CERBUNG - INDIGO

Lian 29 Juni 2022 20:09:58 WIB

KEMARAHAN ALAM ITU MENGERIKAN (2)

 

“Semua sudah ada yang mengatur, Ly. Setidaknya karena usaha lo burung kecil ini bisa hidup lebih lama.” Aku melihat Liondra mengusap kepala Lily, mengucapkan kata-kata menenangkan agar gadis itu kembali kepada kesadarannya.

Sudah lama aku tak menyaksikan manusia begitu peduli pada nyawa kecil yang bahkan tak ada hubungannya dengan mereka. Manusia yang egois itu nyatanya ada yang memecah ekspektasiku mengenai mereka. Sang Pencipta begitu adil, tak pernah kekurangan sedikit pun dalam keputusan-Nya.

Hari meraangkak malam. Api unggun di depan dua tenda milik Liondra dan Lily menjadi penerangan satu-satunya. Suara retakan kayu terbakar memecah kesunyian antara Liondra dan Lily yang saling diam.

Lily memang pendiam, sedangkan Liondra lebih ke arah ngemong. Sikap dewasanya membuat Lily nyaman berada di sekitar Liondra, melebihi Putra yang kakak kandungnya sendiri. Tapi terlepas dari itu semua, orang-orang di sekitarnya telah menempati tempat dan peranan sendiri bagi Lily, tidak ada yang kurang.

“Gua denger dari Putra katanya si Doni pulang kampung, ya?” Liondra bertanya tanpa menoleh pada Lily. Tangannya sibuk menambah ranting kering ke dalam api unggun yang hampir mati.

“Mm, kata mama sih gitu. Lily sendiri belum ketemu langsung, males juga.” Lily membelai kepala jalak yang tertidur di telapak tangan kirinya, perban di bagian sayap burung itu terlihat kontras dengan warna bulunya yang kusam.

“Mama? Bu Lisa maksudmu?” Pertanyaan Liondra hanya mendapat anggukan kepala sebagai jawaban Lily. “Masih ngikutin lo ternyata. Kok gua nggak pernah liat dia tiap kita ketemu?”

“Mama bilang nggak mau ketemu sama Bang Leo. Nggak mau disuruh pulang.” Kata pulang yang Lily maksudkan adalah pulang ke alam baka. Dari cerita Lily, Lisa masih memiliki urusan yang belum tuntas di dunia manusia hingga ia jadi hantu gentayangan. Namun, cukup sulit selama keluarganya sendiri tak mengakui keberadaannya. Memang sulit membuat orang percaya mengenai keberadaan makhluk astral bila mereka tak melihatnya sendiri.

“Ck, keluarga bobrok mau diapain lagi?” ucap Liondra sinis. Pemuda itu merebahkan tubuhnya di atas matras hitam dan memandang taburan bintang yang terhampar bagai kubah, terlihat megah. Harta dunia yang tak tersentuh manusia.

Bukan tanpa alasan Liondra mengatakan hal itu. Telah lama aku mengamati Lily dan sekitarnya, begitu juga dengan Lisa yang kini menjadi hantu gentayangan. Nasib ibu dua anak itu tak begitu beruntung. Wanita itu mencintai keluarganya, suami dan anaknya. Namun, ia mengalami kematian yang tragis dan meninggalkan penyesalan.

Aku tak memungkiri, manusia butuh makan agar dapat hidup dan mereka harus bekerja untuk bisa mendapatkan makanannya itu. Namun, bukan berarti sebagian besar waktu harus digunakan untuk mengejar kebutuhan. Malangnya Lisa yang hanya bisa diam di rumah bagaimana layaknya ibu rumah tangga. Ia ditinggal suaminya ke kantor dari pagi hingga petang dan anak pertamanya sibuk di luar rumah untuk menuntut ilmu dan bermain. Keluarganya berkumpul hanya saat malam hari dan itu pun mereka sibuk sendiri, entah dengan pekerjaannya atau dengan tugas sekolah.

Saat itu yang Lisa miliki sebagai penghiburnya hanyalah Doni. Doni yang masih kecil menjadi dunianya karena itu ia sangat menyayangi dan memanjakan Doni. Nahas, Lisa meninggal dengan cara tragis.

“Aku tau, Bang. Karena itu juga aku nggak tega buat ngusir mama.” Lily mendongak mengikuti arah pandangan Liondra. Kubah semesta kaya akan manik-manik yang tak terjangkau tangan kecilnya. Mata gadis itu berkilau dalam kegelapan dengan lengkung bibir yang terangkat.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT