CERITA TEENLIT

Lian 29 Juni 2022 20:11:44 WIB

MALAIKAT DI MIMPIKU (2)

 

Memang sudah hampir setahun ini Diandra sering mengalami sakit kepala, apalagi bila tubuhnya terbebani dengan pekerjaan yang menumpuk. Sakit kepalanya sering sekali kambuh saat Diandra kurang istirahat, sesuatu yang sangat sulit ia dapatkan berkat jadwal pekerjaannya yang padat. Namun, kali ini terasa sangat luar biasa. Bukannya mereda setelah minum obat yang dokternya berikan, tapi malah semakin sakit.

Diandra menahan semua rasa sakit yang menghantam kepalanya. Bersiap-siap karena perjalanan jauh telah menunggunya.

“Diandra, kau kenapa? Wajahmu pucat sekali.” Nara berdiri di samping mobil yang terparkir di depan rumah Diandra, menatap gadis yang baru saja keluar rumah dan menghampirinya.

“Aku hanya sedikit sakit kepala.” Diandra berjalan menuju pintu kursi penumpang sebelah pengemudi dan buru-buru mendaratkan pantatnya. Diandra bersandar di sandaran kursi dan mencoba memejamkan matanya, berharap denyutan di kepalanya mereda.

“Belum baikan juga?” Nara bertanya pada Diandra dan hanya mendapat gumaman sebagai jawabannya. “Sebaiknya kau tidur saja. Nanti akan aku bangunkan kalau kita sudah sampai bandara.”

Iya, mereka sedang ada di Jakarta. Itulah sebabnya Nara menjemput Diandra jam enam pagi karena konser yang diselenggarakan di Jogja akan dimulai siang hari. Mereka harus mengambil penerbangan jam 7 agar sampai lokasi lebih awal untuk gladi.

Diandra seperti sedang ada di ayunan. Ia terbuai oleh gerakan ringan yang nyaman hingga membuatnya terlelap, melupakan sakit kepala yang semakin tak karuan. Sayup-sayup telinganya menangkap suara angin yang gelisah mendorong sepasang sayap putih melayang ke arahnya.

“Kau? Kau lagi. Siapa kau sebenarnya, dan kenapa selalu muncul di mimpiku?” tanya Diandra saat berbalik ke arah pemilik sayap nan kokoh yang mendekatinya. Benar, Diandra sadar bila ia sedang bermimpi meski tak bisa memaksa untuk bangun karena ia sedang bertabrakan dengan awan-awan yang mengambang di ketinggian, begitu juga dirinya yang tak ditarik oleh gravitasi.

“Kau bisu, ya?” Diandra mulai kesal karena pemuda bersayap putih di hadapannya tak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya mengulas senyum ke arah Diandra.

Diandra tak mendapatkan jawaban yang ia mau, malahan sosok itu terasa semakin menjauh dan semakin pudar lalu menghilang tergantikan gelap dan sunyi yang dapat Diandra rasa. “Tidak, jangan pergi!”

“Diandra, bangun. Cepat bangun!” Nara menepuk pipi Diandra, berharap orang yang berteriak dalam tidurnya itu segera terbangun.

“Na-Nara? Ini ... ini di mana?” Diandra yang baru saja terbangung melihat ke sekelilingnya, itu sempit dan agak gelap, tak seperti langit bebas yang beberapa menit lalu ia lihat.

“Kau masih bermimpi, ya? Kita sudah sampai bandara, ayo turun karena penerbangan kita sebentar lagi.” Nara menggelengkan kepala sambil mengembuskan napas kasar melihat Diandra masih kebingungan.

Sosok pemuda gagah itu selalu muncul di benak Diandra setiap kali gadis itu memejamkan matanya. Seperti hantu, penampakan itu selalu cemerlan dalam ingatannya. Diandra terpikat oleh senyuman yang selalu disuguhkan pemuda misterius itu.

In this moment I see you

It always comes around as I believed

When the rain stops

You shine on me

Your light's the only thing that keeps the cold out

Lagi-lagi Diandra gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin menetes dari pelipis hingga dagu. Dia kembali melihat langit biru terbentang tanpa melihat ujungnya.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT