CERBUNG - THE DESTINY OF MY SOULMATE

Lian 30 Juni 2021 19:42:21 WIB

DEMAM (5)

 

“Jangan bercanda, aku belum pernah tahu kalau werewolf bisa terserang demam. Apa ada yang meracuni anakku?” Tentu saja Alan berpikir seperti itu karena aneh bila werewolf yang dikenal memiliki daya tahan tubuh tinggi tiba-tiba demam.

“A-ampun, Alfa. Kami sangat memperhatikan apa pun yang dimakan atau dikenakan tuan muda. Sa-saya ragu kalau hal tersebut disebabkan karena keracunan.” Sun tak berani mengangkat kepalanya walau hanya sekedar menatap alfa dan luna-nya. Ia tahu pasti bagaimana temperamen Alan yang tak mungkin bisa diatasi. Sun meringkuk ketakutan, tubuhnya tertunduk rendah dan gemetar.

“Al, itu tak penting sekarang. Ayo lihat keadaan Rafael dulu!” Juria menyeret Alan menuju kamar si kembar dan mendapati putra bungsunya menangis hingga suara parau Rafael seakan menyayat hati Juria. Tak ada ibu yang akan tega melihat kondisi anaknya meraung kesakitan. Tak akan ada.

“Sayang, kamu kenapa? Cup cup, jangan menangis … ibu di sini.” Juria mengangkat tubuh mungil Rafael. Ia merengkuh bayi mungil itu sambil sesekali menepuk pantatnya untuk menenangkan.

“Cepat panggil dokter … ah, tidak, tidak. Panggil Luoise juga!” Alan berseru memerintahkan untuk memanggil Alex dan Luoise untuk datang segera. Kekhawatiran Alan tak dapat lagi ia sembunyikan saat Martin berlari menerobos kamar.

“To-tolong, Reita … nona tiba-tiba kejang dan demam tinggi!” Suara Martin bergetar, mengabaikan tubuhnya yang basah oleh keringat. Reita di gendongannya bergelung dalam lilitan selimut, napasnya tersengal dan matanya tertutup rapat. Kulit bayinya semakin merah karena suhu badannya yang semakin naik.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT