CERITA HOROR - MISTERI RUMAH TUA
Lian 15 Desember 2021 18:04:33 WIB
RUMAH TUA (3)
"Kita tidak tersesat, 'kan?" Jaenal mulai waspada mengamati sekitar, dalam pandangannya semua tampak sama, hanya hijaunya pepohonan. Ia curiga kalau mereka hanya berputar-putar dari tadi karena mereka tak juga sampai ke tujuan.
"Sebaiknya kita tanya pada orang itu saja." Surya menunjuk kejauhan, di sana terlihat pria paruh baya yang sedang memotong kayu.
Sesuai usul Surya, mereka mendekati pria paruh baya itu untuk bertanya jalan. Jaka perlahan menyapa pria paruh baya yang masih sibuk dengan kayu dan kapaknya. "Anu, permisi Tuan."
Pria yang masih mencengkeram kapaknya itu mengangkat wajahnya dan bertatap muka dengan Jaka. "A-Abang?" lirihnya tergagap, seperti tak percaya saat matanya bertemu pandang dengan Jaka. Terpancar rasa terkejut tapi juga bercampur rasa rindu yang sulit dijelaskan.
"Maaf Tuan, apa Desa Hutan Cemara masih jauh? Sepertinya kami tersesat." Jaka heran dengan reaksi pria itu. Sejujurnya dia agak takut karena orang itu seperti memiliki aura mencekam di sekitarnya.
"Ah, maaf aku karena salah mengira kau adalah abangku yang lama tak pulang." Seketika udara di sekitar pria itu berubah sedikit ringan. "Dari mana kalian … dan ada kepentingan apa ke desa itu?" Pria itu kembali bicara.
"Kami semua dari Jakarta, Tuan. Kami ingin ke Desa Hutan Cemara untuk memenuhi wasiat terakhir ayah teman kami." Fathir menunjuk Jaka saat mengucapkan kalimatnya dengan sopan. Agak aneh karena melihat pria itu kembali tersentak setelah mendengar ucapan Fathir dan bolak-balik melihat dari Fathir ke Jaka.
"Apa ada yang aneh, Tuan?" Romeo tak bisa mengabaikan gelagat aneh pria itu. Ia curiga saat pria itu komat kamit dan air mukanya seperti habis melihat hantu.
"Ti-tidak. Tunggu, apa ayahmu bernama Rama Aryana?"
Terperanjat, tidak hanya Jaka tapi semua teman-temannya juga. Kenapa orang ini tahu nama ayahnya Jaka? Mungkin itu adalah pertanyaan mereka.
"Da-dari mana Tuan tau nama ayah saya?" Jaka takut sekarang. Bagaimana tidak bila pria asing mendekatinya dengan ekspresi aneh sambil menenteng kapak. Secara naluri Jaka mundur, begitu juga teman-temannya.
"Bang Rama Aryana … kau benar-benar anak Bang Rama." Aneh melihat pria tadi bercucur air mata dengan senyum lega penuh syukur saat terpusat pada Jaka, sedangkan Jaka bingung kenapa pria asing itu tampak lega seperti telah mendapat pengampunan.
"Ma-maaf, Tuan siapa?" Jaka beringsut ke belakang tiap pria asing itu mencoba meraihnya. Jaka takut dengan tingkahnya.
"Tidak, tidak, jangan panggil aku tuan. Panggil aku Paman Raka. Aku adik kandung ayahmu, Raka Aryana." Pria itu menggeleng lalu memperkenalkan dirinya. Kerinduan terpancar dari dalam kelamnya mutiara hitam Raka. Jaka sangat mirip dengan Rama sewaktu muda dulu, Raka merasa bernostalgia.
"Be-benarkah? Ayah tak pernah bercerita apa pun tentang kerabatnya." Jaka masih sangsi, apa benar Raka Aryana adalah pamannya?
"Ah, jadi begitu. Mungkin Bang Rama masih marah padaku." Raka tiba-tiba murung setelah menghela napasnya. Kemarahan apa yang membuat orang pergi meninggalkannya selama lebih dari 20 tahun? "Apa Bang Rama sehat?" sambungnya saat menyadari sikapnya mempengaruhi suasana percakapan mereka.
"Ayah … ayah meninggal sebulan yang lalu. Kami ke sini untuk memenuhi wasiat beliau, mengantarkan liontin ini. Sebelum meninggal ayah berpesan bahwa ia ingin agar bend aini dikembalikan pada keluarganya." Jaka lalu merunduk, ia kembali ingat saat-saat terakhir ayahnya yang berusaha mengatakan keinginan terakhirnya. Beruntung ayahnya telah meninggalkan sepucuk surat berisi alamat dan selembar foto tua pada sang istri. Dua hal itu menjadi satu-satunya petunjuk bagi Jaka untuk menemukan Desa Hutan Cemara, bahkan ia sampai mencari informasi dari internet juga.
Bersambung
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR
- PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT ADAKAN PENILAIAN KOMPETENSI KADER KADER POSYANDU
- FPRB KALURAHAN PUTAT RABAS-RABAS POHON YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN BENCANA
- KADER MENGADAKAN KUNJUNGAN BAGI LANSIA KERUMAH-RUMAH