CERITA HOROR - MISTERI RUMAH TUA

Lian 28 Desember 2021 19:44:02 WIB

UNFORGIVABLE (3)

 

Seperti ayam mengikuti induknya, sebagian orang dalam kamar Fathir keluar mengekor Raka dan menyisakan Fathir yang masih berbaring di atas ranjang dan Romeo duduk di sebelahnya. "Kau juga menganggapku mengada-ada?" lirih Fathir.

"Tidak, aku percaya padamu." Kata Romeo menenangkan Fathir yang gelisah.

***

Siang harinya Sidik, Jaka, Koko dan Surya jalan-jalan di sekitar rumah Raka dan menyapa beberapa tetangga.

"Apa tadi malam kalian baik-baik saja? Kami mendengar lengkingan tapi kami takut mendekati rumah yang kalian tempati." Ujar nenek tua yang rumahnya berhadapan dengan rumah Raka, agak jauh untuk ukuran bersebelahan.

"Iya Nek, kami baik-baik saja. Teman kami hanya kaget saja karena melihat sosok anak kecil, mungkin ia kaget karena mereka mengira Paman Raka tinggal sendirian." Jaka menjelaskan keadaan pada nenek itu, mengabaikan cerita aneh tentang darah dan nanah.

Nenek itu menatap pada seorang bibi yang sepertinya anaknya dengan tatapan terkejut sebelum berkata, "Raka memang tinggal sendiri setelah dua puluh tahun lalu semua penghuni rumahnya hilang secara misterius."

"Apa maksud Nenek?" Surya tak bisa menahan rasa ingin tahunya karena kata menghilang secara misterius yang diucapkan nenek itu.

"Raka dan Rama adalah teman bermainku sewaktu kecil. Aku tahu bagaimana mereka tumbuh dan hafal sifat mereka." Anak perempuan nenek itu mulai bercerita kisah masa mudanya. "Mereka tumbuh bersama Lina dan si bungsu Mina yang cacat, buta dan bisu. Ah, kedua gadis itu adalah yatim-piatu yang diangkat anak oleh suami istri Aryana sebelum mereka meninggal karena terjatuh ke jurang saat mau ke kota."

"Jadi ayah tak hanya memiliki Paman Raka?" sangsi Jaka begitu mendengar cerita Bibi Isti, orang yang tadi bercerita.

"Kau pasti anak Rama, kalian sangat mirip." Bibi Isti tersenyum teduh mengingat sahabatnya seakan hidup dalam diri Jaka. "Lina setahun lebih muda dari ayahmu. Dia sangat menyayangi adiknya, Mina yang berkebutuhan khusus. Mina yang saat itu baru memasuki masa awal remaja tak memiliki teman karena kondisinya yang tak memungkinkan keluar rumah hanya memiliki Lina di sampingnya. Tapi dua puluh tahun lalu keberadaan mereka bagai ditelan bumi, termasuk Rama. Kami mencari sampai ke hutan dan desa sebelah tapi tak menemukan mereka, bahkan Ratna kekasih Raka juga ikut menghilang."

"Bi, bagaimana penampilan kedua kakak beradik itu?" Itu Sidik, tiba-tiba ingat dengan cerita Fathir tentang gadis remaja yang merangkak dan membuat Fathir pingsan semalam. "Apa Mina lumpuh juga?"

"Tidak, Mina tidak lumpuh. Anak itu cantik, sangat cantik. Mengesampingkan kebutuhan khususnya, Mina adalah gadis yang cantik luar dan dalam. Sama seperti Lina, hanya saja Mina lebih lemah lembut dibandingkan kakaknya." Bibi Isti serius akan hal ini karena dia sendiri juga lumayan akrab dengan keduanya bila berkunjung ke rumah keluarga Aryana.

"Apa ... apa kalian pernah berpikir mereka telah tiada? Maksudku, dicari-cari ke mana pun tapi tak menemukan keberadaan mereka berati ...." Koko ragu mengutarakan asumsinya yang tak bisa ia selesaikan.

"Pernah, bertahun-tahun kami berpikir seperti itu sampai kau datang ke sini dan mengaku anaknya Rama. Kami jadi memiliki pemikiran baru kalau-kalau Lina dan Mina juga merantau ke kota dan enggan kembali ke desa ini." Ada gurat sedih memahat wajah Bibi Isti karena mereka pergi tanpa pamit dan kembali setelah menjadi abu. Ia miris dengan perlakuan sahabatnya.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT