CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS

Adera Nusa 15 November 2022 17:04:22 WIB

NISKALA PUSPAS 

Bagan 9

Karya : Ei_Shaa

 

Tidak terasa dari hanya pergi buat beli senar biola sampe pergi makan mereka menghabiskan waktu untuk pergi. Hingga menjelang malam Ghina masih berada dengan Abim. Sejak sore setelah Ghina meminta Abim untuk mengajaknya pulang, mereka tidak lantas pulang ke rumah Ghina. Melainkan berhenti di sebuah danau yang sedikit luas dengan lampion yang mengambang dan pantulan-pantulan sinar yang indah. Sesuai dengan permintaan Ghina.

Sayangnya, tidak sampai pada tempat di mana Abimanyu menghantar Ghina pulang. Dirinya dicegat sekumpulan geng yang pernah ia lihat sebelumnya. Mereka menatap Abim dengan pandangan yang tegas. Lantas Ghina juga menyuruh Abim untuk berhenti.

“Lo bisa turunin Ghina sampe di sini.” Abim lantas menurunkan helm yang dikenakannya sambil memandang mereka dengan tatapan menolak.

“Gue bisa kok nganter Ghina sampe depan rumahnya tanpa luka.”

“Maksud lo apaan, hah?” Salah satu orang di barisan mereka maju sambil menunjukkan ekspresi tidak sukanya.

“Udahlah Bim, gue pulang sama mereka aja.” Ghina lantas melepaskan helm milik Abim. “Makasih … lo udah ngajak gue hari ini.” Suara Ghina lantas melemah tapi tetap menyunggingkan senyumannya.

“Jangan ngikutin gue, awas lo ya!”

Abim hanya bisa memandangi Ghina yang berjalan mendekat ke arah genk di depan sana. Tidak ada yang bisa ia lakukan meski dirinya bisa melakukan hal itu. Melihatnya tidak suka saat melihat dengan orang yang setiap hari bersamanya kini tidak ada lagi untuknya, dan tentu saja. Raut wajah yang tidak bisa ia artikan lagi. Hanya keyakinan yang membuat Abim bisa mengatakan hal tersebut.

***

Seperti yang diduga oleh Abimanyu, matanya mendapati sosok Ghina yang terlihat lesu tanpa semangat. Sedang dirinya sendiri selalu saja terlihat dingin seperti biasanya. Bahkan pandangan yang ia inginkan untuk menatapnya seolah meminta penjelasan atas kejadian kemarin pun tidak akan pernah Ghina berikan pada Abim.

Langkahnya gesit. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi Abim untuk menempati bangku kosong yang lainnya. Pemilik bangku tersebut hanya bisa menahan marah dengan apa yang dilakukan sosok orang ini sekarang. Rasanya semua yang ia lakukan ini bukanlah sebuah kesalahan. Lebih tepatnya Rachel hanya tidak ingin menjadi perhatian dari pandangan anak-anak kelasnya.

“Lo … ngapain duduk di sini?” Ghina memelankan suaranya kala ia sungguh terkejut pria ini tanpa meminta izin duduk di sampingnya.

Abim hanya meletakkan tangannya ke dalam saku celana sambil menatap Ghina tepat pada matanya. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Abim. Pria itu lantas meletakkan kepalanya di atas meja, sambil menutup matanya. Sungguh, ini baru pelajaran pertama tapi Abim tidak sedikitpun membuka matanya dan menyimak apa yang diterangkan Pak Untung dari mapel kimia ini.

Ghina mencoba mendekatkan dirinya pada Abim, “Heh, Bim … lo ga mau dengerin penjelasan Pak Untung? Besok bakalan keluar diujian lho.” Suaranya pelan dengan harap Pak Untung dan teman-temannya ini gak bakalan dengar.

Alih-alih mendapat jawaban dari Abim yang tampak tertidur pulas di tengah pelajaran pagi ini membuat Ghina sedikit geram dengan tingkahnya yang tidak bisa ia artikan lagi ini. Ghina mencubit lengan Abim, berharap pria ini akan segera bangun dan sadar dari tidurnya.

“Aw! Sakit tau Ghin …!”

Sontak Ghina kembali, seolah bukan dirinya yang melakukan hal tersebut. Namun, sayang. Pandangan seluruh kelas mengarah pada Abim tak luput juga dengan Pak Untung yang masih berdiri menerangkan tentang kekekalan energi.

“Lo tuh sengaja tidur ya?” Jawab Ghina dengan suara kecilnya. Pandangannya lantas mengarah pada seluruh isi kelas yang menatapnya.

“Ardianata Abimanyu!” Ucap Pak Untung sambil membaca nama di lembar kertas miliknya.

“Ya pak?” Dengan cepat Abim lantas berdiri sambil mendengarkan apa yang akan gurunya ini sampaikan.

“Ikut saya ke ruangan!” kalimat itu hanya disetujuinya. “Sementara bapak mengurus Abimanyu, kalian melanjutkan tugas dari halaman 44 sampai 48 jangan lupa kumpulkan istirahat pertama ini pada ketua kelas kalian.” Abim hanya bisa menuruti permintaan gurunya dengan pasrah. 

 

 

 

bersambung.....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT