CERITA TEENLIT

Lian 29 Juni 2022 20:11:37 WIB

MALAIKAT DI MIMPIKU (1)

 

Rambut kelam melambai tertiup angin, ringan menyentuh awan yang menggumpal di sekelilingnya. Kulit kecokelatan terpapar teriknya mentari, menebarkan bau matahari yang menyenangkan. Hidung bangir itu mempesona kala berpadu dengan kelamnya manik-manik yang berkilau memanculkan sinar matahari.

Bulu indah menutupi kerangka kokoh sayap di punggungnya bagai burung yang perkasa. Putih bersih, senada dengan kain lenan yang menutupi tubuh kekar seorang pemuda. Keindahan yang memanjakan mata. Menakjubkan.

Tiba-tiba dunia seperti terseret ombak, kabur menjadi tak beraturan. Gravitasi bagai menarik tubuh dan menghantamkannya ke bumi, saat itulah mata bulat sejernih kaca itu terbuka dengan paksa. Deru napas kasar, bulir bening nan dingin membasahi wajah yang tampak pucat.

“A-apa itu tadi? Siapa sebenarnya yang ada dalam mimpiku?” Diandra Selvy, seorang musisi berbakat yang sedang digandrungi kaum muda itu sedang kebingungan dengan mimpi yang baru saja ia alami.

Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi udara di sekelilingnya seperti terbakar dan membuat gadis itu pengap. Jantungnya berirama persis seperti saat ia menaiki panggung untuk pertama kalinya. Bedanya, saat ia mengingat lengkung bibir sosok misterius yang muncul di mimpinya itu membuat wajahnya panas. Diandra tersipu.

“Ini membuatku gila.” Diandra menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menyembunyikan rona merah pipi yang bahkan tak akan terlihat siapa pun karena remangnya cahaya. Terlebih lagi, tak ada orang lain selain dirinya di ruangan itu.

Diandra mengakat benda pipih di atas nakas sebelah ranjangnya yang bergetar memecah kesunyian ruangan besar yang ditinggali Diandra seorang diri. Benda persegi yang begitu pas di genggamannya itu menampilkan nama manajernya.

“Diandra, apa kau sudah bangun? Kita harus bersiap untuk konsermu di Jogja. Sebentar lagi aku akan menjemputmu.” Suara Nara merambat ke telinga Diandra melalui saluran telepon, tetap nyaring meski telah tersaring speaker dengan volume suara sedang.

“Bisakah kau kecilkan dulu volume teriakanmu? Aku belum tuli, Nara.” Diandra menjauhkan Android itu dari telinganya sebagai refleks ketika suara Nara menusuk.

“E … ah, maaf.” Nara terdengar salah tingkah. “Be-bersiaplah, aku akan segera ke sana.” Tanpa menunggu respons dari Diandra, Nara mengakhiri panggilan secara sepihak.

Rupanya sudah cukup lama Diandra melamunkan apa yang baru saja ia mimpikan karena kini jam dinding menunjukkan pukul setengah lima pagi. Untung saja Nara meneleponnya hingga ia dapat menapakkan kembali kesadarannya di bumi. Diandra bergegas karena ia harus melakukan perjalanan lumayan jauh ke Jogja untuk konser amal yang telah diatur bersama rekan-rekan sesama pemusik dan beberapa artis senior. Kepeduliannya terhadap sesama mendorong gadis pemilik suara merdu itu ikut serta berpartisipasi dalam konser tersebut. Setidaknya ia harus melakukan apa yang ia bisa, begitulah piker Diandra.

Diandra tergesa turun dari ranjangnya. Baru saja kakinya menapak di lantai kayu yang dingin, tapi tubuhnya terhuyung hingga terjatuh di atas kasur. Mungkin ia akan tersungkur bila tangan kanannya tak menyangga tubuh, sedangkan tangan kirinya menjambak rambut demi meredakan sakit kepala yang akhir-akhir ini ia derita. Rambut kelam dan panjang itu jadi kusut menutupi sebagian wajah ayu Diandra.

“Sakit sekali. Selalu saja seperti ini bila kurang tidur.” Diandra mengambil waktu sejenak sampai sakit kepalanya mereda dengan duduk di tepi ranjang sambil memijat kepalanya.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT