CERITA TEENLIT

Lian 17 September 2021 10:30:51 WIB

NUANSA (27)

Karya : Ei_Shaa_

 

Cukup malam Syifa masih berada di rumah ini. Untung saja esok dia tidak memiliki tanggungan besar, setidaknya ia bisa beristirahat sebentar saat kerjanya ini. Menurutnya pekerjaan ini tidaklah membebani dirinya, pekerjaan ini lebih ringan dari yang ia bayangkan. 

Sebab Bibi Airin memang menempatkan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang begitu berat. Syifa melangkahkan kakinya keluar rumah sambil membawa sebuah kantong sampah yang hendak dibuangnya. 

Sudah malam memang, Syifa harus segera kembali ke dalam untuk mengambil beberapa barangnya dan segera pulang ke rumah. Namun, ini sudah keempat kalinya ia meminta untuk kembali pulang, Bibi Airin terus mencegahnya untuk pulang ke rumah. 

“Lagi pula ini sudah malam, kau bisa beristirahat di sini dan jangan khawatirkan hari esok semuanya sudah siap di sini.”

Bibi Airin membukakan sebuah ruangan kamar yang menampilkan barang-barang yang tertata dengan rapinya. Sungguh, mata Syifa terbelalak tidak percaya, ia hanya seorang pekerja paruh waktu dan dirinya mendapat sebuah kamar seperti ini?

“Ini nantinya akan menjadi milikmu, kau bisa beristirahat di sini, semua bajumu dan seragam sekolahmu ada di dalam lemari itu. Jadi nanti kau bisa berangkat ke sekolah tanpa harus menjumpai hambatan sedikitpun.”

Dalam iner Syifa ia berkata, bukankah ini hanya lelucon hingga dia diperbolehkan untuk tinggal di sini satu atap dengan orang yang menjadi primadona sekolahnya? Lelucon macam apa ini?

Syifa melangkahkan kakinya ke arah jendela. Ia memandangi langit malam dari sana sampai tangannya bergerak membuka jendela tersebut, angin malam berhembus menerpa kulitnya saat ini. Meskipun dingin terasa menenangkan sekali, ia kembali teringat dengan perlakuaan Ardan padanya tadi.

“Sepertinya dia sedang kerasukan sesuatu.”

***

Masih terlalu pagi untuk bersiap berangkat sekolah hari ini, jam di dinding masih menunjukkan pukul empat pagi. Namun, berbeda dengan Syifa yang sudah menyibukkan dirinya di dapur saat ini. Ia tengah memasak sesuatu untuk menyiapkan sarapan.

“Sepertinya kau tengah mempersiapkan sesuatu.”

“Ah, Bibi mengejutkanku, apakah Bibi tahu jika tuan besar sering sarapan di rumah ini?”

“Tidak, para tuan tidak terbiasa sarapan pagi di rumah.”

“Itu bukan hal yang bagus, setidaknya mereka harus mengisi perut mereka pagi ini. Aku hanya akan membuatkan mereka sup pagi yang bisa mereka konsumsi.” Bibinya hanya mengangguk sambil bergegas membantunya.

“Oh iya Bi, aku akan pergi lebih awal hari ini.”

“Lalu bagaimana dengan caramu berangkat sekolah? Para ….”

“Aku bisa naik kendaraan umum Bibi, aku akan berhati-hati,” sahut Syifa dengan cepat.

“Baiklah jika seperti itu, semoga harimu lancar.” Syifa tersenyum, bagaimana ia tidak bersyukur memiliki bibi sebaik ini.

Kini Syifa telah berada di dalam kelasnya, ia sudah sampai lebih dari lima belas menit yang lalu. Tidak ada alasan baginya untuk berangkat lebih awal dari biasanya. Ia hanya menginginkannya saja. 

Syifa mendengar sebuah desas-desus dari teman-temannya, jika sekolahannya ini akan memilih seorang primadona baru nantinya. Hal itu sudah ramai menjadi sebuah perbincangan pagi ini. Seluruh siswi membicarakan hal yang sama. 

Dia sendiri pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa Ardan akan diganti dari tempatnya. Entah itu hal yang bagus atau tidak yang pasti dirinya mendapat info itu dari teman sekelasnya.

“Ada apa sebenarnya?” Syifa bertanya dengan teman sebelah mejanya yang masih asik membicarakan info tersebut. 

“Ada orang yang ingin mengalahkan Ardan dalam pertandingan basketnya.”

“Siapa?”

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT