik, bersama dengan senyuman ringan, tubuhnya kembali ke tampilan Dio yang tampan.

 

 

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT