CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS

Adera Nusa 26 Maret 2023 21:06:54 WIB

NISKALA PUSPAS

Bagian 14

Karya : Ei_Shaa

 

Dugaan Rachel memang benar adanya. Ghina masih belum bisa melupakan apa yang terjadi di lapangan itu. Dan ini menjadi hal wajar jika menyangkut masalah perasaan. Biar bagaimana pun, dirinya dan Ghina sudah berteman cukup lama untuk bisa saling mengerti kebiasaan hingga pemikirannya.

“Nah, denger lonceng ‘kan ya, ke kelas yuk.” Ajak Ghina sembari menarik lengan Rachel. Sedang Rachel hanya menyunggingkan senyumannya.

“Dasar, disiplin banget ya.” Kalimat itu kembali diikuti oleh tawa kecil Ghina yang sudah menebak kalimat yang akan keluar dari mulut Rachel.

Tidak berselang lama sejak mereka kembali ke dalam kelasnya tanpa adanya seorang pun. Mereka kembali mendapati keterkejutan yang barusan sempat mereka lupakan. Sontak pandangan mereka bertemu satu sama lain.

“Yo! Pulang?” sontak kalimat singkat itu membuat  langkah Ghina berhenti. Lelaki dengan tatapan menyapa ini duduk di kursi paling belakang dengan tangan yang bersandar di kursi yang lainnya.

Ghina lantas menoleh, ia masih mengingat jika Rachel masih bersamanya. Gadis di belakangnya itu lantas membuka suaranya. 

"Ngapain Lo di sini, Lo sendiri ga pulang?" tanya Rachel sembari berjalan pada kursi tempat duduknya. Sedang Ghina diam mengekor. 

"Nggak ada temen Ngobrol." Singkatnya. 

"Idih, dasar, mana teman-teman Lo?" 

"Mereka ada urusan." 

Ghina yang menjadi fokus sorotan Abim semakin terlihat sedang ada sesuatu yang membuatnya berpikir. Sontak sadar dengan hal itu, Rachel lantas berbalik menghadap Ghina. Jemari kecilnya seolah meminta Abimanyu untuk melakukan sesuatu. 

"Ghin, lo dicari Bang Azil tuh. Katanya ada sesuatu yang mau Bang Azil bilang." Kini Abim berdiri sembari menggantungkan tasnya di punggung. 

Ghina menoleh, "Bang Azril?" Sedang Abim hanya mengangguk. Nama itu masih diingatnya dengan jelas, sosok lelaki yang berada di toko peralatan musik kecil langganan Abimanyu. 

"Aku mau, tapi tidak hari ini." Lirihnya, tapi kalimat itu masih terdengar jelas oleh Abim yang mendengarkan jawabannya dengan seksama. 

Lantas bibir itu mengulas senyuman ringan sembari diikuti tubuh itu melenggang pergi.

*****

Ghina terus menekuk wajahnya sejak pagi tadi. Kejadian minggu lalu masih berputar di kepalanya. Belum cukup sampai di situ, pandangannya tampak kosong. Ranjau di hatinya kembali terbuka.

Rachel sebagai sahabatnya itu tidak lagi bisa menenangkan hati kecil Ghina. Melihat Rio dengan salah satu anggota ekstra bersamanya yang selalu tampil narsis membuatnya jengah. 

Tapi melihat kondisi Ghina terus lesu tidak bisa ia biarkan begitu saja. Rasa pedulinya kian meningkat untuk Ghina. Dan hanya satu yang dapat membelokkan pikirannya tentang Rio. 

"Ghin, lo kok dari pelajaran Bu Ana ngga konsen gitu?" Senggol Rachel sembari menyodorkan minuman. 

Tangan Ghina meraih botol yang sudah mengembun itu sambil menghela napas sesekali. "Gue gaada semangat sama sekali." 

"Biasanya gimana emang?" 

Ghina terbatuk. Setengah minumannya tumpah. Dengan cepat tangannya menutupi mulut sembari menoleh ke arah Rachel dengan pandangan memicing. 

"Lo jadi temen ngerti kek, belain kek." Sedang Rachel yang sedang dikritik hanya menyengir tanpa salah. 

Lantas tiba-tiba sebuah cokelat batangan berada di pangkuan Ghina tanpa ia minta. Kedua pasang mata itu lantas menoleh bersama. 

"Buat lo." Kalimat ringan dengan wajah serius itu semakin membuat kedua gadis itu kebingungan. 

"Ini apa ya?" Tanya Rachel sembari mengangkat cokelat dari pangkuan Ghina.

"Cokelat." 

"Bim, ini kenapa di kasih ke gue?" 

"Ya daripada gue kasih ke temen lo mending gue kasih ke elo." Santainya. 

"Lo nggak mabuk kan?" Ujar Ghina memastikan.

Abim terdiam sembari memang keduanya dengan tatapan tidak bisa diartikan. "Nggak,  gue sama sekali ngga mabuk, itu cokelat emang buat lo Ghin." 

"Tumben banget lo ngasih beginian?"  Tukas Rachel dengan cepat.

"Emang kenapa, gue gaboleh ngasih cokelat ke Ghina?” Sahut Abimanyu cukup cepat.

Rachel menggeleng sembari menampilkan senyuman anehnya yang tidak dimengerti Ghina sama sekali. Dalam pikirannya mungkin ini adalah sebuah cokelat biasa tanpa maksud tertentu atau hanya sekedar untuk menghiburnya semata.

“ini cuman tiitpan, jadi lo makan aja.” 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT