CERITA TEENLIT

Lian 02 Juni 2022 10:54:29 WIB

NUANSA (39)

Karya : Ei_Shaa_

 

Tangan besar sedikit berkerut itu menyentuhnya dengan pelan. "Maafkan aku juga, aku bahkan tidak pernah memandangmu sedikit pun sebelumnya. Aku bahkan lupa jika kenyataan hanya ada dirimu di sampingku atau tentang aku lupa jika kau adalah anakku yang ku perlakukan seperti orang lain. Aku… menyesal." Tutur kata dengan suara lirih itu tidak kuat juga dalam mengutarakan perasaanya. Anggukan sendu dari Syifa turut kalut dalam suasana yang sudah lama ia impikan. 

"Belajarlah dari kesalahanku, jangan biarkan orang berharga kau sia-siakan. Mengerti?" Syifa kembali mengangguk. Tidak ada yang bisa ia utarakan lagi selain maaf yang mendalam tentang perasaannya. 

Hanya ibunya yang dia punya, tidak ada orang lain yang bisa menggantikan peran itu. Tanpa dia sadari di luar bangsal tersebut seorang lelaki terus menerus memandangi ponselnya setelah sebuah telepon singkat membuatnya khawatir tentang satu hal. 

"Rio, kalau ada yang tanya tentang gue jawab aja gatau." Belum sampai rio menjawab Ardan, sambungan telepon itu sudah tertutup sepihak. 

Kini Ardan terus mengacak-acak rambutnya yang tak gatal. Entah mengapa semua ini terjadi dengan begitu cepat. Apa yang bisa ia lakukan tanpa persiapan? 

Sedang di tatapnya dari balik celah kaca yang menembus isi ruangan di balik pintu bangsal lengkap dengan senyuman lebar yang tercipta dari keduanya. Tidak pernah Ardan bayangkan sebelumnya. 

Ini sudah lebih dari 17 menit. Ardan ingin memberikan kelonggaran bagi Syifa yang mungkin merindukan semua tentang ibunya. Dan yang dapat ia berikan hanyalah waktu untuk mereka. 

"Nunggu lama ya?" 

"Nggak kok, lagi pula jarang kan lo bisa ketemu sama nyokap lo. Kalo udah puas, yuk ikut gue bentar." Ajak Ardan sambil menuntun jalan. 

Kini kaki Ardan beralih pada sisi ruangan, suasananya berbeda dari yang Syifa rasakan di ruangan ibunya. Sejak tadi dirinya bertanya, untuk apa Ardan membawanya kemari. 

"Kenalin, ini nyokap. Udah seminggu sejak operasinya berjalan lancar. Cantik ya?" Tatap Ardan yang tak menoleh sedikit pun. Matanya terus mengarah pada sang bunda yang terlelap dalam tidurnya. 

Syifa mengangguk, memang cantik. Dirinya baru tahu jika Ardan nemiliki bunda yang dirawat di RS ini bersama dengan ibunya. Pantas saja apa yang ibunya tadi katakan jika Ardan sering kemari bukan untuk menemuinya saja tapi orang lain dan orang lain itu adalah bundanya sendiri. 

"Dia koma, udah lama banget. Gue liatnya gak tega. Gue bahkan gak pernah tahu kenapa papa nggak pernah jenguk bunda." Simpulnya. 

Tangan Syifa bergerak mengusap pundak Ardan pelan. Tidak ada yang bisa ia berikan selain perlakuan  untuk membuatnya kembali bangkit. Ardan menoleh, dia tersenyum. 

"Gapapa, bunda udah dalam proses sembuh kata dokter. Kemungkinan satu sampai dua bulan lagi bunda udah  bisa kembali seperti semula." Ujar Ardan mencoba menutup kembali luka lamanya. 

"Yuk, pergi."

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT