CERBUNG - THE DESTINY OF MY SOULMATE

Lian 29 Maret 2022 12:31:20 WIB

MENCARI JAWABAN (2)

 

“Apa maksudmu?” Alex mengangkat kepalanya yang tadinya ia sangga, menatap Luoise penuh tanya.

“Maksudku? Maksudku adalah, apa pernah ada manusia seperti Juria sebelumnya?” Luoise menoleh pada Alex yang bertanya padanya. Sebelah alisnya terangkat, menampilkan ekspresi aneh seolah pertanyaan Alex itu hal yang lucu. Juria adalah manusia lemah yang dapat mengandung, terlebih itu adalah bayi werewolf di usianya yang sangat muda. “Ck, yang aku tanyakan adalah apa pernah ada manusia yang pernah mengandung bayi werewolf dengan mudah sebelumnya?” Luoise benar-benar kesal sekarang mendapati Alex yang otaknya seakan tak encer lagi. Apakah kurang tidur dapat mempengaruhi kelancaran berpikir seseorang? Luoise merasa itu tak berlaku untuknya.

 “Benar, kau benar. Kenapa aku bisa lupa akan hal itu? Ha ha ha. Itu adalah sesuatu yang istimewa, kemungkinan besar karena luna itu spesial.” Alex tertawa seperti orang yang meninggalkan kewarasannya, jauh dari kata tampan dan elegan yang telah melekat pada kepribadiannya.

“Kau bodoh atau bagaimana? Seharusnya yang kau pikirkan terlebih dulu adalah alasan kenapa Juria bisa mengalami keajaiban itu, pasti ada sebabnya.” Luoise menjatuhkan bokongnya pada bangkunya, menatap kesal pada reaksi konyol Alex. Sejujurnya ia cukup terkejut melihat dokter yang biasanya kalem dan cerdas bertingkah selepas ini, benar-benar di luar dugaannya.

“Kau benar, sekali lagi kau benar.” Alex mondar-mandir sambil menyentuh dagunya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Jubah dokternya berkibar setiap kali ia berbalik dan jatuh dengan anggun, tak seperti langkahnya yang tergesa.

“Sebaiknya kita segera bertanya pada luna tentang kemampuannya agar kita bisa mengetahui mengapa semua keajaiban ini bisa terjadi.” Seperti angin, kecepatan Alex menarik tangan Luoise untuk bangkit dari duduknya. Tanpa menghiraukan Luoise yang kesulitan mengimbangi langkah kakinya yang lebar, Alex terus menambah kecepatannya hingga nyaris berlari. Berulang kali Luoise menarik tangannya yang disandera Alex sembari meminta orang yang menariknya agar berjalan lebih pelan namun sama sekali tak digubris. Sepanjang lorong rumah megah itu mereka berdua menjadi tontonan para omega yang sedang bekerja, sudah tak dapat diukur kembali seberapa malunya Luoise diperlakukan seperti pencuri yang hendak dibawa ke pengadilan.

“Bisakah kau berhenti menarikku? Ini sangat memalukan. Juria tak akan hilang terbawa angin, kenapa kau begitu buru-buru?” Luoise berusaha menutupi wajahnya dengan menurunkan tudung jubah yang ia kenakan hingga menutupi setengah wajahnya untuk menghindari tatapan para omega yang berbisik satu sama lain sembari menahan senyum karena keributan pagi hari yang sangat tak terduga dengan mengumbar kemesraan—menurut para omega.

Kegaduhan terjadi sepanjang lorong. Alex berhenti menarik Luoise ketika mereka sampai di depan ruangan dengan daun pintu yang terbuat dari kayu berwarna hitam, terlihat berat dan kokoh. Alex yang telah melepaskan tangan Luoise lalu merapikan jubah dokternya yang sedikit kusut, mendapatkan tatapan sinis dari Luoise yang jengah dengan tingkah Alex.

Alex mengetuk pintu ruang kerja Alan dengan mantap. Alex tak sabar menunggu jawaban dari pemilik ruangan dan menerobos masuk begitu saja namun ia tiba-tiba menghentikan ucapan dan langkahnya. Alex tersedak ludahnya kala melihat apa yang sedang dilakukan alfa dan luna pack-nya, ia telah mengabaikan kemungkinan si pemilik ruangan sedang melakukan hal-hal pribadi yang mungkin tak ingin diperlihatkan pada orang lain. Tiba-tiba Alex tersipu malu lalu memalingkan wajahnya ke samping dengan keringat bercucuran dari pelipisnya.

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT