CERITA TEENLIT

Lian 14 Maret 2022 09:39:08 WIB

NUANSA (35)

Karya : Ei_Shaa_

 

Syifa seakan tengah mengerti apa yang terjadi sejak Ardan pulang ke rumah. Dirinya kini hanya bisa terdiam tanpa mengganggu apa yang terajadi di antara mereka berdua. Entah apa yang harus dilakukannya yang pasti Syifa sekarang tidak bisa pergi karena tangan Aradan yang satu menahan dirinya yang hendak pergi. 

“Aku akan mengatakan pada mereka jika kau sudah memaafkan mereka atas kesalahan tadi dan kumohon kemabalilah.” Namun, lagi-lagi tawaran Rio terus ditolak Ardan tanpa ada batasan apa pun. Rio kini beralih menatap Syifa. 

“Jika lo pacarnya, bisa ya lo minta Ardan buat balik ke tim, please?” 

What? This is will going crazy. Syifa menggeleng dengan cepat. Sangat-sangat tidak mungkin bagi Syifa bisa membawa Ardan kembali pada hal yang bukan dalam kuasanya. 

“Jangan ganggu atau memintanya seenak jidat lo. Gue nggak akan mengizinkannya lagi. Sekarang lo bisa pergi dan mencari pengganti.” 

Belum sampai Rio mengatakan apa yang akan ia katakan tapi sayangnya pintu rumah itu kembali tertutup. Sedang di balik pintu tersebut, Ardan dan Syifa mengadakan komunikasi kecil. Lebig tepatnya mereka saling beradu kalimat. Ardan yang tidak ingin kalah dari ucapannya yang sudah ia pegang selama beberapa hari dan Syifa tang terus kukuh dengan pendapatnya pada Ardan.  

“Jika dia memaksamu apa pun, jangan biarkan dia menyetirmu. Tolak saja.”

“Tapi kenapa kau tida–”

“Stop! Hentikan semua ini…. Jangan mengangguku.” Tanpa menunggu apa pun lagi, kini Ardan meninggalkan Syifa terdiam di tempat.

***

“Syif, emang beneran ya kalo si Ardan udah nggak ikut basket lagi? Padahal kan turnamennya bentar lagi.” Syifa mengangguk menjawab Erna yang masih bermain ponselnya. “Emang bener ya karena ada konflik internal?” Kali ini Syifa menggeleng, sungguh untuk kali ini ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

“Gue gak yakin Ern, Ardan lagi berada di mood buruknya mungkin.” Pikir Syifa berusaha tetap tenang.

“Soalnya nih ya Syif, kemaren setelah gue liat Ardan di lapangan. Dia marahin semua anak basket sampe mau war.” Erna bercerita dengan antusiasnya.

“Tapi gue kayaknya harus berhenti kerja di rumah Ardan deh.” Sontak wajah Erna beralih menciut. Apa apa hingga temannya ini harus berhenti bukankah Syifa lebih membutuhkan uang kali ini untuk mencukupi kebutuhan ibunya berobat dan semua kehidupan Syifa? Lantas mengapa sekarang Syifa ingin berhenti?

“Eh kenapa? Lo marahan sama Ardan?”

“Engga kok gue cuma pengen keluar aja dan cari kerja sampingan yang lebih nyaman.” Asal Syifa, ia tidak bisa mengatakannya pada Erna satu satunya teman yang ia miliki saat ini. Jika ia bisa ia ingin pergi sejauh mungkin dari banyak pertanyaan yang bisa membuatnya merasa seperti dikejar hantu.

“Syif!” panggian dengan nama Syifa yang cukup keras itu terdengar di lorong sekolah. Entah mengapa suara itu terlihat lebih bersemangat dari biasanya. Sontak Syifa dan Erna menoleh bersamaan sambil melihat Farrel yang tergesa menuju mereka.

“Akhir pekan temenin gue ya? Gue pengen beli sesuatu tapi gue gayakin pilihan gue ini bakalan jadi yang terbaik atau enggak.” Erna yang mendengar itu lantas menoleh cepat pada Syifa. Tentu ini hal yang berada di luar kendali mereka sedang Farrel sebelumnya tidak pernah berbuat seperti ini. pasti ini terasa aneh bagi mereka berdua.

“Tapi Syifa besok ada acara sama gue!” Seru Erna tidak mau kalah. Rasa penasarannya dengan hubungan aneh Farrel dan Syifa membuatnya ingin mengetahunya lebih lanjut. Bisa saja bagi Erna untuk megetahuinya dengan mudah melalui beberapa gadis penggosip miliknya. Tapi untuk kali ini ia ingin sesuatu yang lain.

“Sori Ern, ini mendesak dan gue butuh Syifa, jadi gimana? Bisa ya …. Gue tunggu di simpang jalan arah rumah lo jam sepuluh pagi.” Pinta Farrel sedikit memaksa memang. Tapi Syifa tidak bisa berbuat banyak hal kala melihat tubuh itu berjalan senang menjauh dari mereka.

“Syifa!” Suara itu lagi, Syifa ingat itu adalah suara milik Rio. “Gue tunggu lo bilang sama Ardan hari ini ya plis, gue gabisa cari gantinya Ardan dan kini dia tetep gabisa main lagi. Lo sendiri tahu kan turnamen itu tinggal satu minggu?” Kalimat itu seolah memaksa Syifa untuk mengikuti apapun perintah orang lain padanya. Namun, apa yang harus ia pilih untuk itu?

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT