CERITA TEENLIT - NISKALA PUSPAS

Lian 31 Agustus 2022 10:36:00 WIB

NISKALA PUSPAS

Bagian 1

Karya: Ei_Shaa

 

Ardianata Abimanyu, seorang pemuda yang sejak sekolah menengah pertama selalu pindah-pindah sekolah. Catatan dalam buku BK selalu penuh dengan namanya. Hampir seluruh guru tahu sifat dan kepribadian dari sisi dirinya yang membuat jengkel, mulai dari tidur di kelas saat pelajaran, mendengarkan musik saat guru menerangkan, menjahili temannya hingga yang paling parah berkelahi dengan teman seusianya. Berulang kali dirinya bahkan melempari kertas kepada gurunya sambil menyalahkan orang lain atas tindakannya. Meskipun guru itu tahu siapa yang melakukannya, tapi tetap saja ia tidak bisa berhenti menyalahkan orang lain atas tindakannya ini.

Tidak sampai semuanya terasa baik-baik saja saat langkah kakinya berhenti mengamati sebuah pohon besar yang sempat menyita pandangannya. Inilah pohon yang pernah didengarnya. Pohon yang tepat berada di seberang lapangan basket yang tumbuh dengan rimbun. 

Kali ini bahkan ia dipanggil ke ruangan BK untuk mendapatkan hukuman yang setimpal dari tindakannya menceburkan tas temannya ke dalam kolam ikan di sekolah ini. Guru BK memandangnya dengan geleng-geleng kepala. Dalam minggu ini dia sudah masuk ke ruangan BK sebanyak 14 kali dengan tindakan yang berbeda, sampai orang tuanya dipanggil untuk menemui guru yang bersangkutan.

Embusan napas kasar terdengar hingga ke telinga Abim, sapaan akrabnya. Tanpa merasa bersalah sama sekali ia hanya mengamati guru BK-nya dengan tatapan percaya diri, sedangkan ibunya hanya menatap tidak enak pada sang guru.

“Saya mohon maaf atas tindakan anak saya yang menyalahi aturan dari sekolah ini, Bu.” Suara lembut nan halus itu tidak menyurutkan emosi yang dirasakan guru BK.

“Gausah minta maaf Bun, Abim ga salah kok!” tukasnya sambil memainkan sebuah bolpoin yang didapatkan dari meja gurunya ini.

Guru BK ini mengamati tindakan tidak sopan dari salah satu murid sekolah yang paling banyak mengais kesalahan dengan penuh emosi, sedang tangan bundanya hanya menyenggol lengan Abim yang bertindak kurang sopan.

“Saya memaklumi, Bu. Semua tindakan yang terjadi mungkin bukan dari didikan Ibu, melainkan pengaruh dari teman-teman yang kurang sehat,” jelasnya sambil memberikan senyuman paksa pada Ibu Abim.

“Bu! Ibu tahu apa tentang teman-teman saya?” Abim melangkahkan kakinya sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi, seolah pertanyaan yang baru saja ia lontarkan itu tidak diketahui oleh gurunya sama sekali.

Dengan cepat, sebuah lembaran kertas yang dibalut dengan sampul berwarna hitam terbanting di atas meja. Mengejutkan sang bunda yang ragu akan isi dari suara yang timbul cukup keras. .

“Jangan kaget Bun, itu cuman kertas kosong.” Abim menoleh ke arah bundanya yang terus mengamati tumpukan kertas itu.

“Abimanyu!” Sontak Abim membenarkan posisi duduknya kala guru BK ini memanggil namanya dengan keras dan cepat. “Kamu sudah berjanji dalam kertas ini, bahwa kamu tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan akan mengurangi skors dengan hukuman, tapi kamu melakukan tindakan yang jelas melarang aturan sekolah. Jika berlanjut, kamu akan mendapatkan poin penalti dan kemungkinan besar kamu tidak bisa melanjutkan sekolah di sini,” jelas gurunya panjang lebar.

Bukan Abim jika dirinya lantas membenahi diri dengan cepat. Ia masih memainkan bolpoin itu sambil menatap gurunya dengan berani. Pandangannya seakan tengah mengatakan sesuatu dalam diam. Tidak kalah dari Abim, guru itu juga menatapnya dengan pandangan kurang suka.

 

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT