CERITA TEENLIT

Lian 14 Maret 2022 09:08:00 WIB

NUANSA (33)

Karya : Ei_Shaa_

 

“Syif, gue tadi di ruang guru denger kalo Pak Sam bilang elo belum bayar sekolah ya?”

Sontak Syifa sedikit tertegun, “Iya, itu bener.”

“Terus lo rencananya mau gimana? Mau gue bantu?” Erna menawarkan kemurahan hatinya untuk membantu Syifa.

“Ah, Enggak Ern, gue coba kerja sampingan yah meski itu belum pasti sih bisa lunasin semua tanggungan gue. Sedang kakak gue butuh banget uang buat tebus obat tiap kali abis.” 

Bagi sebagian orang cerita penuh sesak ini menjadi adu nasib dengan berbagai hal yang mereka alami. Namun, bagi Erna dan Syifa yang masing-masing memiliki masalah yang berbeda, hal ini menjadi cobaan untuknya. Selain tidak bisa membantu dengan penuh mereka hanya hanya bisa meguatkan satu sama lainnya. Selebihnya semua yang mereka lakukan adalah bonus yang bisa saja berdampak buruk atau sedikit buruk. 

“Eh iya, gue denger dari anak sebelah kalo hari ini permainan Ardan buruk banget.” Erna membuka pembicaraannya kala berjalan beriringan dengan Syifa menuju perpustakaan sepulang sekolah.

Syifa tidak memberikan reaksi sama sekali, ia hanya menatap Erna yang berjalan sedikit berantusias membahas si tokoh utama. Tidak seperti biasanya Erna membicarakan hal ini. tidak ada yang bisa Syifa lakukan selain tersenyum dengan Erna. 

“Lo tahu, setelah dia teriak nama lo di lapangan dia bertindak seenaknya sendiri. Temen-temennya sekarang agak risi dengan sikap Ardan yang marah-marah saat latihan mereka. Egois banget sih emang, tapi dia yang bikin tim basketnya kuat.” Erna kembali mengomentari sikap Ardan yang memang ia anggap kurang pantas bagi sebuah tim.

“Eh, Lo mau liat mereka main?” tanya Erna sambil menunjuk jalan tempat di mana para pemain basket itu melakukan kegiatan rutinnya, latihan. 

Syifa menggeleng, “Aku ada urusan lain.” Kalimat itu disambut anggukan dari Erna sambil berlalu pergi meninggalkan Syifa sendiri. 

Langkahnya yang tenang menyusuri jalanan yang biasa ia lalui. Tidak bisa ia pungkiri bahwa ia harus berada di tempat biasa untuk melaksanakan paruh waktu. Biar bagaimanapun itu adalah kehendak Syifa sejak awal. Ia tidak bisa lari dari kenyataan bahwa seburuk apa pun pemilik pekerjaannya Syifa adalah bawahannya. 

Syifa terhenti kala ia melihat toko bunga yang berada di seberang jalan yang menampilkan begitu banyak bunga dengan warna-warna indahnya. Matanya memandang jauh memiliki keinginan untuk membeli beberapa dari mereka. Sayangnya keinginannya lagi-lagi harus pupus dengan adanya banyak hal. Namun saat kaki Syifa hendak berjalan pergi, betapa terkejutnya dia melihat seorang laki-laki yang keluar dari toko tersebut dengan seikat bunga yang cukup banyak. 

“Untuk apa dia membeli sebanyak itu?” Syifa menghela napasnya sambil menggelengkan kepalanya. “Bukan urunsanku.” Syifa lalu melangkah meninggalkan tempat itu, mengabaikan apa yang baru saja ia lihat. Tak penting baginya mengetahui kenapa dan untuk siapa orang yang amat ia kenal itu membeli seikat bunga yang begit cantik. Syifahanya terlalu malas memikirkan orang itu.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT