CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS

Lian 31 Agustus 2022 10:36:28 WIB

NISKALA PUSPAS

Bagian 5

Karya: Ei_Shaa

 

Sepulang sekolah pun Abim terus mengamati Ghina dari jauh. Mengamati bagaimana kakak kelas yang sedang bersamanya ini memakaikan helm pada Ghina. Sontak pandangan dari Rio sadar jika seseorang tengah mengamatinya.

“Heh, lo seneng ya kemaren jadi mata-mata?” tanya seseorang tiba-tiba di belakang Abim sambil menepuk belakang motornya.

Sontak Abim yang tengah mengenakan helm ini kembali melepasnya sambil menoleh ke belakang. Dirinya mendapati sosok Rio yang tengah bersama dengan Ghina di belakangnya.  Ghina yang tidak tahu-menahu hanya terdiam sambil terus mencerna apa yang tengah dikatakan oleh mereka berdua.

“Kenapa gue harus jadi mata-mata elo?” tanya Abim balik seolah mengatakan apakah sungguh dirinya sedang berada dalam posisi memakainya.

Pandangan saling tidak suka ini begitu mendominasi suasana. Semakin dibiarkan akan bertambah semakin buruk pikir Ghina. Toh, mereka juga tidak memiliki hubungan apa pun yang akan merugikan jika Abim tahu.

“Udahlah, Kak! Kita pulang aja, yuk. Gak baik menuduh orang,” ujar Ghina sambil menyentuh lengan Rio dengan lembut. Seolah tangan itu bisa membuatnya menurunkan rasa ketidaksukaannya pada Abim.

“Kalo emang iya kenapa?” Sontak Rio lantas mematikan mesin motornya sambil menurunkan Ghina. Tangannya dengan cepat mendorong dada Abim sedikit kuat hingga membuat tubuh di depannya ini terdorong ke belakang. Tubuhnya juga mengarah maju hendak memulai perkelahian.

Dengan gercep Ghina menghentikan tindakan Rio untuk menyerang terlebih dahulu. Ia mencoba menenangkan Rio dengan sekuat tenaga karena ini masih berada dalam lingkup sekolahan. Ia juga bisa menjadi tersangka dalam laporan jika orang lain melaporkan mereka tengah berkelahi disini.

“Apa alasan lo ngikutin kita waktu itu, hah?”

“Gak Ada alasan buat gue gak ngelakuin itu. Karena lo bertingkah mencurigakan, ya gue ikutin.”

“Alasan!”

“Terserah lo! Yang jelas gue mau pulang hari ini, males gue ngadepin elo!” tukas Abim lantas kembali menaiki motornya sambil menatap Ghina yang masih menyentuh lengan Rio.

Rio mengantar Ghina sampai ke depan rumah seperti biasa. Tidak ada yang kurang setiap kali dirinya berada di dekat Ghina. Sambil mencopot helm yang dikenakan Ghina, Ghina melemparkan pertanyaan yang membuatnya penasaran.

“Seharusnya kita tadi gak usah pergi nyamperin dia, Kak. Biarin aja dia gitu, orang kayak dia gak usah diladenin.”

“Gue cuman gak suka aja kalo lo sampai kenapa-napa hanya karena masalah kecil ini,” jawab Rio sambil memeluk tubuh Ghina menenangkan dirinya. Betapa kerasnya jantung Ghina berdetak membuat mukanya semerah kepiting rebus hingga membuatnya malu dengan perlakuan kakak kelasnya ini. Baru pertama kali ia merasakan hal seperti ini.

***

Di kala malam yang sepi, Abim terus menelusuri jalanan dengan motor yang menjadi kesukaannya ini. Ia mendengar dari salah satu teman satu gengnya jika mereka tahu tempat yang menjadi perkumpulan salah satu geng yang sempat menjadi ketakutan dari geng lain.

Kini suara motor khas milik Abim menyapu bersih sunyi malam yang dingin. Seharusnya ia memang tidak melakukan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan teman satu gengnya. Sayangnya, Abim tidak bisa menahan rasa yang yang harus ia tahan ini.

Kini dirinya berada di tempat yang bukan miliknya. Tempat yang tidak begitu asing menjadi sebuah tempat rahasia dari geng yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Ini adalah kesempatan bagus untuk tahu apa yang mereka lakukan.

Bukankah mengetahui kelemahan lawan adalah kunci kesuksesan. Setidaknya dengan itu Abim dapat menyusun strategi untuk mengurangi luka antara masa lalu dan masa depan gengnya.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT