CERITA HOROR

Lian 31 Maret 2023 23:40:53 WIB

JANJI YANG HARUS DITEPATI (3)

 

Di lain tempat, Aria membawa Dio ke sebuah taman. Taman itu adalah tempat yang dulu sering mereka datangi setiap sore, tempat penuh kenangan masa kecil mereka.

"Aria, kamu tumbuh menjadi gadis cantik sekarang." Ucapan Dio membuat Aria kosong. Sesaat Aria kehilangan kemampuan berpikirnya, senyuman hangat Dio menyilaukan matanya.

Tanpa Aria sadar ia tersipu, segera ia memalingkan wajah dari Dio karena wajahnya memanas. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah dan mengatur irama napasnya yang dikacaukan oleh ucapan Dio.

"Ka-kau mengejek, ya?" Aria kesal karena Dio tak peka dengan gelagatnya. Ya, sejak memasuki usia remaja Aria mulai menunjukkan ketertarikan pada Dio. Sebelum Dio menghilang dua tahun lalu, tiap hari ia tak pernah absen mengontak Dio melalui WeChat. Aria mencintai Dio.

"Aku senang kita bertemu lagi." Tiba-tiba saja Aria merasa Dio akan pergi sangat jauh hingga tak dapat ia susul ketika pemuda itu mengatakan kalimat itu. Senyumnya terlihat sendu, pasrah akan keadaan yang tak Aria tahu.

***

"Jangan sembarangan bicara, Do!" Aria menyentakkan tangan Refaldo yang menahan lengannya. Kemarahan tak lagi dapat ditahan Aria saat Refaldo mengatakan jika Dio adalah penipu.

"Kau harus percaya padaku, Aria. Aku bisa membuktikannya padamu kalau kau mau." Refaldo kembali menarik lengan Aria yang hendak pergi meninggalkannya.

"Cukup, Do. Jangan bicara apa pun lagi padaku." Dengan itu Aria benar-benar meninggalkan Refaldo sendirian.

Refaldo menatap nanar ke arah Aria yang semakin menjauh. "Bagaimanapun caranya aku harus membuat dia percaya." Setelah menggumamkan itu dengan jari-jari terkepal, Refaldo berpaling dan mencari Dio.

Cukup sulit usaha Refaldo mencari keberadaan Dio, kafe tempat dia sering bertemu Aria pun tak ada. Tak ada informasi yang ia dapat mengenai di mana Dio tinggal, jadi Refaldo mencari pemuda itu secara random. Refaldo menjelajahi kota tempat tinggalnya, membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyusuri semua tempat di sana, tapi tanpa hasil.

"Sialan, ke mana perginya orang itu?" Refaldo dengan kasar membuka helmnya. Ke mana lagi dia harus mencari Dio? Semua tempat di kota itu sudah ia datangi, tapi Refaldo tak bisa menemukan keberadaan Dio. "Tunggu, jangan-jangan …." Refaldo mengingat satu tempat yang selalu ia lewatkan dalam pencariannya.

Refaldo bergegas mengenakan helm lalu memacu motor menuju kompleks pemakaman. Dia menyisir tempat itu dengan pandangan menyelidik, sepi karena waktu sudah senja hampir gelap. Perlahan kakinya menapak, dengan aktif matanya mencari keberadaan Dio. Sebenarnya dia sendiri ragu apakah yang dia cari ada di sini karena tinggal tempat ini saja yang belum ia datangi.

Refaldo tercekat saat ia melihat seorang pemuda sedang jongkok di depan salah satu pusara dengan posisi berdoa. Ia mengabaikan kejutan sesaatnya lalu memaksa kakinya melangkah menuju orang itu, ia harus menyelesaikan ini segera agar dia dapat membuka mata Aria.

"Sebenarnya siapa kau?" Suara tertahan Refaldo terdengar dalam dan berat lolos dari sela-sela giginya yang terkatup geram. Refaldo menatap pemuda yang berjongkok itu memalingkan wajah ke arahnya.

"Aku adalah Dio. Kau sudah mendengarnya dari Aria, bukan?" Ya, orang itu adalah Dio. Dia berdiri perlahan dan berhadapan dengan Refaldo.

Mata Refaldo menyipit sangsi dengan apa yang dikatakan Dio. "Aku yakin dengan informasi yang aku dapat itu akurat, Dio Pratama telah tiada dalam sebuah kebakaran besar 2 tahun lalu. Beritanya sempat dimuat di surat kabar, cukup menghebohkan karena kebakaran itu menelan puluhan rumah dan juga banyak korban mati, termasuk keluarga Dio Pratama."

"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku korban selamat dari kebakaran itu?" Dio berperilaku santai, tak ada tanda-tanda ketakutan bahwa dia akan disudutkan oleh Refaldo. "Aku adalah Dio Pratama, Dio yang asli."

"Tidak mungkin, saat itu semua korban kebakaran telah diidentifikasi, mereka melakukan  tes DNA karena fisik mereka sudah tak bisa dikenali karena gosong." Refaldo tak mau kalah, dia menumpahkan semua informasi yang telah didapat melalui orang suruhan Aldi. "Apa perlu aku menggali kuburanmu dan mengambil tulang belulangmu lalu melakukan tes DNA menggunakan itu?" tantangnya.

"Kenapa kau selalu mengusikku? Aku hanya ingin berada di dekat Aria, melindungi anak itu, melepaskan kerinduannya." Perlahan Dio mendekat ke arah Refaldo, menatapnya tanpa rasa takut apalagi keraguan. "Sebaiknya kau menyingkir dari jalanku, Aria tak pantas untuk orang berengsek sepertimu."

 

 

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT