CERITA HOROR - MISTERI RUMAH TUA

Lian 22 Desember 2021 16:23:59 WIB

UNFORGIVABLE (1)

 

"Fathir. Fathir, bangun!" Ada tangan menepuk pipi Fathir yang masih terkulai di lantai koridor.

"Bang, bangun Bang!" Ada lagi orang yang menyeka bulir keringat Fathir dengan saputangan.

"Kalian kenapa diam saja? Cepat bantu angkat, kita bawa ke kamarnya!" Suara itu sudah pasti Romeo, tak sabar melihat teman-temannya hanya menonton tanpa usaha untuk membatu sama sekali.

Tak bisa menyalahkan mereka karena waktu masih menunjukkan tengah malam, waktu enak-enaknya tidur sebelum terbangun karena lengkingan. Mereka tak menyangka kalau suara mengerikan itu adalah milik Fathir.

Romeo, Jaka dan Sidik membopong Fathir ke kamarnya, membaringkan pemuda itu di atas ranjang lalu menyelimutinya. Temperatur tubuh Fathir turun drastis, membuat Romeo panik.

"Apa ada alkohol atau apa pun yang bisa menghangatkan tubuhnya? Selimut ini tak cukup menghangatkan Fathir, tubuhnya dingin sekali." Romeo memandang pada teman-temannya, tapi tak tahu di mana barang-barang itu disimpan. Punya atau tidak saja mereka tak tahu.

"Aku akan memanggil Paman Raka." Surya berinisiatif mencari si pemilik rumah. Ia berlari, tak peduli lagi dengan etika, keselamatan Fathir lebih mendesak.

"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Fathir bisa pingsan di lorong, lagi pula jeritan apa itu tadi? Mengerikan sekali." Jaenal, orang paling penakut dalam kelompok itu mulai meracau lagi. Pemuda itu terus bergumam sambil menggigiti kukunya.

"Ck, kau memang penakut sampai ke tulang-tulangmu." Sidik geli setiap melihat Jaenal dalam kondisi seperti ini. Lucu saja melihat nyali Jaenal tak sesuai dengan postur tingginya, sangat berbanding terbalik.

"Sudah aku bilang, yang namanya hantu itu tak ada. Kenapa kau masih saja takut?" Riri menimpali tanggapan Sidik, mereka terkesan menyudutkan Jaenal. Tapi mau bagaimana lagi, nyali Jaenal memang kecil.

"Bisakah kalian tenang? Bang Fathir seperti ini tapi kalian masih ribut saja." Jaka memijit pelipisnya, entah kenapa ia mulai bosan dengan keadaan itu dan mulut tajam Jaka berhasil membuat Sidik dan Riri meledek Jaenal. Bahkan, Mimi yang baru mau membuka suaranya saja langsung mengurungkan niat.

"A-aku membawa Paman Raka." Surya datang dengan terengah. Tentu saja, dia berlari dari kamar ke kamar untuk mencari keberadaan Raka karena dia tak tahu di mana kamar si pemilik rumah. Dia menarik Raka saat menemukan si pemilik rumah.

"Kenapa kalian ribut-ribut? Ini masih tengah malam." Raka bingung dengan apa yang terjadi, Surya tak menjelaskan apa pun saat menariknya ke ruangan itu. Raka lalu melihat Fathir yang terbaring di atas kasur dengan wajah pucat. "Apa yang terjadi padanya?"

Jaka dan teman-temannya saling pandang, tak satu pun dari mereka yang tahu kronologinya. Mereka menceritakan mulai dari teriakan Fathir yang mereka dengar hingga mereka keluar kamar dan menemukan Fathir sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.

Raka mengulurkan tangannya untuk merasakan napas dan nadi Fathir. Suhu tubuh Fathir tak biasa, kulitnya seperti membeku karena terlalu lama berada di tengah guyuran hujan. "Pergi ke ruangan di ujung dekat dapur dan ambilkan kotak obat. Ambil beberapa selimut juga."

Tanpa banyak tanya, Sidik dan Jaka bergegas mengambil apa yang dibutuhkan. Mereka kembali dengan kotak obat dan beberapa selimut.

Raka mengambil kotak obat dari Jaka dan membukanya. Ia mengambil botol kecil berwarna gelap, ia mengatakan itu semacam minyak yang diracik sendiri dan memiliki efek menghangatkan. Bau menyengat yang menyeruak saat Raka membuka penutup botol itu. Meneteskan di telapak tangannya dan menguspkan minyak itu ke dada Fathir.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT