CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS
Adera Nusa 30 November 2022 08:23:40 WIB
NISKALA PUSPAS
Bagian 11
Karya : Ei_Shaa
Ghina yang tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Abim lantas menoleh. Kenapa orang di sampingnya yang tidak tahu apa-apa ini malah mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia dengar sebelumnya.
"Bodo amat, dengan mereka gue tetep aman aman aja tuh." Acuh Ghina.
"Yaelah elo, kayak gatau Ghina aja. Selama ini gue juga baik-baik aja. Lo tuh terlalu parno tau. Udah lah males ladenin beruang kayak elo."
"Gue nggak ngerasa tuh, selama ini juga baik-baik aja ga ada yang luka." Simpul Ghina sambil terus memakan bakso yang sebelumnya ia pesan.
"Eh iya, Ghin, gue tadi ketemu sama Kak Rio katanya nanti disuruh tunggu abis pulang sekolah, dia ada acara bentar." Ujar Rachel yang baru pulang dari membeli minuman. Kembali Rachel menempati bangku kosong di sebelah Ghina.
"Nggak penting banget niat ngajak tapi suruh nunggu." Nyinyir Abim di sela kunyahnya.
"Eh jijik banget si lo Bim, di telen dulu kali." Ujar Rachel sambil memicingkan matanya kurang suka. Sedang pemilik nama tersebut tidak merespon.
"Ntar deh gampang, gue harus ketemuan sama seseorang juga." Ujar Ghina berusaha tenang.
"Yee 'si nggak belajar' dari masalah kemarin." Sinis Abim cukup pelan namun Ghina masih bisa mendengarnya.
Pendapat mereka tidak akan pernah berhenti kecuali salah satu di antara mereka ini memutuskan untuk berhenti. Di lain sisi perasaan Ghina sedikit menyimpan pedih mengingat beberapa waktu yang lalu seperti yang diaktakan Abim padanya. Tentang bagaimana sepasang matanya ini melihat sosok Rio yang dikenalnya pergi bersama dengan seseorang.
Meski Ghina setenang kelihatannya saat makan, jauh dalam lubuk hatinya dia terus menangisi seseorang yang amat dikenalnya selama beberapa tahun ini.
*****
Abimanyu kembali pada kebiasaannya. Berada dalam sebuah tempat yang tidak asing baginya. Sambutan tangan kini melayangkan salam pukulan padanya. Tidak ada rasa aneh sama sekali seperti biasanya.
Dion, Galih, Niko dan dua dari mereka yang tidak pernah berjalan sesuai rencana. Mereka punya aturan sendiri dalam bermain. Tidak seperti kebanyakan orang. Tidak seperti orang lain di luar sana.
Tidak ada yang tahu jika mereka ini adalah teman-temannya. Kepindahannya membuat Abim tidak lagi berada satu sekolah dengan mereka. Hubungan yang mereka jalin lebih lama sejak mereka bertemu pada bangku kelas satu SMP.
Pertemuan yang buruk untuk pertama kalinya membuat Abim dan teman-teman yang sekarang bersama dengannya ini tetap bertahan tanpa alasan. Tujuan mereka sama.
“Lo kemari?” Galih yang tengah mengamati lilin yang menyala di siang bolong ini.
“Ya, gitu. lo udah bawa barangnya?” Tanya Abim memastikan.
“Sejujurnya nggak, ada masalah lagi yang nggak bisa gue tangani dan barang yang lo minta nggak ada.”
“Lo serius? masalah apa emang?” Abim mulai menyesap rokoknya cukup nikmat sembari mengambil tempat untuk duduk.
Galih menggeleng, tatapannya mengarah pada Dion. "Sebetulnya ini nggak biasa buat kita. Lo yakin kali ini?"
Asap tipis perlahan itu mulai keluar dari bibir Abim. Abimanyu menggeleng pelan sebelum akhirnya anak itu kembali melayangkan kalimatnya.
"Iyalah, buat apa gue ngumpulin kalian di sini kalo bukan buat itu. Emang ini masalah nggak bisa dianggap remeh, jadi lo bisa bilang aja ntar kita bantu."
"Hey Bim!"
"Woy, Niko, gimana lu? Gue denger dari Dion lo tu kena masalah sekolah?"
"Gue di skors anjir, 15 hari gue ga boleh skip pelajaran, gitu. Bikin kesel." Kalimatnya diikuti tawa renyah dari seluruh teman-temannya sekarang.
"Biasa aja kali, gue tiap kali masuk sekolah langganan ga pernah berhenti, kek tukang bakso keliling." Ujar Galih tidak kalah.
"Anjir banyak tu duit buat renovasi ni tempat haha."
"Sialan lo, dikira tukang bakso beneran kali ya."
"Sialan lo, dikira tukang bakso beneran kali ya."
Ruangan kecil itu dipenuhi oleh tawa dari mereka. Sejak kurang lebih 6 tahun kebersamaan mereka menghiasi ruangan, lebih tepatnya sebuah bangunan kosong yang sudah lama mereka gunakan untuk bertemu.
"Eh lo gimana?" Senggol Niko sembari membagikan minuman botol pada teman-temannya.
"Hah? Apanya yang gimana?" Abim menghisap puntung rokok yang terakhir sebelum menjawab pertanyaan selanjutnya yang dikirimkan padanya.
"Itu, gue denger dari seseorang. Lu mulai langganan BK juga. Lu oke 'kan?" Galih kini mengambil alih kalimat yang mereka inginkan.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR
- PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT ADAKAN PENILAIAN KOMPETENSI KADER KADER POSYANDU
- FPRB KALURAHAN PUTAT RABAS-RABAS POHON YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN BENCANA
- KADER MENGADAKAN KUNJUNGAN BAGI LANSIA KERUMAH-RUMAH