CERITA TEENLIT

Lian 29 Juni 2022 20:12:06 WIB

MALAIKAT DI MIMPIKU (5)

 

Dokter yang datang bersama Nara langsung memeriksa tanda vital yang dialami Diandra. Dalam proses itu Diandra terus berteriak kesakitan. Dokter akhirnya mengambil tindakan dengan memberikan obat penenang hingga Diandra kembali tertidur.

“Tuan Nara, mari ikut ke kantor saya. Hasil pemeriksaan TuanDiandra yang dilakukan dua hari yang lalu telah keluar. Ada beberapa hal penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda terkait pasien.” Benar, Diandra tertidur selama dua hari, atau lebih tepatnya ia sempat mengalami koma.

Ruang rawat Diandra menjadi sunyi setelah Nara dan tenaga medis yang menangani Diandra keluar. Di ruangan itu hanya tertinggal Diandra yang terbaring dan David yang mengawasinya. Tak ada orang selain Diandra yang dapat melihat keberadaan David sehingga tak ada yang terkejut pada keberadaannya. 

David menatap lekat wajah tenang Diandra, ia mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Diandra yang damai saat pemuda itu memejamkan matanya. “Kau hanya tak tau berapa lama aku menantikan saat-saat kau kembali ke sisiku, Diandra.”

It's such a strange thing to do

Sometimes I don't understand you

But it always brings me back

To where you are

So I'll tell you

A million tiny things that

You have never known

It all gets tangled up inside

And I'll tell you

A million little reasons

I'm falling for your eyes

I just want to be where you are

Waktu berlalu meninggalkan harapan Diandra dengan kejam. Kanker otak stadium empat menggerogoti Diandra tanpa belas kasih. Kecepatan tumbuh kanker yang bercokol di bagian kiri otak Diandra sangat mengerikan. Sakit kepala, penurunan daya ingat dan melemahnya otot secara berkala sebenarnya telah Diandra alami, tapi Diandra kira itu hanya karena kelelahan yang menumpuk sehingga tak terlalu ia perhatikan. Kini ia merasa pahit, operasi dan kemoterapi tak lagi dapat menolongnya, kanker jahanam itu telah melahap sebagian otaknya.

Nara merasa kasihan melihat Diandra menghabiskan harinya duduk di atas ranjang sambil memandangi rintik hujan dari jendela ruang rawatnya. Diandra cukup pendiam setelah mengetahui bahwa umurnya dihisap kanker jahanam yang semakin hari semakin menguasai otaknya.

Diandra melamun menatap dunia bermuram durja. Langit tak sekali pun berhenti menangis sejak Diandra berada di rumah sakit. Alam bagai ikut bersedih atas apa yang dialami Diandra.

“Kenapa kau tak berbaring saja dan beristirahat?” David duduk di sebelah Diandra lalu mengelus kepala gadis itu. Diandra tak lagi peduli dengan apa yang dilakukan David padanya, baik itu berkeliaran di sekitarnya atau bahkan bila David menyentuhnya seperti sekarang.

 “Untuk apa? Istirahat tak akan membuatku sembuh. Toh, pada akhirnya aku akan mati juga.” Diandra bergeming, ia tak repot-repot menatap David yang ekspresinya bagai terpelintir saat mendengar ucapan Diandra.

 “Kau akan tau bila sudah waktunya, Diandra. Tentang kau yang menderita sejak kecil karena orang tuamu tak menginginkanmu atau bahkan penyakit yang akan merenggut nyawamu.” David menarik tangannya dari kepala Diandra. Ia menunduk sejenak lalu mengangkat wajahnya, menerawang ke awan yang menggumpal menaungi hampir seluruh bagian Jogja.

Diandra tak menjawab. Mau bagaimanapun ia meronta dan menolak takdirnya, Diandra akan tetap mati. Ia sudah tak memiliki sisa tenaga untuk memaki takdir. Ia lelah.

Kabar sakitnya Diandra menyebar dengan cepat. banyak rekan musisinya, bahkan fans berjubel menunggu Diandra di halaman rumah sakit karena mereka tak diperbolehkan masuk untuk menjenguk Diandra. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain mendoakan dan menggalang dana untuk membantu biaya pengobatan Diandra.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT