CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS
Adera Nusa 28 Maret 2023 04:38:09 WIB
NISKALA PUSPAS
Bagian 15
Karya Ei_Shaa
"Emang kenapa, gue gaboleh ngasih cokelat ke Ghina?” Sahut Abimanyu cukup cepat.
Rachel menggeleng sembari menampilkan senyuman anehnya yang tidak dimengerti Ghina sama sekali. Dalam pikirannya mungkin ini adalah sebuah cokelat biasa tanpa maksud tertentu atau hanya sekedar untuk menghiburnya semata.
“ini cuman tiitpan, jadi lo makan aja.” Ujar Abim sembari berlalu mengambil kursinya dengan tenang.
Meski bukan kebiasaanya menerima sesuatu dari banyak orang tapi pemberian Abim masih bisa ia terima. Pelajaran beberapa jam ini cukup menguras energinya. ditambah lagi pikiran yang seharusnya tidak dipikirkannya kini mulai memaksa untuk kembali. lagi-lagi saat dirinya hendak menghindari sosok yang masih jauh dari kata mungkin untuknya terlihat kembali.
Bukan hal yang aneh jika kakak kelasnya ini selalu menghampiri sosok Ghina sepulang sekolahnya. Tatapan berseri dan senyum yang menawan seperti biasanya membuat Ghina tidak bisa sedikitpun mengalihkan pandangannya. Seperti wanita umumnya, laki-laki yang sering dipuja kala dirinya berhasil memasukkan poin pada ring basket kesayangan sekolahnya.
Hal ini pun dapat terjadi kepada GhiJna yang sudah menaruh air pada wadah yang salah. Sejak awal memang ini salahnya jika dirinya hanya menaruh hati setelah seseorang yang selalu membelanya dengan penuh berani. Rio adalah laki-laki setelahnya.
“Bagaimana- kakak bisa ada di sini?” Tanya Ghina sedikit terbata.
Rio mengangkat kembali alisnya kurang mengerti dengan maksud dari ucapan Ghina. “Iyalah, menjemputmu seperti biasa.” Dengan entengnya ucapan itu keluar dari bibir Rio. Tas yang dibawanya di pundak itu semakin menambah penampilan menariknya.
“Aku pulang sama Rachel.”
“Huh? Aku?” tanya Rachel yang kini mulai tidak mengerti dengan ucapan dari Ghina yang mulai meracau
Tidak biasanya anak itu mengajaknya pulang bersama. Tetiba saja Rachel menerima sinyal dari sahabatnya itu.
“Ah- Iya kak, Aku janji sama Ghina buat pulang barengan.” Lanjut Rachel sembari menyunggingkan senyuman dan merangkul bahu Ghina dengan penuh percaya.
“Tapi, Ghina udah janji buat pulang barengan tuh.” Sanggah Rio tak mau kalah.
Ghina dan Rachel hanya saling melempar pandangan kalahnya. Mengesampingkan perasaan aneh yang kini semakin menjadi, mengingat kejadian yang dilihatnya beberapa saat yang lalu cukup membekas.
“Kalau gitu, aku ada di belakangmu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di jalan nantinya.” Kekehnya.
“Terserah deh.” Putus Ghina sedikit jengah dengan ketetapan hati Rio untuk mengantarkan pulang dengan selamat.
Seperti yang Ghina bayangkan jika motor yang sering dinaikinya sepulang sekolah itu terus mengikutinya sejak ia meninggalkan gerbang sekolah. Pandangan Rachel pun turut mengarah pada sosok laki-laki yang terus mengikuti kemana arah mobilnya berjalan.
“Awalnya gue agak ragu jika dia akan mengikuti sejauh ini.”
“Yea, tapi kan emang agak aneh kalau dia nggak nganterin lo pulang sekolah.” Balas Rachel dengan sunggingan senyumnya.
“Lebih baik lo periksa pelan-pelan deh.” Lanjut Rachel. Ghina yang tidak paham hanya mengisyaratkan pertanyaan dengan alisnya,
“Iyaa, nanti lo juga bakalan paham sendiri.” Rachel sesekali kembali mengecek pesan yang ada dalam layar pipih miliknya. “Nih sampai.”
Ghina yang sebenarnya sedang tidak dapat menghadapi tekanan perasaan yang ia rasakan sekarang ini hanya bisa memandang pintu sebelahnya yang tidak kunjung ia buka. Seolah masih enggan untuk pergi, kaki Ghina yang sudah keluar dari mobil sambil melambaikan tangan penuh gembira.
Suara mesin motor yang sebelumnya terdengar kini sudah tak lagi terdengar. Kaki panjang sang pemain basket itu kembali melangkah mendekat pada Ghina. Layaknya sang kakak yang penuh kasih, Rio mendekat menggenggam tangan Ghina penuh kasih.
“Besok jangan pulang sendiri ya, Aku bakal antar jemput kamu kayak biasanya.” Tutur Rio lirih. Sedang Ghina hanya menatap sepasang netra yang terlihat sendu di depannya.
“Besok Ghina ada janji sama Rachel, jadi kak Rio nggak usah khawatir. Aku sama Rachel bakalan baik-baik aja kok.” ucapan yang diikutinya dengan senyuman ini hanya untuk menutupi kebohongannya.
“Kamu yakin? Di luar sana bukan tempat orang yang bisa bikin kamu luka loh.”
“Nggak, Kak! Nggak usah liat di luar sana. Aku terus di sini pun menyimpan banyak luka.” Ghina mengalihkan pandangannya. Ia tidak kuasa untuk bisa melihat ke arah manik mata Rio.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- HARI TERAKHIR PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- KOORDINASI BPN TERKAIT PTSL KALURAHAN PUTAT
- BANK SAMPAH PADUKUHAN BATUR
- BIMTEK KPPS KALURAHAN PUTAT
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR