CERITA HOROR
Lian 27 September 2021 10:52:14 WIB
Jembatan Bingung
Ali adalah karyawan pabrik, sudah biasa ia pulang larut bila ada lemburan. Dia termasuk orang yang pemberani karena tak takut mengendarai motor sendirian walau jalan dari pabrik ke rumahnya cukup jauh dan harus melewati hutan. Ali juga bukan orang yang percaya dengan intensitas bernama hantu, jadi dia cukup percaya diri melintasi gelapnya malam.
Suatu hari Ali harus lembur hingga tengah malam karena pabrik dalam masa sibuk-sibuknya. Ali pulang sendirian dengan menahan kantuk. Dia merasa jalan yang ia lalui sangat jauh dan tak sampai-sampai pada tujuannya, rumah.
Kondisi setengah mengantuk membuat Ali tak memperhatikan sekitar. Dia menggerutu karena jalan panjang seperti tak ada ujungnya.
"Ini kenapa nggak sampai-sampai, sih? Apa jalannya memang sejauh ini?" Ali berhenti di sebuah jembatan untuk sekedar memeriksa ponselnya, "udah satu jam lebih. Biasanya setengah jam aja udah nyampe, tapi kenapa ini nggak?"
Ali berdecak kesal lalu menyimpan ponselnya ke saku jaket. Pemuda itu kembali melajukan motornya dengan kecepatan lebih cepat. Kantuknya seakan hilang terbawa angin saat rasa kesal memuncak. Matanya jadi lebih cermat mengawasi sekeliling dan menemukan kejanggalan.
"Aneh, aku udah ngebut tapi dari tadi nggak pindah-pindah, tetep aja di tempat ini. Ini bukannya jembatan yang tadi, ya?" Ali menghentikan motornya tepat di tempat sebelumnya ia berhenti saat memeriksa ponsel. Bulu tengkuknya meremang seperti ada yang sengaja menghembuskan napas di belakangnya.
"Apa dari tadi aku cuma muter-muter di tempat ini, ya? Atau memang aku nggak pindah?" Ia bergidik, sudah terlalu lama ia di tempat itu. Upaya apa pun yang ia lakukan Ali tak bisa keluar dari situasi itu, bahkan ia sudah putar balik ke arah pabrik tapi tetap saja kembali ke jembatan itu.
"Sialan, biasanya nggak seperti ini." Ali menggerutu karena terjebak di tempat itu. Ia putus asa memikirkan cara untuk sampai ke rumah dengan selamat.
Ali membeku saat mendengar tawa yang menggaung. Suara itu seperti dari jauh tapi juga terasa dekat. Tawa itu tak juga berhenti, malahan semakin keras. Ali jadi takut sekarang, di hutan tak ada seorang pun yang akan mendengarnya walau berteriak minta tolong apalagi mengharapkan orang melintasi jalan yang sama.
Ali membeku, kaget dengan klakson dari arah belakang. Perlahan ia menoleh dan mendapati truk pengangkut pasir semakin mendekat.
"Kenapa, Mas … motornya mogok?" Supir truk itu bertanya pada Ali setelah memberhentikan truknya di samping motor Ali.
" Anu, ini Pak … dari tadi saya cuma muter aja di tempat ini dan nggak bisa keluar." Ali menelan ludah saat mengatakan hal tak masuk akal itu, takut dikira mengada-ada.
"Oh, itu memang sudah sering kejadian seperti ini, Mas. Bahkan biasanya sampe dua-tiga hari baru ditemukan." Di luar dugaan, tanggapan supir itu seperti hal yang lumrah dan tak menganggap Ali mengada-ada.
"Apa yang ditemukan, Pak?" Ali agak heran dengan pernyataan supir truk itu dan memutuskan bertanya.
"Mayat, Mas. Kelaparan karena hilang di tempat ini, disesatkan sama setan penunggu." Supir itu bercerita dengan enteng seakan itu hanya dongeng anak-anak yang tak nyata. Melihat reaksi Ali, supir itu baru sadar bahwa dia telah mengatakan hal mengerikan. "Anu, itu … pasti Mas tadi tidak berdoa dulu waktu mau perjalanan pulang, ya?" Supir itu mengalihkan pembicaraan agar suasana sedikit mencair.
Mendengar itu Ali hanya menggosok tengkuknya, mengakui kalau dia lupa berdoa saking ngantuknya. "Anu … gimana caranya saya keluar dari sini, Pak?"
"Mas ikuti saja truk saya dari belakang sampe keluar dari hutan ini, dan jangan berpikiran kotor seperti mengumpat." Supir truk itu mengulurkan bantuan sebisanya karena dia sendiri sering juga disesatkan seperti halnya Ali.
Setuju dengan penawaran itu, Ali menghidupkan motornya dan mengikuti laju truk pengangkut pasir itu sampai tiba di pinggiran hutan. Ali menepikan motornya, bermaksud ingin berterima kasih pada si supir truk tapi truk itu nyatanya tak berhenti dan semakin jauh hingga tak terlihat lagi.
Pengalaman yang menurut Ali cukup menakutkan, niat hati ingin memotong jalan yang lebih dekat tapi malah tersesat hingga baru sampai rumah jam 3 pagi. Ali menceritakan pengalamannya semalam pada teman kerjanya dan mendapat pujian bodoh dari si sahabat.
"Lagian bisa-bisanya kamu lewat jalan itu, padahal biasanya kamu lewat jalan memutar karena lebih ramai dan halus." Irawan, teman kerja Ali mengatai Ali karena dengan bodohnya memilih jalan angker.
"Ya mana aku tau kalo jalan itu angker." Ali tak bisa berkelit karena dia sendiri menyadari bahwa dirinya memang bodoh.
"Jalan itu, lebih tepatnya di jembatan itu sudah banyak kejadian seperti yang kamu alami. Syukur kamu bisa keluar dari hutan itu. Enam bulan lalu ada supir truk pengangkut pasir ditemukan meninggal di sana, tubuhnya kering setelah dinyatakan hilang selama empat hari. Sepertinya dia mati kelaparan dan dehidrasi." Irawan bercerita kejadian enam bulan lalu yang bahkan beritanya sempat dimuat di surat kabar. Ali jadi ingat orang yang menolongnya tadi malam, jangan-jangan itu adalah hantu supir truk yang meninggal enam bulan lalu.
"Makanya jembatan itu dinamakan Jembatan Bingung, karena orang yang lewat sana saat tengah malam hanya akan berputar-putar dan tak bisa keluar." Irawan menambahkan dan membuat Ali semakin takut sekaligus merasa bersyukur karena ia bisa keluar dari tempat itu.
Tamat
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- HARI TERAKHIR PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- KOORDINASI BPN TERKAIT PTSL KALURAHAN PUTAT
- BANK SAMPAH PADUKUHAN BATUR
- BIMTEK KPPS KALURAHAN PUTAT
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR