CERITA TEENLIT

Lian 26 Maret 2022 09:43:15 WIB

NUANSA (36)

Karya : Ei_Shaa_

 

Mungkin saja Syifa memang ditakdirkan untuk membantu Ardan meraih apa yang orang lain pikirkan. Sebagai pangeran dalam permainannya sehingga dia disebut sebagai kesatria oleh banyak perempuan yang mengaguminya. Ini adalah saat yang tepat dan mungkin langka.

“Ada satu hal yang mau gue omongin sama lo, Lo mau kan dengerin gue?” Meski sempat ragu dengan apa yang akan Syifa katakan padanya dengan ekspresi yang begitu serius membuatnya sedikit bergidik ngeri. Rio mengambil nafas tenang seraya mengangguk.

“Apapun buat bales kebaikan lo kali ini.”

“Tapi bukan di sini.”  Matanya berkaca seolah kalimat yang akan ia sampaikan amalah penting. Menangkap ekspresi yang menurut Rio sebuah hal yang amat privat membuatnya mengerti.

“Oke, lo bisa kabarin nanti. Gue ada di lapangan kalo lo mau ngomong.” Lelaki itu lantas meninggalkan Syifa dan Erna. Entah karena apa tapi Erna merasa tidak ada yang baik-baik saja dengan Syifa kali ini. Sejak awal dirinya menyahut dengan suara lemah dari biasanya. Rasa tidak tega dengan Syifa membuatnya merasa sedikit kasihan jika semua pertanyaan yang akan ia lontarkan menambah luka yang sudah ada.

“Syif, Lo gapapa?” Syifa menoleh sendu, seolah ia akan meneteskan air matanya. Namun, semua itu masih coba ia tahan sekuat mungkin. Hanya gelengan pelan untuk menandakan bahwa dirinya memang baik-baik saja. Tapi di mata Erna itu hanyalah tipuan untuknya. 

Langkah mereka berdua kembali menyusuri koridor yang tampak sepi sebab latihan dari klub basket mereka yang dinilai lebih menarik. Tidak aneh lagi bagi Erna jika Syifa tidak begitu tertarik dengan hal ini. ia menghargai setiap masa yang menuntun Syifa untuk tidak banyak fokus kepada hal-hal yang begitu mengganggu pikirannya.

Mungkin bagi sebagian besar orang tidak akan terfokuskan pada hal ini sebelumnya. Tapi setiap orang punya masa yang berbeda. baik dari segi situasi yang sedang dijalani, kemampuan yang ada dalam dirinya, dan semua hal yang patut untuk di pikirkan. Semua itu memiliki masanya sendiri. Seperti halnya Syifa kali ini. Kehidupannya tampak sedang berada di bawah, mulai dari ia harus bangun pagi berangkat sekolah dan pergi ke rumah Ardan untuk membantu pengobatan ibunya dan banyak lagi.

Bagi orang yang memiliki tulang yang kuat tentu hal ini akan bekerja sesuai porsi kekuatannya dan ia akan menjalaninya dengan penuh hati. Tetapi, seandainya Syifa sudah pasrah sejak awal sebab ibunya yang terus meng-emas-kan kakaknya dan kejadian sejak dirinya tidak pernah tahu siapa sang ayah sebenarnya. Lalu ibunya yang harus menjalani pengobatan yang lebih layak untuk kehidupan terbaiknya. Entah ada hal mau atau tidak mau Syifa tetap harus melaluinya dan melakukan yang terbaik meski ia tidak menyukainya.

Dan di sinilah dirinya sekarang. Dalam ambang Quarter Life crisis. Sebuah keadaan dimana dirinya mulai mengalami burn out yang begitu menekan dirinya untuk merasakan penurunan emosinya. Semua pilihan memiliki resikonya sendiri-sendiri dan dia tidak bisa menghindar dari keadaaan itu. Semua pilihan sama-sama buruk dalam resiko. Dan dirinya sedang dalam kondisi yang harus memilih salah satu dari keduanya.

Satu-satunya jalan keluar bagi dirinya adalah pengorbanan. Salah satu dari sekian banyaknya keputusan yang harus diambilnya menjadi titik terang dari keadaan yang kini memerasnya untuk bisa terus bernafas dan menikmati langit cerah meski ia tetap tidak bisa melihat matahari bersinar secara langsung.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT