CERITA HOROR - MISTERI RUMAH TUA

Lian 15 Desember 2021 18:04:51 WIB

RUMAH TUA (4)

 

"A-apa? Bang Rama sudah meninggal? Jadi … jadi itu …?" Raka menunjuk liontin yang sejak tadi dibawa oleh Jaka dengan hati-hati. Fokus Raka tertuju pada benda mengkilat yang Jaka sekap dalam jemarinya, air mata Raka luruh saat tangannya mencoba menggapai guci berbalut kain dalam pelukan Jaka.

Raka menangisi kakaknya yang telah pergi jauh. Ia memeluk satu-satunya peninggalan Rama sambil bersimpuh di atas tanah yang basah dan menangis layaknya anak kecil setelah Jaka mengizinkan orang itu menyentuh liontin itu. Berulang kali Raka mengatakan maaf dan mengakui betapa bodohnya ia selama ini. Ia menyesali kejadian masa lalu yang menyebabkan kakaknya pergi dari rumah.

Napasnya sesak, Raka menangis dengan cara yang tak sesuai dengan umurnya. Raka bangkit setelah lelah menangis, menyeka air matanya dengan kasar lalu mencoba tersenyum, kali ini terlihat lebih ramah. Bahkan teman-teman Jaka setuju dengan apa yang dirasakan Jaka, itu dapat dilihat dari tindakan pertahanan mereka yang sedikit melemah, mereka terlihat lebih santai.

"Sebaiknya kita pulang dulu, hari sudah mau malam. Aku yakin kalian lelah setelah perjalanan jauh." Raka mengajak sekelompok pemuda itu untuk singgah ke rumahnya, ia mengatakan bahwa besok pagi akan membawa mereka ke pemakaman keluarga Aryana untuk menyimpan peninggalan Rama.

"Kalian boleh menempati kamar mana saja di rumah ini, tapi mungkin akan sedikit berdebu karena sudah lama tak dibersihkan. Paman akan memasak dulu." Raka mempersilakan Jaka dan teman-temannya masuk ke rumahnya. Bangunan tua yang masih terawat membawa kesan bersejarah. Dinding kusam terlihat antik dipadu dengan lantai kayu yang mengkilap. Barang-barang antik juga terpajang rapi di dalam lemari, bahkan ada yang digantung di dinding.

"Terima kasih Paman, nanti biar kami bersihkan sendiri." Fathir satu-satunya yang menanggapi Raka karena baik Jaka dan yang lain sibuk mengagumi isi rumah luar biasa untuk ukuran rumah di desa terpencil.

Raka memaklumi, ia paham dengan apa yang anak-anak itu pikirkan. Ia tak marah, ini pertama kalinya ia menerima tamu setelah kakaknya memutuskan meninggalkan rumah itu.

Jaka terpikat dengan foto tua yang terbingkai cantik di atas meja di sisi ruang tamu, itu adalah foto yang sama dengan foto milik ayahnya. Dalam foto itu ada dua orang pemuda yang mungkin berumur dua puluhan dan dua gadis cantik, yang lebih kecil duduk di kursi dan memejamkan mata. Jaka tahu, salah satu pemuda itu adalah ayahnya karena wajahnya mirip dengan Jaka.

Perlahan Jaka mendekati foto itu, ia membawa tangannya untuk mengusap bingkai usang sebelum Raka bicara. "Itu adalah foto keluarga. Aku dan ayahmu adalah saudara kembar dan kedua gadis itu adalah saudara angkat kami yang diadopsi ayah dan ibu sebelum mereka meninggal dalam kecelakaan."

"Ayah tak pernah menceritakan apa pun." Jaka menatap pamannya dengan sedih setelah berpaling dari foto tua itu.

"Kita simpan cerita itu untuk besok, kalian perlu bersih-bersih sebelum makan malam." Raka tersenyum lalu pergi menuju ruangan yang lebih dalam, Jaka yakin kalau pamannya menuju dapur.

Sepeninggalan Raka, Jaka dan kelompoknya riuh membagi kamar. Kamar di rumah itu cukup banyak untuk mereka tempati sendiri-sendiri. Jaka memilih kamar paling ujung lalu masuk ke sana. Benar, kain putih yang digunakan untuk menutup semua perabotan berubah warna karena debu yang menempel.

Beberapa kali Jaka bersin saat berusaha membersihkan kamar yang akan ia tempati, cukup lama tapi akhirnya selesai juga. Dia memandang sekeliling setelah menata barang-barangnya. Ia tinggal membersihkan diri.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT