CERBUNG - INDIGO

Lian 29 Juni 2022 20:10:49 WIB

KEMARAHAN ALAM ITU MENGERIKAN (8)

 

“Sebenarnya kalian tau jalan nggak sih? Kenapa kita malah semakin dalam masuk hutan?” Seorang pendaki berambut godrong terdengar kesal, membelah kesunyian malam yang gelap.

“Bisa nggak lo tenang dikit? Di sini nggak cuma lo aja kali yang pengen keluar dari hutan ini.” Pendaki lain yang mengenakan kemeja kotak-kotak mengangkat suaranya.

Benar, bukan hanya pendaki dengan rambut gondrong saja yang ingin keluar dari hutan itu. Susah payah mereka berhasil keluar dari kobaran api yang memblokir jalur-jalur aman bagi para pendaki, kini mereka berhadapan dengan jalan setapak asing dan bagai tak berujung.

Mereka lelah dan lapar. Persediaan makan sengaja dikorbankan bersama barang bawaan mereka agar dapat melarikan diri. Saat itu nyawa mereka yang lebih penting daripada barang-barang berat di punggung.

Pro kontra selalu ada bahkan saat nasib berada di bibir jurang, begitulah manusia, terlalu banyak idealis. Namun saat dihadapkan dengan hidup dan mati mereka hanya akan mempercayai naluri untuk bertahan hidup lebih lama, tak peduli bila nantinya akan lebih sengsara.

Lily tertekan dengan argumen orang-orang di sekelilingnya. Gadis itu menjatuhkan lutut kanannya ke tanah. Kedua tangannya meremas kepalanya yang berdenyut sakit, lagi dan lagi hingga darah segar mengalir dari hidungnya.

Panik, itulah yang tergambar dari ekspresi Liondra. Pemuda itu berlari menuju Lily yang tersungkur di tanah. Dengan susah payah Liondra melepaskan buhul di pinggangnya, mengabaikan tugasnya karena mereka sedang mengistirahatkan kaki.

Sigap Liondra membawa Lily ke dalam rengkuhannya, mendekatkan kepala gadis itu ke dadanya.

“Udah gua bilang abaikan. Jangan dengarkan lagi pikiran picik mereka!” Entah Liondra marah atau khawatir, suara pemuda itu bergetar dan terucap melalui sela-sela giginya yang terkatup. Tak henti-hentinya Liondra mengucapkan hal itu, kontras dengan tangannya yang terus mengusap kepala Lily. Liondra enggan melepaskan gadis itu dari lengannya. Ia miliki kewajiban membuat Lily merasa lebih aman.

“Woi, kenapa dia?” Pendaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak lusuh menghampiri Liondra dan Lily dengan cemas. Posisi dia paling dekat dengan Lily karena dia berada di urutan kedua sehingga tak begitu terganggu dengan tali yang mengikat pinggangnya.

Cahaya bulan yang mengintip di balik awan sekilas membimbing pendaki itu pada kondisi Lily. Bau anyir menyeruak, noda darah mengotori bibir dan pipi gadis itu. Pendaki berbaju kotak-kotak terkesiap melihat betapa memprihatinkannya Lily, sekaligus bingung mengapa gadis itu sampai mimisan begitu hebat.

“Da-darah. Kenapa dia bisa berdarah?” Terdengar jelas nada terkejut dari pendaki berkemeja kotak-kotak. Bagai feromon, kalimatnya mengundang perhatian orang-orang yang sedang kelelahan itu.

“Kenapa lo?” Pendaki gondrong yang dekat dengan pendaki berbaju kotak-kotak terdorong rasa penasaran. Ia mengintip melalui pundak orang di depannya. Cahaya samar-samar membatasi penglihatannya, sekilas ia hanya melihat seorang pemuda memeluk gadis yang sedang setengah berbaring.

“Lo punya kotak P3K atau tisu nggak? Butuh banget buat ngerawat dia.” Pendaki berbaju kotak-kotak menunjuk ke arah Lily yang dalam keadaan setengah sadar.

Kondisi itu membuat pendaki lainnya ingin tahu keadaan Lily. Beberapa dari mereka mendekat dengan hati-hati, memuaskan rasa penasaran mereka.

“A-aku punya.” Seorang pendaki wanita berkuncir kuda mengulurkan sebungkus tisu kecil, itu satu-satunya barang bawaan wanita itu yang tersisa karena tersimpan di sakunya.

“Terima kasih.” Bukan Liondra yang mengucapkannya, itu adalah pendaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak. Setelah menerima tisu itu, si pemuda langsung menyeka darah di pipi dan bibir Lily. tak ada rasa jijik, hanya rasa iba.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT