YOUNG ADULT - FROM AARON TO ANNA

Lian 30 September 2021 18:52:00 WIB

SALING BERHUBUNGAN (4)

 

“Mei, cukup. Kamu sudah dengar jawaban dari Anna ‘kan? Lebih baik kita kembali ke tujuan awal kita berkumpul.” Ya, Aaron, Meiya dan tante mereka, Riska memang merencanakan berkumpul dan menyatukan informasi yang mereka dapat mengenai Anna. Tentu saja tanpa sepengetahuan Anna.

“Ah, bener tuh, Aunty. Mending kita langsung ke ruang bacanya daddy!“ Buru-buru Aaron meng-iya-kan perkataan tantenya. Tentu saja, dia ingin segera angkat kaki dari ruangan itu untuk menghindari kecurigaan kakaknya yang tak ada habisnya.

“Eh, mau pada kemana?“ Tanya Anna yang bingung dengan percakapan tiga Wijaya itu. Gadis itu menatap mereka bergantian, matanya menyiratkan keingintahuannya.

“Nggak kemana-mana, sayang. Mending kamu istirahat agar badan kamu cepet pulih!” Tutur lembut Riska yang keibuan membuat Anna rindu pada mendiang mamanya. Anna meresapi usapan tangan Riska di kepalanya, itu membuatnya nyaman.

“Tapi Anna dari kemarin kerjaannya tidur melulu, Aunty. Badan Anna udah pegel-pegel.” Ucap Anna dengan manja seolah merengek pada ibunya. Tanpa Anna sadari karena kerinduannya pada sang mama, ia menganggap Riska seperti ibunya sendiri. Ia merasa menemukan sosok orang yang melahirkannya di dalam diri Riska.

“Kamu belum pulih, sayang. Udah ya, kamu istirahat atau main di taman belakang. Aunty sama si kembar mau ngurus masalah kerjaan dulu. Are you okay?” Dalihnya agar Anna tidak mengikuti mereka ke ruang baca. Riska tak ingin membuat Anna merasa tak aman. Sudah cukup sulit membuat konsidi Anna membaik seperti saat ini, ia tak ingin Anna kembali meringkuk di sudut ruangan seperti beberapa hari yang lalu.

Setelah Riska mengatakan hal itu, mereka bertiga meninggalkan Anna tanpa menghiraukan tatapan memelas pada wajah ayu si gadis polos. Sebetulnya Riska tak tega melihat Anna memelas seperti itu, tapi ini demi kebaikan Anna sendiri.

Di ruang baca mereka bertiga mulai menyatukan informasi yang mereka dapat. Aaron terkejut dengan informasi yang Riska bawa. Tantenya itu mengatakan bahwa kabar bahwa di kantor suaminya sedang mengurus laporan orang hilang. Yang mengejutkan Riska adalah saat Arya—suaminya—membawa file-file dan salinan laporan mengenai orang yang sedang dicari oleh pihak kepolisian itu adalah Anna. Riska sangat yakin kalau itu Anna karena foto gadis itu tertempel di laporan suaminya.

“Is that true, Auntie? Aunty, yakin kalau itu Anna?” Aaron penasaran dengan informasi yang didapat Riska. Dia ingin memastikan kalau yang dilaporkan hilang itu betul-betul Anna.

“Aunty, sangat yakin … terlebih laporan lain yang masuk di hari yang sama, seorang warga yang tinggal di pinggiran hutan menemukan dompet. Di dalamnya ada kartu identitas si pemilik … dan itu milik Annabella Maulia Anggara.” Riska memaparkan apa yang ia ketahui dari kasus yang sedang ditangani suaminya. Nama yang Riska ucapkan membuat Aaron mematung. Perubahan ekspresi yang ditunjukkan Aaron tak luput dari pengamatan yang lebih tua. 

“That is Anna's full name ….” Gumam Aaron dengan wajah tertunduk. Riska dan Meiya yang mendengar itu memusatkan perhatiannya pada satu-satunya lelaki di ruangan itu.

“Dari mana lo tau?” Meiya tergelitik oleh rasa penasarannya. Ia menatap adiknya penuh minat, menunggu jawaban Aaron dengan antusias. ‘Udah sejauh mana hubungan mereka hingga Anna mau terbuka pada Aaron?’ Batin Meiya penuh tanya.

“Barusan Anna bilang sama gua.” Aaron melirik sang kakak tanpa menunjukkan ekspresi berlebih. Bukankah dia orang yang minim ekspresi?

“It is true, itu memang nama Anna. Sesuai data laporan orang hilang yang diterima Mas Arya, Annabella Maulia Anggara, putri pertama Adrie Anggara dinyatakan hilang pada hari yang sama saat kalian membawa Anna ke rumah sakit.” Riska benar-benar serius dalam hal ini. Semalam ia membujuk suaminya demi memuaskan rasa ingin tahunya setelah tak sengaja melihat foto Anna di antara file pekerjaan yang harus digarap sang suami.

“Jadi memang beneran itu Anna?” Meiya menatap Riska dan Aaron secara bergantian. Gadis itu mencoba meyakini apa yang baru saja ia dengar sebagai fakta meski itu masih abu-abu. Meiya baru percaya sepenuhnya kala Riska menyodorkan, sebuah poster orang hilang berukuran A4 dengan foto Anna tercetak jelas di sana.

Aaron mengambil poster hitam putih yang tergeletak di meja kayu jati. Menatapnya lekat, mencoba memahami secuil informasi yang tertera di sana. Kesadaran Aaron ditarik paksa saat selembar foto disodorkan oleh tantenya.

“Ini—” Aaron terperanjat melihat foto using di tangan Riska. Foto dua orang balita yang sedang duduk di bangku taman, tampak akrab dilihat dari kedekatan mereka. Berbagi es krim dan begitu terlihat bahagia. Bagai lukisan penuh kenangan. Aaron ingat gambaran ini.

“You're right, Ae. Itu adalah kalian, kau dan Anna.” Ucapan Riska meremas otak dan hati Aaron. Ia tahu itu adalah dirinya waktu berumur tiga tahun karena Aaron sendiri punya foto yang sama persis, terpajang di kamarnya dengan ukuran yang lebih besar.

‘Apa-apaan ini? Jadi dari awal kami sudah terhubung?’ 

 

Bersambung

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT