CERBUNG - INDIGO

Lian 30 Maret 2023 06:30:18 WIB

KASIH SAYANG SEORANG IBU (1)

 

“Ly, kamu sudah baikan?” Suara lembut Lisa menenangkan Lily yang masih terbaring di atas brankar. Pagi tadi ia dipindahkan ke bangsal dan harus menunggu sampai menghabiskan lima kantong infus sebelum ia diizinkan pulang.

“Hmm, Lily baik-baik saja, Ma. Cuma dehidrasi aja.” Senyum Lily terbit melihat hantu yang selalu mengekorinya itu. Ia harus bersyukur karena berkat Lisa ia dapat selamat tepat waktu.

“Mama minta maaf karena tidak bisa banyak membantu. Mama juga tak menyangka Doni terlibat dengan Adelia meski tak ada hubungannya denganmu.” Lisa merasa bersalah karena masalah semakin kusut, terlebih Doni hadir di waktu dan posisi yang tidak tepat.

“Bukan salahnya, Ma. Doni juga tak tau bagaimana aslinya Adelia. Dia juga korban.” Bila seperti ini Lily seperti orang yang sudah banyak memakan garam. Ketenangan dan cara bicaranya terkadang tak sesuai dengan umur apalagi penampilannya.

Lily terlentang, ia merasa harus menyelesaikan masalahnya dengan Doni. Meluruskan pemahaman yang bengkok mengenai kematian Lisa. Ia harus mencari waktu.

Lisa tahu apa yang dipikirkan dan diinginkan Lily. Ia sendiri harus siap dan bersikap pemberani kali ini. Untuk terakhir kalinya.

Hampir tiga hari Lily dirawat. Luka lebam telah membaik. Perasaan Lily saat ini sedikit lebih ringan karena penglihatan masa depan yang ia dapat sebelumnya telah dilalui meski dengan kesakitan. Lily tahu betul apa aturan tak terucap yang tak boleh ia langgar sembarangan, mendahului kehendak Yang Maha Kuasa dengan membeberkan rencana-Nya.

Lily sadar, ia diberi petunjuk untuk mencegah kemalangan terjadi dengan penglihatan masa depan. Namun, kemampuan manusia itu terbatas. Sering Lily merasa lemah dan ketakutan hingga ia harus berbagi pada mereka yang bisa ia percaya. Ia tak ingin apa yang ia beberkan mengenai penglihatan masa depannya menjadi bumerang. Iya bila ada yang percaya, tapi bila tidak? Tuduhan penipuan dan label aneh akan melekat padanya. Setidaknya ia tak boleh mengatakan secara keseluruhan karena manusia butuh berusaha agar tidak ketergantungan dan mencari jalan paling mudah.

Lily berjalan menyusuri trotoar. Earphone tersumpal di telinganya, menghantarkan alunan musik ballad. Langkahnya terhenti di depan pintu masuk pemakaman umum yang dihiasi kamboja yang sedang mekar. Deretan nisan berjajar rapi dan terawat. Hijaunya rumput melapisi permukaan tanah dan beberapa bunga liar tumbuh memberi warna yang berbeda. Anehnya tempat itu tak terlihat menyeramkan walau ratusan nisan ada di sana.

Lily masuk lebih dalam di bagian tengah kompleks pemakaman itu. Di sana ia melihat seorang pemuda berjongkok dengan satu lutut menyentuh tanah. Pemuda itu bergeming.

“Don.” Lily yang tepat di belakang pemuda itu memanggil.

Si empunya nama tak menoleh. Ia bagai bisu, mengabaikan kehadiran Lily.

Untuk beberapa saat Lily hanya bisa terdiam oleh kebisuan Doni. Punggung pemuda itu yang biasanya tegap dan gagah kini terlihat layu.

Lily menghela napasnya. "Ada yang ingin bertemu denganmu. Sudah lama ia menantikan untuk berbincang dan memelukmu. Itulah kenapa aku ke sini menemuimu."

Memang benar, Lisa-lah yang mendesak Lily untuk bertemu putranya. Ia ingin meminta bantuan pada gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu menjadi perantara agar Lisa bisa berkomunikasi dengan Doni.

Tadinya Lily mendatangi rumah Doni, tapi di sana ia hanya bertemu Diana, kakaknya. Dari dialah Lily tahu keberadaan Doni.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT