CERBUNG - INDIGO

Lian 30 Maret 2023 06:30:38 WIB

KASIH SAYANG SEORANG IBU (2)

 

Diana menceritakan bahwa sudah beberapa hari ini Doni rajin mengunjungi makam ibu mereka, padahal biar dipaksa pun pemuda itu selalu tak mau.

"Don, jangan salahkan dirimu. Kematian ibumu bukan kesalahanmu, itu adalah pilihannya." Kata Lily selanjutnya karena Doni tak menunjukkan ketertarikan sama sekali padanya.

Benar saja, topik yang diambil Lily membuat pemuda itu berpaling dengan mata berkaca-kaca. "Apa yang kamu tahu? Kalau saja bukan karena aku menyeberang dengan sembarangan saat itu maka mama tak akan tertabrak truk."

Doni terduduk di tanah. Kedua tangannya memegang kepala sambil menjambak rambutnya. Punggungnya membungkuk menyebabkan kepalanya bersentuhan dengan kedua lututnya. Doni ingin sekali bersembunyi, rasa bersalah dan penyesalan memeluknya dengan kejam selama belasan tahun.

Melihat Doni meringkuk membuat Lily ikut berlutut. Gadis itu mengapit dua pipi Doni lalu menariknya agar menatapnya. "Tutup matamu Don. Atur napasmu perlahan dan tenanglah."

Doni mengikuti apa yang Lily katakan. Tarik napas lembut lalu hembuskan perlahan, ia mengulanginya terus menerus hingga mendapat yang ia inginkan. Gelap, matanya tertutup untuk mencapai konsentrasi dan terpisah dari kesibukan sekitar. Karena itu juga ia terkejut saat Lily menyentuhkan dahinya dengan dahi Doni, tapi si pemuda tak berani membuka matanya. Wajahnya berubah memerah, tiba-tiba saja Doni merasa gerah dan salah tingkah.

"Konsentrasi, Don. Rasakanlah aliran udara di sekitarmu dan ikhlaslah menerima apa yang akan kamu alami." Kata-kata yang diucapkan Lily membuat Doni bingung untuk mencerna maksudnya namun pemuda itu dengan patuh melakukan instruksi yang diberikan Lily.

Mata Doni terpejam, tapi anehnya seperti ada cahaya yang bersinar dari kecil lalu membesar bersamaan munculnya sosok wanita berambut panjang bergaun putih. Doni ingat wajah yang muncul di benaknya itu. Rambut panjang dikepang dengan rapi, menambah ayu wajah wanita yang tersenyum ke arah Doni. Tanpa sadar Doni beringsut mundur namun Lily tak melepaskannya dan mendesak Doni untuk tetap konsentrasi.

"Doni anakku … maafkan Mama, Nak. Ternyata tindakan Mama malah membuatmu jatuh pada kubangan rasa bersalah." Lisa muncul di benak Doni dengan bantuan Lily. Wanita itu menatap sendu anaknya yang kini sudah berusia 18 tahun. Sudah lama ia meninggalkan Doni yang berusia 5 tahun sendirian menyalahkan diri sendiri atas kematiannya.

"Ma-Mama." Doni menangis, sungai kecil terbentuk dari sudut matanya yang terpejam karena rasa kerinduan dan dorongan rasa sakit yang bercokol di hatinya sejak lama.

"Jangan menyalahkan dirimu, Nak. Mama tak ingin kamu seperti ini. Ikhlaskan kepergian Mama." Lisa tersenyum namun sorot matanya tidak demikian.

"Tidak, Ma. Andai saat itu Doni yang mati maka Mama tak akan seperti ini." Air mata Doni semakin deras mengalir melintasi pipinya dan jatuh ke tanah. Kata-kata yang terucap dari mulutnya terdengar begitu pilu.

"Seorang ibu tak akan membiarkan anaknya berada dalam bahaya, begitu juga dengan Mama. Kamu adalah anak Mama yang berharga. Mama menyayangimu, Doni. Bebaskan dirimu dari simpul kusut di hatimu. Mama ikhlas menyelamatkanmu saat itu, Mama hanya ingin kamu tumbuh dan hidup dengan baik." Lisa mengatakan apa yang selama ini tak bisa ia sampaikan pada Doni karena perbedaan alam mereka. Hatinya terasa lega setelah mengeluarkan apa yang harus ia sampaikan pada putranya. Ia menyayangi sang putra dengan sepenuh hati, tak peduli meski tak menerima balasan.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT