CERITA HOROR - MISTERI RUMAH TUA
Lian 28 Desember 2021 19:44:42 WIB
UNFORGIVABLE (4)
"Kau ingat cerita Bibi Isti tadi siang? Aku merasa aneh bila dikaitkan dengan penampakan yang dilihat Fathir." Surya membuka suara saat ia duduk-duduk di halaman depan bersama Sidik, Jaka, Koko dan Romeo setelah makan malam. Membiarkan Riri, Mimi dan Jaenal membereskan sisa makan malam mereka dengan Fathir duduk mengawasi karena memang dilarang oleh mereka. Tak ingin Fathir pingsan lagi.
"Kau benar, kalau cerita Bang Fathir benar maka kemungkinan besar sosok yang dia lihat adalah penampakan Mina. Tapi kenapa?" Jaka lebih aneh dengan penampilan penampakan yang dideskripsikan Fathir karena dia menyimpulkan anak kecil itu tak memiliki kaki.
"Aku setuju. Itu belum tentu, tapi kemungkinan besar Mina sudah meninggal." Sidik menyahuti pembicaraan kedua temannya. Mau bagaimanapun sosok yang dideskripsikan Fathir adalah hantu, tak mungkin manusia tetap terlihat berusia belasan tahun setelah dua puluh tahun terlewatkan. Bisa jadi itu adalah orang lain, tak bisa melewatkan kemungkinan itu juga.
"Cerita apa maksud kalian?" Romeo yang tadi siang memang tak ikut mereka keliling bingung dengan arah pembicaraan mereka.
"Cerita tentang masa lalu." Koko menanggapi pertanyaan Romeo lalu menceritakan ulang apa yang dikatakan Bibi Isti pada mereka tadi siang.
"Sebenarnya aku curiga semuanya karena ayahku. Apa kalian tak merasa janggal pada ayahku yang selama dua puluh tahun tak pernah menyinggung apalagi kembali ke sini? Ayah tak pernah cerita apa pun yang berhubungan dengan dirinya." Jaka sudah 19 tahun sekarang dan selama itu juga ia tak pernah mendapati ayahnya menceritakan masa lalunya. "Apa jangan-jangan ...?"
"Jangan berasumsi dulu. Bahkan kita tak tahu bagaimana kejadian saat itu dan apa yang membuat ayahmu tutup mulut." Romeo menghentikan pemikiran liar tentang dugaan ayahnya Jaka yang melarikan diri setelah membunuh Mina. Romeo mengerti apa yang dipikirkan Jaka meski kalimatnya menggantung.
"Bukankah itu aneh? Ayah selalu ...." Jaka memaksakan kecurigaannya, bercampur kecewa dan takut. Hampir saja dia tak terkendali sampai suara gaduh dari dalam rumah terdengar.
Mereka berlima bergegas lari ke dalam rumah, mencari-cari di mana asal suara itu. Kegaduhan itu berpusat di ruang makan. Ketika Jaka, Sidik, Koko, Romeo dan Surya sampai mereka melihat Jaenal menjambak rambut Riri.
"Apa-apaan ini?" Sidik berseru mendapati tingkah Jaenal dan Riri tak seperti biasanya. Jaenal yang penakut tiba-tiba menjadi garang sedangkan Riri menangis tak berdaya. Baik Fathir maupun Mimi sedang berusaha melerai mereka.
"Cepat bantu Paman. Jaenal tiba-tiba menyerang Riri." Raka berusaha melepaskan tangan Jaenal yang mencengkeram erat rambut Riri. Jari-jarinya kaku dan sulit sekali diurai.
"Ra-Raka? Raka, Lina yang telah membunuh Mina. Dia merasa tersaingi oleh kecantikan adiknya karena kau lebih perhatian pada Mina." Jaenal mengatakan hal yang aneh, seperti bukan dirinya saat mengetahui siapa orang di dekatnya. Pemuda itu menatap Raka dengan binar terpancar dari maniknya, tapi cengkeraman tangannya di rambut Riri sama sekali tak mengendur, tak seperti senyumnya.
"Kau ... kau siapa?" Raka tergagap mendengar apa yang dikatakan Jaenal. Terlebih, suara dan gelagat Jaenal jadi mirip orang yang ia kenal di masa lalu. Sangat tak cocok dengan pribadi Jaenal.
"Aku Ratna. Ratna, temanmu." Jaenal menatap Raka tak percaya. Ia tak menyangka pria itu melupakannya. Seingatnya, Ratna berhubungan baik dengan Raka. Dia jadi kecewa melihat reaksi Raka, wajahnya berubah masam.
"Bu-bukankah Ratna adalah kekasih Paman?" celetuk Jaka membuat Jaenal dan Raka menoleh padanya, mengabaikan Riri yang meringis kesakitan. Jaka gagap mendapati pamannya dan Jaenal menatapnya dengan tatapan masing-masing yang berbeda.
"Dari mana kau tahu?" Raka menatap keponakannya dengan terkejut. Bagaimana orang yang baru berapa hari tinggal di sana bisa mengetahui kisah masa lalu. Raka ingat dia tak pernah bercerita apa pun mengenai Ratna.
"Rama ... benarkah kamu Bang Rama? Abang percaya padaku, ‘kan?" Jaenal mengatakan hal aneh lagi dan bertingkah seperti dia adalah perempuan. Salah mengenali Jaka sebagai Rama, ayahnya. Jaenal melepas rambut Riri dan berusaha mendekati Jaka, tapi Raka mencegahnya dengan kuat.
"Bukan. Bukan aku yang yang melakukannya." Riri merintih. Dalam beberapa detik Jaka melihat wajah Riri berubah antara wajah Riri itu dengan sesuatu yang transparan, lebih tepatnya seperti tertumpuk wajah orang lain. Melihat itu Jaka menggosok matanya, tak percaya dengan pengelihatannya. Apa mungkin dia berhalusinasi seperti yang dikatakan Mimi pada Fathir?
Jaka beringsut mendekati Surya yang ada di belakang, menghindari Riri yang menatapnya dengan memelas. "Bang Rama, bukan aku yang mencelakai Mina. Abang yang paling tau kalau aku sangat menyayangi dia." Riri bicara dengan air mata yang meleleh di pipinya, menatap Jaka dengan penuh harap. Riri bersimpuh di lantai yang dingin dan terus meracau kalau bukan dia yang menyakiti Mina.
"A-ada apa sebenarnya dengan kalian? Aku ini Jaka, bukan ayahku!" Jaka mengumpulkan keberaniannya dan berteriak. "Ayahku, Rama Aryana sudah meninggal. Jangan usik dia lagi!"
Secara ajaib kata-kata Jaka membuat Jaenal dan Riri tersentak. Tubuh Riri seperti diterpa badai, ia kejang sesaat sebelum luruh ke lantai dengan mata terpejam seperti tak ada lagi tenaga yang tersisa. Sedangkan Jaenal melengking dan meronta dengan tenaga yang tak manusiawi hingga harus ditahan tiga orang; Raka, Sidik dan Koko.
"Aku tak akan memaafkanmu, Raka Aryana!" Riri mengangkat wajahnya dengan susah payah. Suaranya seperti menggema, bagai perpaduan duet yang mengerikan antara suara Riri dan entah suara siapa, tertimpa suara perempuan yang asing. Riri menatap Raka dengan sengit hingga pembuluh darah di skleranya menebal, warna merah menodai putih matanya sebelum tubuhnya tak mampu bertahan lalu jatuh pingsan.
Bersambung
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- HARI TERAKHIR PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- KOORDINASI BPN TERKAIT PTSL KALURAHAN PUTAT
- BANK SAMPAH PADUKUHAN BATUR
- BIMTEK KPPS KALURAHAN PUTAT
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR