CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS

Lian 31 Agustus 2022 10:36:22 WIB

NISKALA PUSPAS

Bagian 4

Karya: Ei_Shaa

 

“Ini kan masih area sekolah. Itu apa?” Ghina mendekat sambil terus mengamati tangan Abim yang mencoba menyembunyikan rokoknya.

“Bukan apa-apa.”

“Gue yakin itu rokok, gue denger dari mereka lo dulu sering pindah-pindah sekolah hanya karena ….” Perkataan Ghina tidak berlanjut sebab Abim memotongnya dengan cepat.

“Lo bisa nggak, gausah peduli sama urusan gue di sini?”

“Bisa, habis ini gue pergi ke BK kok. Lo mau sekalian gue laporin?”

“Gue gak punya urusan sama lo!” ujar Abim dengan sedikit keras membuat Ghina berhenti dari langkah berbaliknya. Mata Abim terus memandang kepergian Ghina tanpa ekspresi.

Sebenarnya Ghina tidak serius saat mengatakannya, ia hanya ingin mengatakan sebuah kejahilan pada Abim. Ucapan mereka tentang kisah Abim yang selalu mencari celah melakukan kesalahan di sekolah ternyata benar adanya.

Ghina kembali mendudukkan dirinya pada bangku di samping Rachel. Dirinya juga mengamati kedatangan Abim dari depan dan hanya terdiam tidak menggubrisnya.

“Ghin, lo ke mana aja dua hari ini gak berangkat ke sekolah?” tanya Rachel tiba-tiba. 

“Em, biasalah gue ada urusan yang gak bisa gue tinggal.”

“Kak Rio juga tahu ya kalo lo nggak berangkat sekolah waktu itu? Soalnya dia sama sekali nggak nyari lo di kelas.” Rachel sungguh berantusias saat bertanya pada Ghina. Sebuah senyuman membuat Rachel tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ghina.

“Lo jangan cuman senyum doang dong, Ghin. Gue tanya beneran nih, lo tuh pacaran atau gimana sama Kak Rio?” Namun, lagi-lagi dirinya tidak mendapat jawaban pasti.

“Eh iya, gue dengar banyak anak geng yang sering nongkrong di jalanan pas malem, gue pikir lo mesti hati-hati deh Ghin, mereka mungkin bisa membahayakan lo.” Ghina hanya mengangguk mengerti sambil tersenyum.

Pulang sekolah Abim bertemu dengan Ghina yang berdiri sendirian di pintu masuk sekolah. Ini sudah kedua kalinya Abim bolak-balik, tapi masih lihat Ghina di sana sendirian. Motor Abim berhenti tepat di samping Ghina. Ia membuka helmnya.

“Lo mau naik? Gue anter sampe rumah,” tawar Abim dengan serius.

Ghina hanya menoleh ke Abim sambil menggeleng pelan. “Gak usah, gue udah ada yang jemput. Makasih tawarannya.” Lantas Abim menoleh kesamping dan sekitarnya. Tidak ada kendaraan apa pun yang ada di sana menjemput Ghina.

“Udahlah, gue anterin aja, daripada lo nanti pulang kesorean.” Baru saja Abim menawarinya sambil menepuk kursi kosong di belakangnya, tiba-tiba sebuah suara motor berhenti di depan Ghina.

“Yuk!” Suara itu keluar dari dalam helm yang tidak dicopotnya sama sekali. Tangannya menyerahkan sebuah helm pada Ghina untuk dikenakannya.

“Gue dah dijemput. Gue pergi dulu, ya.” Sontak Abim menolehkan pandangannya pada pemilik motor itu yang menawarkan ajakan bersama.

Dengan penasaran Abim terus mengikutinya dari belakang dengan diam-diam dan hati-hati. Berusaha agar dirinya tidak dilihat oleh Ghina. Setelah ia tahu di mana tujuan Ghina saat ini, dia malah ketahuan oleh Rio yang juga tahu jika dirinya mencoba mengikuti mereka berdua.

Sontak Abim lantas berlalu dari pandangan mereka berdua.

***

Entah mengapa pagi ini membuat Abim tidak begitu bersemangat. Berulang kali bahkan dirinya terus mengamati bangku yang sering Ghina duduki. Pikirannya tidak bisa melupakan apa yang ia dengar dari mulut Rachel tempo hari. Ia tidak sengaja mendengar pembicaraan tentang Rachel yang bertanya apakah mereka memiliki hubungan dengan Rio.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT