CERBUNG - INDIGO

Lian 30 Maret 2022 12:07:51 WIB

CINTA, SAKIT DAN KEMARAHAN (6)

 

Memang benar, Putra akan menjadi sangat cerewet bila menyangkut adiknya. Pengalaman masa lalu di mana Lily terpuruk dan menarik diri membuat hatinya terluka. Putra menjadi dewasa dengan melihat adik kecilnya terus menutup diri. Setidaknya sedikit saja, Putra ingin membuat Lily membuka hatinya dan membagi beban yang sedang ia pikul. Putra sedih mendapati kenyataan bahwa ia sama sekali tak dapat melakukan apa pun pada kelebihan Lily, kelebihan yang Lily anggap lebih mirip kutukan yang menjeratnya.

“Ly, dari kemarin lo dicariin Arjuna. Sebenernya ada apa sih antara lo sama dia?” Putra meletakkan helmnya, menggantungnya di kaca spion motor kesayangannya, bersiap meninggalkan parkiran kampus.

“Ah, kemarin Lily ketemu Nang Leo di lapangan kampus, trus ngobrol ampe lupa waktu deh. Emang ada apaan Bang?” Lily melangkah beriringan bersama Putra, mengabaikan bisikan yang ada di sekelilingnya tiap kali ia lewat. Sebenarnya ada apa dengan mereka? Kenapa setiap ada Lily mereka menatapnya dengan delik aneh?

“Gua juga nggak tau, dari kemarin dia tanya mulu lo ada di rumah apa kagak. Udahlah, abaikan aja dia. Gua nggak mau lo jadi pelarian gegara dia lagi ada masalah sama ceweknya.” Putra mengusap kepala Lily, merasakan kelembutan rambut hitam adiknya yang ringan tertiup angin. Sudah jadi kebiasaan pemuda itu untuk mengusap kepala adiknya, mengungkapkan kasih melalui tiap sentuhan ringan itu.

“Ah, yang waktu dia ujan-ujan dateng ke rumah?” Lily ingat kejadian beberapa waktu lalu ketika Arjuna datang ke rumahnya dan menangis seperti tali kendalinya telah putus. Mungkin saat itu Arjuna datang mencari Putra, teman baiknya.

“Mmm. Udahlah, itu bukan urusan kita. Oh ya, gimana kabar Leo? Kok dia kagak nyariin gua malah elo sih?” Putra sedikit kesal karena teman dekatnya semasa SMA itu malah mencari Lily dan bukan mencarinya. Pikirnya apa sebutan teman dekat itu hanya gelar belaka? Entahlah, saat masuk kuliah pun mereka jarang bertemu karena Leo yang seiring mendaki gunung, apalagi mereka beda jurusan juga. Terhitung sudah dua bulan semenjak libur semester mereka belum berjumpa lagi karena Leo pulang kampung.

“Aduh Bang, ini tuh udah jaman canggih. Kalo emang kangen sama sohibnya kan bisa video call. Mendadak kudet, ih.” Lily kadang geli melihat kelakuan Putra yang seperti ini. Kakaknya itu menggunakan smartphone miliknya hanya untuk main game, tidak untuk digunakan sebagaimana fungsi utamanya, alat komunikasi. Lily rasa kakaknya itu merupakan salah satu korban dari game online, duduk diam dengan smartphone di tangannya dan bagai terhipnotis ia melupakan aliran waktu di sekitarnya.

“Males ah gua ngubungin dia, mending gua video call sama cewek gua.” Ekspresi jijik ditunjukkan Putra, wajahnya yang melengos itu sangat menggelikan bagi Lily.

“Emang Abang punya cewek?” Pertanyaan singkat Lily seperti menghantamkan Putra ke bumi. Lily yang mengamati perubahan ekspresi Putra jadi terkikik menahan tawa. Sudah sangat jelas bahwa kakaknya itu belum memiliki kekasih, dekat dengan teman perempuan saja tidak. “Bang, kata mama si Dony pulang.”

Kalimat tak terduga yang Lily ucapkan seperti sengatan listrik bagi Putra. Ia masih ingat apa yang Dony lakukan pada adiknya itu semasa sekolah menengah, tentu saja ia tak akan lupa pada orang yang menyebabkan Lily semakin menarik diri.

“Ngapain bocah itu datang lagi?” Wajah garang Putra terlihat saat ia tiba-tiba menghentikan langkahnya, memaksa Lily untuk turut terpaku di tempat. Kedua bersaudara itu saling bertatapan dengan sorot mata yang berbeda, keras dan yang satu bingung.

“Aku tak tau, mama hanya bilang ia merasakan keberadaan Dony di dekat sini.” Lily tak acuh mengangkat bahunya saat mengatakan bahwa ia tak tahu, ia tak peduli.

“Ck, awas aja kalo sampe dia macem-macem lagi sama lo.” Putra melontarkan sumpah serapahnya pada Dony yang entah sekarang ada di mana.

“Kan bukan dia yang jahatin Lily, Bang.” Lily tak habis pikir dengan kandungan dendam di samudera hati Putra kakaknya. Apa rasa dongkolnya terhadap Dony yang selalu mengejar Lily tak akan terobati?

“Secara langsung memang tidak, tapi gara-gara dia cewek-cewek kecentilan itu gangguin lo sampe lo nutup diri kek gitu. Nggak rela gua, adik gua digituin.”

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT