YOUNG ADULT - FROM AARON TO ANNA

Lian 27 September 2021 10:52:34 WIB

SALING BERHUBUNGAN (2)

 

Tanpa banyak kata, mereka bergerak menuju kediaman Keluarga Wijaya. Bangunan megah bergaya Eropa memanjakan penglihatan Anna. Taman yang luasnya melebihi lapangan bola menarik minatnya. Di kanan kiri tumbuh mawar merah yang dirawat dengan baik. Di samping rumah induk terdapat kolam Teratai yang begitu luas. Riak air tercipta oleh gerakan ikan yang hidup di dalamnya, membiaskan cahaya matahari dengan indah. Tampilannya mempesona mata Anna yang menatap takjub ke arah gazebo di tengah kolam, warna putih mendominasinya. Cantik, itu kesan pertama yang Anna rasakan.

Hamparan rumput bagai karpet hijau yang terbentang di lahan yang luas. Aaron bilang itu tempat bermain Kuro, anjing milik Meiya yang tahun lalu diberiankan oleh tunangnya. Benar-benar tempat yang memanjakan mata. Anna ingin tinggal di sini selamanya bila memang bisa.

Waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah seminggu Anna tinggal di kediaman Keluarga Wijaya. Seperti perintah Riska, Aaron menjaga Anna dengan baik. Aaron melakukan tugasnya sambil mengorek informasi mengenai jati diri gadis itu. Aaron bahkan merayu Anna dengan cara yang sulit untuk dijelaskan namun Anna sulit untuk didekati.

Aaron kesulitan mencari informasi mengenai Anna. Sangat sulit membujuk gadis itu agar mau bercerita tentang apa yang terjadi padanya di hutan seminggu yang lalu, tapi segala usaha pasti membuahkan hasil. Perlahan Anna mulai percaya pada Aaron, gadis itu sedikit demi sedikit mulai membuka dirinya. Jujur Aaron geram hanya dengan mendengar cerita Anna. Dia ingin sekali menghajar lelaki kurang ajar yang berani memperlakukan wanita hanya sebagai pemuas nafsu.

Aaron mengumpat dalam hati ketika lagi-lagi tubuh Anna gemetar karena mengingat kejadian buruk yang menimpanya. Tanpa sadar Aaron langsung merengkuh tubuh ringkih Anna. Gadis itu langsung balas merengkuh tubuh hangat Aaron. Dada bidang Aaron terasa nyaman baginya, Anna mengendus aroma woody yang amat dia sukai dari pemuda itu.

Aaron membelai surai sekelam malam milik Anna dengan penuh sayang. Dengan penuh sayang(?) Aaron terkesiap dengan apa yang ia lakukan. Kenapa dengan dirinya? Itu yang sedang berkecamuk dalam pikirannya.

‘Kenapa gua nggak tega gini sama nih cewek?’ Batin Aaron, heran atas kelakuannya sendiri.

“Anna, rumah lo dimana?” Tanya Aaron to the point, sedangkan Anna hanya terdiam. Beberapa hari ia berusaha menggali informasi dari Anna, ia bahkan tak berhasil mengetahui nama lengkap gadis itu. “Kok diem?” Kembali Aaron bertanya karena merasa tak ada respon dari Anna. Suaranya lembut, tak ada tanda-tanda kekesalan karena diabaikan.

“Aku … aku takut pulang, Ae ....“ Lirih Anna. Ia hanya bisa menundukkan kepala, menyembunyikan raut wajahnya yang sendu. Anna sebenarnya rindu dengan ayahnya, tapi ia takut dengan ancaman Marcel.

“Kenapa harus takut? Keluarga lo pasti ngerti kalo lo mau cerita, mereka pasti bantuin lo lepas dari si brengsek itu.” Aaron berusaha meyakinkan Anna. Entah kenapa hatinya berdenyut, sakit melihat Anna bersedih.

“Nggak bakalan, Ae.” Anna semakin beringsut ke ujung sofa, berusaha menjauhi Aaron. Ia tak nyaman dengan topik pembicaraan mereka.

“Lo aja belum nyoba—“ Aaron tak dapat menyelesaikan kalimatnya. Anna buru-buru memotong perkataan Aaron.

“Karena papa yang menjodohkan aku sama Marcel.” Aaron hanya bisa terdiam menutup mulutnya rapat. “Marcel adalah putra dari Keluarga Adicandra, sahabat karib papa!” lanjutnya sarat akan emosi. Air telah berkumpul di ujung matanya, siap tumpah kapan saja.

“Adicandra?” Aaron mulai merasa janggal, pasalnya Adicandra bukanlah keluarga sembarangan. Mereka merupakan keluarga pebisnis yang cukup tersohor dan beberapa di antara mereka termasuk jajaran pejabat negara. “Siapa nama panjang lo?” Akhirnya ia menyadari sesuatu, dia bahkan tak tahu informasi yang sangat sederhana. Satu informasi yang mendasari segalanya.

“Annabella Maulia Anggara.” Aaron dengan wajah blank-nya. Ia tak menyangka gadis yang ia selamatkan itu adalah putri dari saingan bisnis keluarganya. Musuh ayahnya. Ini akan jadi semakin rumit.

“Lo anak dari Adrie Anggara pemilik Anggara Grup yang terkenal itu?” Aaron masih tak percaya bila gadis di depannya adalah anak yang seharusnya ia jauhi, tapi semua sudah jadi seperti ini. Aaron sudah kepalang basah dan ia semakin ingin mendekati Anna karena sejak lama ia ingin balas dendam atas kematian ibunya. 

Sejak lama ia mengetahui bahwa kematian ibunya bukan karena kecelakaan biasa. ia pernah mencuri dengar saat ayahnya bicara dengan detektif sewaan untuk mencari penyebab kecelakaan mobil sang istri. Waktu itu Aaron baru memasuki masa remaja, dia tak sengaja mengetahui rahasia besar sang ayah, selama bertahun-tahun ayahnya digerogoti dendam karena kematian sang istri. 

Angela—ibu Aaron—yang 12 tahun lalu tewas dalam kecelakaan mobil, nyatanya kejadian itu telah direkayasa. Seseorang dari Keluarga Anggara mengiginkan kematian Nyonya Wijaya. Fakta itu yang membubuhi pikiran Aaron saat ini, keinginannya untuk balas dendam telah mengaburkan pemikiran Aaron.

“Papa menjodohkan aku dengan Marcel karena beliau ingin mempererat tali persahabatannya dengan Keluarga Adicandra menjadi sebuah keluarga. Tapi aku tak bisa, tidak bila dengan lelaki seperti Marcel. Aku punya impianku sendiri, menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku, mengandung anaknya dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.” Sekilas Anna memperlihatkan senyum tipisnya sebelum semua luntur karena pertanyaan yang dilontarkan Aaron.

“Bukankah si brengsek itu mencintai lo? Dia setuju dengan pertunangan kalian ‘kan?” Terlintas keinginannya untuk menghancurkan Anna, tapi Aaron sadar bahwa Anna terlalu lugu untuk menanggung pembalasannya. Kemarahan membuncah, menguasai nalarnya.

“Aku hanya melihat nafsu di matanya, Ae.” Lirih Anna. Aaron mulai tak suka melihat Anna yang nampak lesu dengan mata berkaca-kaca. Keinginannya untuk melampiaskan dendamnya pada Anna kembali menguap. Tanpa ia sadari, Aaron sebenarnya menyukai wajah tersenyum Anna.

“Anna ….“ Perlahan hati pemuda itu mulai mencair. Ia tak lagi peduli dengan keluarga mereka yang selalu bermusuhan. Tak peduli dengan kenyataan yang nanti akan mereka temui. Aaron membelai pipi Anna, terasa lembut di tangannya. Ia usap lembut dengan ibu jarinya, perlakuan yang sukses menambah rona pada pipi Anna yang mulai berisi.

“Ae—“ Anna memandang manik jernih pemuda di depannya, ia merasakan kehangatan dari cara pemuda itu memandangnya. Ada rasa aneh yang Anna rasakan saat ini, degup jantungnya yang tak beraturan membuat nafasnya tercekat. Rasa asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Aaron bergumam sebagai jawaban. Aaron tak tahu sejak kapan dia amat mendamba bibir cherry Anna. Ranum dan basah, terlihat begitu kenyal.

Tangan Aaron yang tadinya mengusap pipi Anna perlahan beralih memainkan bibir ranum gadis itu. Usapan lembut dari jari Aaron menghantar sengatan-sengatan yang membuat Anna meremang. Anna menutup mata dan merasakan sentuhan lembut yang diberikan Aaron.

Aaron sudah tak sanggup menahan hasratnya, ia ingin melumat bibir cherry Anna. Sekejap Aaron mengecup sudut bibir milik Anna yang sedikit terbuka. Dia masih cukup waras untuk tidak menyerang Anna. Sang empunya tersentak dengan perlakuan Aaron, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mencerna perlakuan Aaron padanya.

“Ae …?“ Cicit Anna yang masih syok dengan perlakuan Aaron barusan. Anna menatap lekat manik jernih pemuda itu, ia menyentuh sudut bibirnya yang masih berkedut akibat kecupan Aaron.

“Hmm?” lagi-lagi hanya gumaman yang Anna dapatkan dari pemuda itu namun kali ini Aaron tersenyum lembut, hal yang sangat langka ia lakukan.

“Kenapa … kenapa kamu melakukan itu, Ae?“ Tanya Anna dengan mata yang berkaca-kaca. Perlakuan Aaron barusan mengingatkannya pada perlakuan Marcel padanya dan itu membuatnya takut.

“Wajah polosmu seakan mengundangku untuk melakukannya.” Tutur Aaron kalem, tangannya masih aktif mengusap pipi Anna dengan sayang.

“Jangan!!” Teriak Anna sambil membekap mulutnya saat Aaron mencondongkan wajahnya untuk kedua kalinya. Ia bermaksud menghalangi Aaron agar tak menciumnya lagi.

“Hahaha … kamu lucu sekali. Look, your pale cheeks turn red as tomatoes. Manis.” Tertawa, Aaron tertawa. Ekspresi yang bahkan orang terdekatnya sendiri tidak pernah melihatnya namun dengan mudah Anna membuat pemuda berhati dingin itu tertawa. Ingat, tertawa. Bukan sekedar tersenyum seadanya, bahkan Meiya yang mengintip dari balik pintu ruang keluarga tempat Aaron dan Anna berada saat ini sampai berpikir bahwa kiamat sudah dekat karena adiknya bisa tertawa serenyah itu.

“Ae—“ Pekik Anna yang berusaha menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan karena malu. Anna merasa wajahnya panas, ia yakin saat ini wajahnya pasti sudah berubah semerah udang rebus. Ia bahkan tak mengingat ketakutan yang sempat menguasainya.

“Hei, perlihatkan wajahmu. Jangan disembunyikan.” Pinta Aaron, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Anna yang menutupi wajah meronanya. Pemandangan yang tersuguh di hadapan Aaron sungguh membuat pikirannya melenceng.

“Aku? Kamu?” Cicit Anna, baru sadar dengan perubahan Aaron dalam berbicara. Ia heran karena Aaron yang tiba-tiba merubah gaya bicaranya.

“Kenapa? Apa ada yang aneh dengan cara bicaraku? Atau kamu lebih suka aku mengunakan panggilan lo-gua?” Tanya Aaron dengan senyum miring andalannya. Tampan sekali.

“Ah, nggak. Aku lebih suka kamu pakai bahasa aku-kamu, Ae.” Buru-buru Anna menggelengkan kepalanya. Jujur ia lebih suka Aaron yang seperti ini, tak perlu Aaron yang gaul, cukup Aaron yang bersikap manis dan sopan.

‘Huft, untung ganteng … sabar aku tuh.’ jerit dewi batin Anna melihat kelakuan Aaron yang berubah drastis. Aaron yang murah senyum seperti sekarang membuat Anna berdebar-debar. Gadis itu tak menyadari kalau wajahnya memerah bagai udang rebus, hanya sensasi panas membakar wajahnya.

Aaron mengusak kepala Anna dengan sayang. Dia makin gemas dengan tingkah polos Anna yang tiada tandingannya itu. Senyuman menawan masih terpatri di bibir penuh Aaron. Dua insan itu sama sekali tak menyadari bahwa di balik pintu sana ada yang sedang gerah memperhatikan tingkah mereka yang mirip sepasang kekasih dimabuk cinta. Tentunya sampai pengintip yang tak lain adalah Meiya itu mulai tak tahan untuk mengganggu kemesraan Aaron dan Anna.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT