CERBUNG - INDIGO

Lian 29 Maret 2022 12:32:01 WIB

CINTA, SAKIT DAN KEMARAHAN (1)

 

Lily mengerjapkan mata, merasakan berat di seluruh tubuhnya. Ia terkejut saat Lisa menindih tubuhnya yang terbaring di tempat tidur. Wanita transparan itu hanya tersenyum pada Lily yang baru bangun tidur.

"Mama, sudah berapa kali Lily bilang jangan menindih Lily?" Gadis remaja itu menyingkap selimutnya dan menyingkirkan tubuh Lisa yang tak berbobot seperti mengibaskan debu.

"Dia datang, Ly. Dony sudah pulang." Nada suara Lisa sumringah, bahkan ia terbang berputar-putar di kamar Lily.

"Kapan dia kembali dari Malaysia?" Lily menghentikan tangannya yang sedang melipat selimut. Sejenak ia terdiam, lalu menoleh pada Lisa yang belum sembuh dari kegembiraannya.

"Aku tak tahu, tapi kehadirannya sangat dekat." Lisa melayang ke arah Lily dan merengkuh gadis itu dari belakang. Lisa sangat suka bergelayut pada Lily, mungkin sudah jadi kebiasaannya sejak bertemu gadis itu.

Lily sebenarnya tak masalah dengan anak bungsu Lisa, apalagi ia dan Dony sudah berteman sejak SMA. Lily hanya tak habis pikir dengan isi pikiran Dony yang bagai awan, sama sekali tak berbobot dan sering absurd.

"Ma, Mama tak apa-apa?" Lily khawatir pada kondisi Lisa. Ia masih ingat saat pertama kali hantu itu mengikutinya dan sempat membuat Lily kewalahan.

Ingatan Lily melayang pada kejadian satu tahun yang lalu saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah. Lily gadis pendiam dan suka menyendiri, baginya tempat paling nyaman adalah tempat yang jauh dari kebisingan. Orang sering menganggapnya aneh karena sering duduk melamun seorang diri di bawah pohon waru di pojok halaman depan kelas X B, Lily menikmati kesendiriannya dan meresapi hangatnya udara melalui pori-pori kulitnya. Gadis itu menyumpal telinganya dengan earphone untuk mendengarkan melodi klasik yang mengalun lembut bagai aliran air yang menenangkan.

"Ly, ngapain lo mojok sendirian?" Pemuda berpostur ceking melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Lily yang pandangannya menerawang, entah apa yang sedang dilihat oleh gadis itu.

Lily mengedipkan matanya beberapa kali, kaget dengan kehadiran yang tiba-tiba. Perlakuan menggugah kesadaran Lily untuk kembali pada tubuhnya yang sedang duduk di bangku semen di bawah pohon waru berdaun lebat itu. Lily menoleh ke arah kirinya, ia mendapati teman satu angkatan berdiri menatap dengan senyum tersemat cantik di bibir tebalnya. Pemuda itu menatap lurus pada Lily yang bingung dengan kehadirannya.

Dony, anak laki-laki itu adalah teman dari kelas sebelah. Dony tumbuh menjadi remaja populer di kalangan teman satu angkatan mereka membuatnya memiliki banyak teman, bertolak belakang dengan Lily yang pendiam. Wajah tampan dan pembicara yang baik membuat Dony mudah bergaul, lidah licinnya membawa Dony mendapatkan siapa saja karena kalimat persuasif yang ia lontarkan. Sayang, hal itu tak mampu membujuk Lily.

Lily menatap lurus ke arah Dony. Bola mata sejernih kaca itu menusuk, bagai menembus Dony. Gadis itu menatapnya tanpa berkedip atau merubah ekspresinya yang setenang air dalam wadah. Aneh, Dony merasa Lily tak menatapnya. Pemuda itu menatap manik-manik berwarna kelam yang terarah padanya, sejenak Dony memandangnya tapi tatapan mereka tak bersinggungan. Dony merasakan dingin menusuk-nusuk punggungnya saat menyadari tatapan Lily jatuh pada ruang kosong di belakang pemuda itu, ia menoleh tapi tak ada apa-apa di sana.

Tanpa mengatakan apa pun Lily berdiri dan meninggalkan Dony sendirian di tempat itu, masih berdiri dengan sebelah tangannya berada di saku celananya, menatap sosok Lily yang menghilang di balik pintu kelas X B. Dony tak kesal, dia malah tersenyum miring menampakkan seringai licik yang membuat matanya menyipit.

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT